Anda di halaman 1dari 18

KONSEP SEHAT DAN SAKIT

Dra. Sumarni DW.,


M.Kes

ARTI SEHAT MENURUT UU KESEHATAN RI NO. 23 Th. 1992


→ Sehat merupakan kondisi yang sempurna baik fisik maupun psikis dan berkemampuan untuk melakukan
kegiatan produktif

Kesehatan Sosial
→ Penjelasan Pasal 3 UU No.9 th 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara RI
No.2068)
→ Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat, sedemikian rupa sehingga setiap warga negara
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan
keluarganya dalam masyakarat, yang memungkinkannya bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya
→ Sehat secara sosial dinyatakan sebagai kondisi pada seseorang yang memungkinkan pihak bersangkutan
menunaikan tugas perikehidupannya di tengah-tengah masyarakat, tanpa merasa cemas dalam memelihara dan
meamjukan dirinya sendiri maupun keluarganya sehari-hari

KESEHATAN JIWA
→ Pasal 1 UU No.3 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa: Kesehatan jiwa (mental Health) menurut paham ilmu
Kedokteran pada waktu sekarang adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkemabngan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang
lain.
→ Gangguan jiwa, merupakan sesuatu corak yang khusus bersifat manusiawi, yaitu berupa kegagalan individu
dalam menjadikan hubungan antar manusia yang memuaskan dan menguntungkan baik bagi individu sendiri
maupun lingkungannya.

KONSEP SAKIT DI MASYARAKAT


` Sakit bila tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
` Sakit, bila fisik terasa tidak nyaman dan benar-benar sakit
` Sakit, bila psikis merasa ada gangguan
` Sakit, bila terdapat ketidak-seimbangan antara fisik dengan psikis sehingga tidak mampu mengendalikan
aktivitas
` Merasa sehat bila tidak ada gangguan fisik

NSC ’08 bLok 2.2 Page 1 of 18


` Merasa sehat walaupun ada gangguan fisik, tetapi masih mampu beraktivitas
` Merasa sehat walaupun ada gangguan psikis tetapi masih mampu beraktivitas
` Merasa sehat melakukan aktivitas dengan anggota fisik yang tidak lengkap

Subjektivitas masyarakat
dipengaruhi oleh faktor-faktor
KONSEP SEHAT – SAKIT SUKU DAYAK NGAJU DAN MERATUL

ekonomi, sosial dan budaya

KONSEP SEHAT

KONSEP SAKIT SUKU DAYAK MERATUL


 Sakit disebabkan oleh roh-roh jahat (antara lain: kapuhunan di sungai, di pohon besar, di kuburan),
melanggar adat, diguna-guna orang/musuh. Penyembuhannya oleh Balian dengan cara baharagu
 Sakit disebabkan oleh bibit penyakit. Penyembuhan oleh Balian dengan cara diberi ramuan dedaunan dan
akar-akaran
 Upacara “Baharagu” Dayak Meratus (1)

NSC ’08 bLok 2.2 Page 2 of 18


KONSEP SAKIT DAN PENCARIAN PENGOBATAN KAMPUNG NAGA
 Kabadi: penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan yg tidak diteliti, salah memberi nama (panas,sakit kepala hebat,
muntah-muntah, lemas, bengkak-bengkak) Tukang Nyampe, jampi-jampi dan ramuan daun-daunan.
 Sasalad: penyakit yg disebabkan oleh kejadian sehari-hari (masuk angin, terkena panas, terkena dingin) Tukang
Nyampe, air putih ditambah jampi-jampi
 MELONGOK KAMPUNG NAGA

NSC ’08 bLok 2.2 Page 3 of 18


NSC ’08 bLok 2.2 Page 4 of 18
 TiNJAUAN SOSIOLOGIS KAMPUN NAGA, KAB. TASIKMALAYA, JAWA BARAT
 Daerah pedesaan yg terisolir
 Struktur sosial tertinggi adalah Ketua Adat
 Interaksi sosial dipengaruhi oleh pengalaman keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat
 Peran sakit lebih banyak ditentukan oleh tukang Nyambe (dukun)
 Gotong royong sangat kuat
 Peralatan modern dan alat modern tidak dapat masuk

