Anda di halaman 1dari 6

Nama : Siskawaty Puti

Kelas :Vb
Stambuk : 601080141
Tugas : Delik – Delik Diluar KUHP

Tentang Undang – Undang No.23 Tahun 2004 dan Ketentuan Pidana Yang Terdapat
Di Dalamnya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Undang - Undang No.23 tahun 2004 Tentang KDRT


Kekerasan Dalam Rumah tangga (KDRT) yang terdapat di dalam undang-undang No. 23 tahun
2004, adalah ; “setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan, atau penderitaan secara fisik, seksual psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga,
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”
a. Yang dimaksud dengan kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat
(Pasal 6).
b. Yang dimaksud dengan kekerasan psikis
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang (pasal 7)
c. Yang dimaksud kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan
hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Kekerasan seksual meliputi (pasal 8):
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut.
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
d. Yang dimaksud dengan penelantaran rumah tangga
Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian
ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu,
penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan
cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga
korban berada di bawah kendali orang tersebut (pasal 9).
e. Yang termasuk lingkup rumah tangga
Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (Pasal 2 ayat 1):
a. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);
b. Orang-orang ang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam
huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang
menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut
(Pekerja Rumah Tangga).

FAKULTAS HUKUM UG Page 1


2. Ketentuan Pidana yang akan di kenakan pada Pelaku
Ketentuan pidana penjara atau denda diatur dalam Bab VIII mulai dari pasal 44 – pasal 53. Lama waktu
penjara dan juga besarnya denda berbeda-beda sesuai dengan tindak kekerasan yang dilakukan. Dalam proses
pengesahan UU ini, bab mengenai ketentuan pidana sempat dipermasalahkan karena tidak menentukan batas
hukuman minimal, melainkan hanya mengatur batas hukuman maksimal. Sehingga dikhawatirkan seorang
pelaku dapat hanya dikenai hukuman percobaan saja. Meskipun demikian, ada dua pasal yang mengatur
mengenai hukuman minimal dan maksimal yakni pasal 47 dan pasal 48. Kedua pasal tersebut mengatur
mengenai kekerasan seksual.
Pasal 47:“Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan
seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000 atau denda paling banyak
Rp 300.000.000”.
Pasal 48:“Dalam hal perbuatan kekerasan seksual yang mengakibatkan korban mendapatkan luka yang
tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-
kurangnya selama 4 minggu terus menerus atau 1 tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam
kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 tahun dan pidana penjara paling lama 20 tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000 dan denda
paling banyak Rp 500.000.000”
Mengenai pembuktian kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam UU ini dikatakan bahwa sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang saksi korban
saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila disertai dengan suatu alat bukti yang
sah lainnya (pasal 55).
Alat bukti yang sah lainnya itu adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.
UU No.23 tahun 2004 juga mengatur kewajiban masyarakat dalam PKDRT, dimana bagi setiap orang
yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) wajib
melakukan upaya :
a) Mencegah KDRT.
b) Memberikan perlindungan kepada korban
c) Memberikan pertolongan darurat
d) Mengajukan proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik ringan serta kekerasan seksual yang terjadi di dalam
relasi antar suami-isteri, maka yang berlaku adalah delik aduan. Maksudnya adalah korban sendiri yang
melaporkan KDRT yang dialaminya kepada pihak kepolisian. ( vide, pasal 26 ayat 1 UU 23 tahun 2004
tentang PKDRT).

FAKULTAS HUKUM UG Page 2


Kel. V : Jefri Zakaria
: Siskawaty Puti
: Lian Edi
Kelas :Vb
Tugas : Hak Atas Kekayaan Intelektual

Tentang Pengaturan HAKI dalam TRIPs dan Pengaturan HAKI dalam Agreement
TRIPs-WTO dan dampaknya bagi Indonesia
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. PENGATURAN HAKI DALAM TRIPs
1.1 Latar Belakang Lahirnya TRIPs
Lahirnya persetujuan TRIPs dalam putaran Uruguay (GATT) pada dasarnya merupakan
dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi internasional yang dirasa semakin meluas, yang
tidak lagi mengenal batas-batas negara. Negara yang pertama sekali mengemukakan lahirnya TRIPs
adalah Amerika, sebagai antisipasi yang menilai bahwa WIPO (World Intellectual Property
Organization) yang bernaung di bawah PBB, tidak mampu melindungi HAKI mereka di pasar
Internasional, yang mengakibatkan neraca perdagangan mereka menjadi negatif.
1.2 Tujuan TRIPs
TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum hak milik intelektual guna
mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, penyebaran teknologi, serta di perolehnya manfaat
bersama antara pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan
kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkeseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs).
Untuk itu perlu dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional, dengan
mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan memadaiterhadap hak
milik intelektual, serta untuk menjamin agar tindakan dan prosedur untuk mengakkan hak milik
intelektual tidak kemudian menjadi penghalang bagi perdagangan yang sah.
1.3 Peranan TRIPs terhadap HAKI di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai kepentingan spesifik
untukberperan serta secara aktif dalam perundingan Putaraan Uruguay, untuk mengakomodasi
TRIPs dalam perangkat hukum nasional di bidang HAKI. Kepentingan spesifik tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Pembangunan nasional secara menyeluruh merupakan tujuaan utama Pemerintah Indonesia.
b. Di bidang ekonomi, tujuan pembanguna hanya dapat tercapai bila Indonesia dapat mencapai dan
mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup tinggi dengan tingkat inflasi yang terkendali.
c. Dalam upaya untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut, sektor luar negeri
telah memegang peranan penting. Hal ini akan tetap berlaku pada tahun-tahun mendatang karena
pasar dalam negeri dengan tingkat pendapatan nasional perkapita yang relatif masih terlalu
rendah, tidak dapat meenjadi motor pendorong laju pertumbuhan nasional yaang cukup tinggi.

FAKULTAS HUKUM UG Page 3


d. Berbeda pada tahun 1970-an, ketika penghasilan dari sektor migas menjadi andalan dari program
pembangunan, sejak tahun 1980-an Indonesia memusatkan perhatian terutama pada sektor
nonmigas.
e. Agar ekspor nonmigas dapat terus berkembang dengan pesat maka pemerintah telah mengambil
serangkaian langkah deregulasi dan debirokrasi untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang
perekonomian. Program tersebut akan terus dilakukan karena kepentingan