Konsep Sehat dan Sakit Kec. Air Besi Bengkulu Utara


 Konsep Sehat:
→ Makan galak, tidur nyenyak, perasaan lemak, pikiran lunak (makan suka, tidur nyenyak, perasaan senang,
pikiran tenang)
 Konsep sakit:
→ Bila di antara organ tubunya merasa ada kelainan yg menyebabkan sikap dan aktifitas tidak dapat
terlaksanan sebagaimana mestinya
→ Sakit disebabkan karena diganggu makhluk halus, kesurupan, terkena racun
→ Contoh: TB paru, disebabkan oleh racun

STIGMA DAN PENGOBATAN ALTERNATIF

NSC ’08 bLok 2.2 Page 5 of 18


Pengertian STIGMA
 Merupakan pandangan masyarakat yang diyakini kebenarannya, tetapi sebenarnya keliru
 Stigma berkaitan dengan penyakit kronis, menyatakan tanda-tanda tubuh terpotong, terbakar, memperlihatkan
bahwa penderita seorang budak, kriminal, pengkhianat, seorang cacat, mengotori secara ritual, dikucilkan
terutama di tempat umum (Gofman)
 Stigma mengalami pergeseran makna yaitu penyakit yang menunjukkan seseorang mempunyai deformitas
cacat, keburukan
` Sumber stigma nampak di depan umum à aib besar
` Sumber stigma tersembunyi à rasa malu
 Stigma diinternalisasi sebagai “Identitas yang rusak”: terhina, rendah diri, menyimpang, perbedaan yang
memalukan
 Stigma merupakan kabar angin yang dihembuskan berdasarkan reaksi emosi untuk mengucilkan dan
menghukum mereka yang memerlukan pertolongan
 Pengertian lain dari stigma adalah sikap jiwa yang muncul dalam masyarakat untuk mengucilkan anggota
masyarakat yang memiliki kelainan (jiwa) meskipun kadang digunakan pula untuk keadaan beberapa fisik
(Seperti penderita DM, Aids, atau Kanker)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA STIGMA TERHADAP ADANYA


KELAINAN ATAU GANGGUAN
 Fenomena gangguan atau kelainan sukar dikenal sebagai suatu penyakit
 Sulit didapat dasar fisiknya
 Adanya takhayul yang kuat di masyarakat
 Katakutan masyarakat terhadap ketidakjelasan gangguana atau kelainan yang diderita
 Banyak gangguan yang menahun
 Banyaknya informasi yang sampai ke masyarakat (kadang berbeda-beda)

STIGMA TERHADAP GANGGUAN JIWA


 Pandangan yang tidak menguntungkan thd Gangguan jiwa,
 takut, tak Peduli, tak mau mengerti,
 Bahkan mencemooh

Pengaruh stigma dalam kehidupan bermasyarakat


` Malu terhadap kelainan yang dideritanya
` Masyarakat takut terhadap penderita
` Penderita dikuculkan dari lingkungan sosialnya
` Menunda pengobatan
` Memperberat penderitaan
` Memperlambat proses penyembuhan

NSC ’08 bLok 2.2 Page 6 of 18


` Menghambat kembalinya penderita ke masyarakat
` Merahasiakan keadaan pendeita yang sebenarnya
` Menganggap sebagai aib atau noda keluarga
` Memacu untuk berpikir irasional
` Meningkatkan relaps (kekambuhan)
` Meningkatkan gelandangan psikotik
` Secara ekonomi sangat merugikan keluarga

Stigma Menimbulkan Perspektif Salah


 Kelainan / cacat itu selalu diturunkan
 Gangguan jiwa selalu dianggap gila
 Kelainan / cacat itu tak dapat disembuhkan
 Menurunkan harga diri dan wibawa
 Selalu merupakan cacat seumur hidup
 Merupakan faktor penghambat untuk membentuk keluarga (Perkawinan)
 Gangguan jiwa dianggap sangat membahayakan sehingga harus dipasung/dirantai/disekap
 Kelainan yang diderita bukan penyakit tetapi akibat diganggu oleh kekuatan jahat (roh, setan, jin)

MACAM-MACAM STIGMA
 Stigma terhadap penyakit → Sakit jiwa, kusta, Kanker, Epilepsi, TBC, HIV/AIDS, Herpes, MR, Cacat bawaan
 Stigma terhadap Dokter → Dokter Ahli Jiwa, Dokter Ahli Kulit dan Kelamin, Dokter Ahli Saraf
 Stigma terhadap RS → RS. Jiwa, RS. Ortopedi
 Stigma terhadap Komunitas → Anak jalanan, PSK, Waria, Pengguna Napza, Korban perkosaan, KRTD

Gizi buruk

Dalam pengakuan ibunya, Fatisa (2 tahun) tampak begitu lemah karena kekurangan gizi. Keluarga dengan anak
kekurangan gizi, dianggap terkena kutukan sehingga tersisih dalam masyarakat di Kabupaten Nias
Tiga akar penyebab masalah gizi buruk di Kabupaten Nias tahun 2007:
- Kemiskinan/ketidakmampuan ekonomi
- Kurangnya pengetahuan keluarga tetntang gizi

NSC ’08 bLok 2.2 Page 7 of 18


- Adanya penyakit yang diderita anak

Penyakit "Sisik" Suku Rejang Kec. Taba Penanjung Bengkulu Utara

Filariasis kronis

 Terjadi pembesaran tungkai di bawah lutut sampai kaki, Kadang-kadang di bawah siku, tangan, kantong buah
zakar, payudara, dan alat kelamin, yang lama kelamaan menjadi cacat permanen
 Stigma terhadap Filariasis
` Terjadi karena faktor magic/ilmu hitam “Suanggi”
` Terjadi karena kutukan
` Penyakit menular dan berbahaya
` Terjadi hal gaib akibat manusia yang dengki
(Lakollo, 2003; Saniambara, 2004; Corsel, 2003)
 Penularan
Berkait dengan sosial budaya: tingkat pengetahuan, kepercayaan, sikap dan kebiasaan masyarakat (Suyoko,
2002)
 Peran Penting Promosi Kesehatan

NSC ’08 bLok 2.2 Page 8 of 18


Mengubah perilaku masyarakat melalui media-media tertentu tentang perilaku penggunaan kelambu, kasa
ventilasi, pemakaian baju lengan panjang

STIGMA PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DAN CACAT


FISIK DAN MENTAL

RETARDASI MENTAL
 Retardasi mental adalah keterbatasan dalam kecerdasan yang menganggu adaptasi normal terhadap
lingkungan, dimanifestasikan dengan perkembangan abnormal dan berkaitan dengan kesukaran
belajar dan adaptasi sosial, (Sacharin, 1994).
 WHO : " Kemampuan mental yang tidak mencukupi".
 Suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawab usia 18 tabun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial, ( D.S. M/
Budiman M, 1991).
 (AAMR) American Association on mental Reterdation. → "Kelemahan/ ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak- kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ 70
– 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut: berbicara dan
berbahasa; keterampilan : merawat diri, ADL; keterampilan sosial penggunaan sarana masyarakat;
kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
 KIasifikasi menurut PAGE:
a. Idiot : ( IQ dibawah 20, umur mental dibawah 3 tahun)
b. Imbisil : (IQ antara 20 - 50, umur mental 3 - 7, 5 tahun).
c. Maron : (IQ 50 - 70, umur mental 7 ,5 - 10,5 tahun).
 Etiologi
a. Organik.
1. Faktor prekonsep.: Kelainan kromosom (tnsomi 21/ Down syndrom)
2. Faktor Prenatal: Kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan (infeksi zat teratatogenik
dan toxin, disfungsi plasenta).
3. Faktor perinatal: Prematuritas, perdarahan intrakranial, asfiksia neonatorum, dll.
4. Masa Pasca natal: Infeksi paskanatal oleh virus dan bakteri, keracunan oleh bahan seperti
timah dan cedera kepala berat, malnutrisi merupakan efek utama/

b. Non organik
1. Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
2. Sosial kultural.
3. Interaksi anak kurang.

NSC ’08 bLok 2.2 Page 9 of 18


4. Penelentaraan anak
5. Faktor lain, pengaruh lingkungan dIn kelainan mental lain.
 Manifestasi Klinik
` Gangguan kognitif
` Lambatnya keterampilan dan bahasa
` Gagal melewati tahap perkembangan utama
` Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
` Kemungkinan tonus otot abnormal
` Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar
 Stigma Retardasi Mental dan Cacat Fisik
 Dimasukkan untuk mencari pesugihan
 Kutukan Tuhan karena kesaalahan nenek moyang, orang tua, keluarga
 Merupakan aib dalam masyarakat
 Dijauhi oleh saudara dan tetangga

Kisah keadaan keluarga Bapak S yang menyakitkan keluarga. Dalam suasana lebaran, sedikit orang yang
berkunjung ke rumah mereka. Bahkan saudara-saudara mereka tidak ada yang datang mengunjungi mereka. Tidak
hanya itu, dalam kehidupan sehari-hari mereka juga tidak luput dari tindak diskriminasi karena stigma yang terlanjur
melekat pada keluarga tersebut yang tidak normal, dianggap mengalami kutukan dan menjadi aib bagi masyarakat
disekitarnya. Keluarga dengan sebagian besar anggota keluarganya mengalami kecacatan fisik dan cacat mentail.
Ayah mengalami cacat fisik (kaki kiri buntung sejak lahir, anak pertamanya An. H umur 16 tahun mengalami penyakit
spastic, dan anak kedua An. S umur 8 tahun mengalami retardasi mental

schizophrenia
Pengertian

NSC ’08 bLok 2.2 Page 10 of 18


lstilah schizophrenia diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), seorang psikiater Swiss. Istilah
ini berasal dari bahasa Yunani schitos artinya terbelah, terpecah, dan phren artinya pikiran. Secara harafiah,
schizophrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola perilaku, yaitu tidak
adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan demikian tidak ada
kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi terhadap kenyataan yang sebenarnya. (Rathus, et al.,
1991; Davison, et al.,1994).
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III) menempatkan
schizophrenia pada kode F20. Schizophrenia termasuk dalarn kelompok psikosis fungsional. Psikosis
fungsional merupakan penyakit mental secara fungsiona yang non organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan
kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan maladjustment sosial yang berat, tidak marnpu
mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup;
lalu menjadi ketidakmampuan secara sosial.
Etiologi
1. Keturunan
2. Endokrin
3. Hiper Neurotransmiter
Stigma sosial yang ada di masyarakat sekitar desa BuIu,Sukoharjo tentang gangguan jiwa ini adalah :
` Adanya stigma masyarakat bahwa kejiwaan itu merupakan suatu penyakit keturunan, sehingga bila ada
anak yang berasaI dari keluarga yang salah anggota keluarganya menga!ami gangguan kejiwaan
maka secara otomatis anak tersebut Juga akan . Mempunyai keturunan yang mengalami gangguan
kejiwaan.
` Terdapat kepercayaan pada masyarakat setempat bahwa sakit gila atau gangguan mental merupakan
penyakit kutukan akibat dari melanggar adat atau kebiasaan atau nilai kepercayaan yang ada
dimasyarakat
` Kemudian ada pula stigma bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa karena keturunan atau karena
kena kutukan tidak perlu dibawa berobat kerumah sakit jiwa karena diyakini tidak akan sembuh sampai
keturunan keluarga habis
` Masyarakat setempat terutama suku jawa masih memegang kuat stigma bahwa dalam mencari
pasangan hidup harus berasal dari keluarga dengan"bIbit, bebet dan bobot" yang baik, bila berasal dari
keluarga yang memiliki bibit, bebet dan bobot yang kurang baik diyakini akan memberikan dampak
yang buruk bagi kehidupan rumah tangga yang akan dibina.
` Adanya kecenderungan keluarga memiliki rasa malu bila ada salah satu anggota keluarganya
mengalami gangguan jiwa sehingga memilih tidak mengucilkannya atau mengucilkannya dari
masyarakat.

Tentang stigma pada penderita gangguan jiwa yang ada di masyarakat Desa Manik Saribu Kabupaten
Simalungun adalah :

NSC ’08 bLok 2.2 Page 11 of 18


1. Adanya stigma masyarakat bahwa gangguan kejiwaan itu merupakan suatu kutukan (pembawa sial)
sebingga bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu di
ungsikan sebab ada anggapan di masyarakat menimbulkan dampak tertentu misalnya gagal panen di
desa tersebut
2. Adanya kecenderungan keluarga memiliki rasa malu tersingkir dari masyarakat bila ada salah satu
anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa sebingga memilih untuk mengurungnya atau
mengucilkannya dari masyarakat.
3. Adanya anggapan di masyarakat batak bahwa gangguan jiwa merupakan kutukan dari leluhur akibat
keluarga tidak mentaati ajaran nenek moyang

Contoh Kasus Gangguan jiwa


Kasus 1 (kasus gangguan jiwa di cirebon)
Untuk saat ini Tn. P ditempatkan di sebuah ruangan berukuran kira-kira 1 meter x 2 m dengan model
panggung, beralas papan, dengan dinding dari bambu, di sudut dapur, bergabung dengan rumah utama, dan tidak
dipasung, hanya saja pintu ruangan tersebut selalu terantai atau terkunci.
Setiap kegiatan dilakukan Tn. P di tempat tersebut, dari makan, tidur maupun buang air. Saat dipasung Tn. P
masih mau memakai baju, tetapi akhir-akhir ini Tn. P tidak mau mamakai baju dan masih sulit untuk diajak
berkomunikasi, lebih suka diam, meringkuk di sudut kamarnya, acuh terhadap lingkungan sekitar, dan terkadang
terlihat komat-kamit seperti sedang berbicara.
Kasus 2
sampai suatu ketika ibunda dan Nn.W meninggai
dunia.
Setelah ibunya meninggal tidak berapa lama Nn. W
mengenal seorang pemuda yang membuatnya jatuh
cinta, akan tetapi hubungan itu ditentang habis-
Gb. 1 habisan oleh keluarga si pemuda tadi karena
dianggap Nn. W merupakan wanita yang berasal dari
keluarga yang tidak jelas "bibit, bebet dan bobotnya"
apalagi mengingat ibunya yang mengalami gangguan
jiwa. Sehingga pemuda idaman Nn. W dijodohkan dan
menikah dengan wanita lain yang dianggap memiliki
Gb. 2
bibit, bebet dan bobot yang lebih baik. Keputusan dan
Dahulu sebelum mengalami gangguan kejiwaan kejadian tersebut membuat Nn. W semakin merasa
menurut Tn K & Nn. W adalah seorang yang baik dan dirinya tak berharga lagi. ia main, marah dan
ramah akan tetapi ketika sang ibu mengaJami menyesali nasibnya sehingga membuatnya depresi
gangguan kejiwaan. Nn.W merasa malu dan sering dan lama- kelamaan mengalami gangguan jiwa sama
mengurung diri dirumah dan jarang keluar rumah seperti yang diaIami oleh ibunda Nn. W.
Kasus 3

NSC ’08 bLok 2.2 Page 12 of 18


Disuatu daerah di Tarakan tepatnya di kampung pukat pada suku Banjar-Tidung terdapat seorang ibu
yang menderita gangguan jiwa yang diasingkan oleh keluarganya yang kemudian dievakuasi oleh dinas
kesehatan setempat untuk di rawat diruang jiwa RSU. Tarakan.
Pada suku Banjar-Tidung terdapat kepercayaan bahwa setiap kelahiran harus mempersembahkan
sesajen kepada sang penjaga pantai beringin. Pada saat kelahiran Ny.I sang ayah memberikan sesaji kepada
penjaga pantai beringin tetapi sesaji tersebut kurang. Pada saat dewasa Ny.I menikah dan tinggal di Sulawesi
bersama suaminya dan dikaruniai 2 orang anak, kehidupan rumah tangganya mengalami kesulitan keuangan
dalam rumah tangganya, hal ini membuat Ny.I mengalami stress. Pada saat berkunjung ke rumah ayahnya
setelah berada ditempat ayahnya selama 3 hari Ny.I mengalami kelainan yaitu Ny.I mendengar ada seseorang
yang menyuruhnya untuk berjalan keluar tanpa menggunakan pakaian. Dari kejadian tersebut Ny.I langsung
diungsikan kesuatu tempat yang jauh dari keramaian selama satu tahun setelah sebelumnya telah diobati
dengan menggunakan acara "belian" yaitu upacara pengusiran rob halus. Menurut ayah Ny.I, Ny I menderita
'gila' karena sesaji yang diberikan olehnya pada saat kelahiran Ny I kurang dari yang diminta sehingga sang
penjaga pantai beringin marah dan memberikan kutukannya kepada Ny I. Setelah mengalami gangguan jiwa
sang suami menceraikannya karena malu.

Stigma pada penderita gangguan jiwa ini adalah Nn.H berusia 26 tahun. Nn. H adalah anak ke-3 dari 5
bersaudara. Nn. H telah dikurung selama 1 tahun, hal ini dilakukan karena Nn. H dianggap gila dan mempermalukan
keluarga. Kamar yang menjadi tempat pengurungan Nn. H ini berukuran 2x2 m, dengan jendela tertutup sehingga
kamar sangat kurang cahaya. Selama dikurung Nn. H mendapat makan 3x sehari, makan tersebut tidak akan
dimakan oleh Nn. H jika . tidak dipaksakan oleh keluarganya, oleh karena itu Nn. H terlihat sangat kurus. Jika Nn. H
mau mandi, BAB, BAK, keluarga mengeluarkannya untuk ke kamar mandi terdekat, setelah itu Nn. H dimasukan lagi
ke kamar kurungan. Keluarga Nn. H sangat tertutup, sehingga untuk memperoleh informasi tentang penyebab Nn. H
mengalami gangguan jiwa tidak dapat saya peroleh.
Selama mengalami gangguan jiwa, keluarga tidak mau membawa Nn. H ke Rumah Sakit, walaupun keluarga
ini termasuk keluarga yang mampu di desa. Hal ini juga dikarenakan keluarga sangat malu dengan keadaan Nn. H
hanya diobati kepada dukun. Menurut keluarga, dengan berobat ke dukun selain tidak malu, tapi juga biaya

STIGMA EPILEPSI DAN STIGMA PENYAKIT KUSTA

Epilepsi
 Persepsi tentang epilepsi
`Merupakan penyakit keturunan
`Merupakan yang tidak dapat disembuhkan
`Karena guna-guna/kemasukan roh halus
 Penanganan
`Disembunyikan oleh keluarga

NSC ’08 bLok 2.2 Page 13 of 18


`Diobatkan ke dukun pengusir roh halus

 Stigma Epilepsi (ILAE, 2003)


→ Dalam kisah kitab injil bab St Mark’s Gospel: epilespi terjadi karena kemasukan roh jahat
→ Para penderita bangsa latin: epilepsi terjadi karena pengaruh roh jahat dan epilepsi dikatakan bisu yang
kotor dan jiwa yang tuli
→ Epilepsi disebabkan kemarahan Tuhan yang ditimpakan pada seseorang karena berbuat jahat
→ Dikucilkan karena najis, mengotori gereja, menular lewat ludah, gelas, piring
→ Dikucilkan karena disebut “nafas kotor” dan menular
 Faktor-faktor yang menyebabkan Epilepsi
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya epilepsi :
 Pada bayi biasanya dipengaruhi oleh kadar oksigen yang kurang dalam otak atau istilah kedokterannya
adalah hipoksia, baik karena panas tinggi atau yang lain. Pada orang dewasa biasanya dipengaruhi oleh
tumor.
 Penyebab penyakit Epilepsi antara lain adalah faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen),
kelainan pada menjelang-sesudah persalinan, cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan
pembuluh darah otak, Adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami operasi otak. Selain
itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat
trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, gangguan peredaran darah, cacat
bawaan.

NSC ’08 bLok 2.2 Page 14 of 18


 Penilaian terhadap Penderita Epilepsi
 Responden penelitian Sidiarto (1994) menyatakan: Epilepsi karena keturunan (33,5%); tidak yakin bisa
sekolah dengan baik (88%); tidak yakin bisa bekerja dengan baik (78,5%)
 Penelitian Al Adawi (2000): Petugas kesehatan memberikan penilaian negatif terhadap penderita epilepsi,
terutama dihubungkan dengan masalah kognitif dan perilaku
 Peran penting Promosi Kesehatan : Menurunkan stigma dengan memberikan penerangan dan penyampaian
pengetahuan melalui lokakarya, media massa cetak, TV, Radio
 Epilepsi pada Suku Toraja
Suku Toraja memeluk kepercayaan yang disebut Aluk Todolo. Aluk dapat diartikan aturan atau upacara,
Todolo artinya leluhur atau nenek moyang. Jadi maksudnya kepercayaan leluhur, yang 3% penduduknya
diperkirakan masih menganut kepercayaan ini. Kepercayaan tersebut (Aluk Todolo) juga terdapat dalam bidang
kesehatan, seperti pada penyakit epilepsi yang dianggap sebagai penyakit kutukan.
Di daerah Tana Toraja kampung Bua Kec. Tallu Lolo tentang penyakit epilepsi atau dalam bahasa Toraja
Ta’taran, bahwa penyakit itu disebabkan oleh roh jahat yang ada di sungai kampung mereka (sungai sa’dan)
maupun di sawah-sawah penduduk (yang berumur puluhan tahun) yang merasa terganggu oleh ulah dari si
penderita, orang tua dari penderita ataupun nenek dari sipenderita (mempunyai hubungan pertalian keluarga
yang sangat dekat), hal ini dikemukakan oleh Ne’Rante yang dipercaya oleh masyarakat setempat mampu
mengobati atau mengusir roh jahat yang masuk ketubuh si penderita.
Stigma = disembunyikan
 Penyembuhan Epilepsi

NSC ’08 bLok 2.2 Page 15 of 18


Keterangan Gambar :
Pengobatan dilakukan dengan cara memukulkan bagian belakang dari parang si dukun yang dipercaya
sakti pada bagian-bagian persendian si penderita mulai dari kaki hingga leher penderita secara berulang-ulang
dan perlahan-lahan sambil membacakan mantra

PENYAKIT KUSTA
 PENGERTIAN
 Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000)
 Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, pertama menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendoteal, mata,
otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat. (Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Dit.Jen
PPM&PL, 2002)
 ETIOLOGI
M.Leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligant intraseluler, menyerang saraf tepi, kulit, dan
organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang belakang kecualai susunan saraf
pusat. Masa membelah diri M.Leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari – 40 tahun
 EPIDEMIOLOGI
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian besar ahli melalui saluran
pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat dengan penderita). Kuman mencapai
permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempat implantasi
tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.
Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti. Hal ini tergantung
pada beberapa faktor antara lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim.
Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari pasien kusta tipe MB (Multi Basiler) yan
belum diobati atau belum teratur berobat
 KOMPLIKASI
Komplikasi kusta adalah reaksi kuasta yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dan gejala sisa akibat
kerusakan saraf tersebut. Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta
 PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG KUSTA
`Disebabkan kutukan Tuhan
`Merupakan aib dalam keluarga
`Merupakan penyakit kasta rendahan
Penanganan:
→ Pengobatan ke dukun
Stigmanya:
→ Di buang ke hutan dan dikucilkan
 STIGMA MASYARAKAT NTT TERHADAP PENDERITA PENYAKIT KUSTA

NSC ’08 bLok 2.2 Page 16 of 18


Nama “Penyakit Kusta” dalam berbagai bahasa daerah di Propinsi Nusa Tengga Timur
 Kaijulapu atau men Bune (bahasa Dawan / Timor)
 Kwerit / Lepra (bahasa Lembata / Flores Timur)
 Katombu (bahasa Sumba Timur)
Pandangan Masyarakat awam terhadap penyakit kusta:
`Penyakit kusta dianggap masyarakat sebagai penyakit turunan
`Penyakit kusta dianggap masyarakat sebagai penyakit kutukan nenek moyang
`Penyakit kusta juga dianggap sebagai penyakit yang menjijikkan
`Penyakit kusta dianggap sebagai penyakit akibat melanggar adat
Stigma terhadap penderita Kusta dalam masyarakat NTT:
 Penderita diasingkan dengan menempatkan penderita jauh dari lingkungan masyarakat misalnya tinggal
seorang diri dikebun
 Penderita boleh tinggal ditengah masyarakat tetapi tidak boleh saling mengunjungi dengan tetangga
Pandangan kesehatan terhadap penderita kusta
 Penyakit kusta bukan penyakit kutukan, turunan tetapi termasuk jenis penyakit menular
 Penyakit kusta berpindah dari penderita ke orang lain tetapi dalam waktu yang cukup lama (selama
berbulan-bulan bahkan bertahun tergantung daya tahan tubuh seseorang)
 Kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit kusta
Kelompok beresiko tinggi terhadap penyakit kusta adalah masyarakat yang rata-rata tinggal di daerah pedesaan
lebih khusus adalah :
 Mereka yang tinggal sehari-hari bersama penderita kusta dalam waktu yang cukup lama
 Mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih
 Mereka yang ekonomi rata-rata di bawah garis kemiskinan yang kurang terjamin kebersihan diri dan
lingkungan
 Mereka yang memiliki daya tahan rendah terhadap kuman kusta (Micobacterium Leprae)
 Mereka yang tinggal di daerah sulit dijangkau baik oleh tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan
 Promosi kesehatan yang dilakukan dalam penurunan stigma masyarakat terhadap penderita kusta
Secara terus menerus menyadarkan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan, bahwa:
`Penyakit kusta bukan penyakit kutukan/turunan tetapi penyakit menular yang berpindah dari seseorang ke
orang lain
`Penyakit kusta disebabkan kurang terjamin kebersihan diri dan lingkungan
`Penyakit kusta dapat terjadi akibat terlambat memeriksakan diri ke tenaga kesehatan atau tempat pelayanan
kesehatan
`Kuman penyakit kusta dalam tubuh dapat dibunuh dengan minum obat secara teratur
`Bagi yang cacat akibat kusta dapat dibatasi tingkat kecacatan dengan rajin minum obat tetapi tidak dapat
menyembuhkan kecacatannya dengan minum obat anti kusta

Penyakit Kusta di NTT

NSC ’08 bLok 2.2 Page 17 of 18


Keterangan Gambar:
Gambar 1,2 dan 3 menunjukkan seorang penderita kusta yang sedang dalam therapy Kusta pada salah satu Rumah
Sakit di Nusa Tenggara Timur yang mengalami allergi atau efek samping dari therapy penyakit kusta.

Editor pengin sedikit share niy,,tLg dibaca n di pahami yakz,, ^_^


Kisah Rasulullah dan Limau
Suatu Hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang
sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk Baginda. Cantik sungguh buahnya.
Siapa terlihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira.Hadiah itu dimakan oleh Baginda
Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan senyuman. Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat,
namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali
dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan
terima kasih dari baginda. Sahabat-sahabat agak hairan dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya.
Dengan senyuman Rasulullah menjelaskan 'Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya
merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang Ada di antara kalian akan mengenyitkan
Mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya'.
Begitulah akhlak Rasullullah SAW. Baginda tidak akan memperkecil- kecilkan pemberian seseorang biarpun benda
yang tidak baik,.
"selemah- lemah manusia ialah org yg tidak boleh mencari sahabat Dan orang yg lebih lemah dari itu ialah orang yg
mensia- siakan sahabat yang telah dicari dan berburuk sangka pula kepadanya" - Saidina Ali

Pernah tak dengar ayat ni?. ‘Sahabat adalah cermin kepada sahabatnya’
Pernah tak terfikir yang selama ini kita menjadi cermin yang memantulkan imej yang tak baik buat sahabat kita?
Kesian sahabat kita..Jadi mulai saat ini marilah kita menjadi cermin yang memantulkan imej yang paling baik buat
sahabat2 kita!

Suatu ketika seorang Sahabat bertanya Rasulullah saw,'Siapakah yang menjadi sahabat yang paling baik bagi kami?'
Jawabnya:'Seorang yang apabila kamu memandangnya kamu teringat akan Allah swt,apabila kamu dengar
percakapannya,pengetahuan kamu tentang Islam bertambah,apabila kamu melihat kelakuannya,kamu teringat kepada
kehidupan akhirat'

pRimA_LanNy_hAbiB_mUzZ_iCha_imEy_sEptA_n0enG_ipEh_risA_rAtnA_maLinA_oVy

NSC ’08 bLok 2.2 Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai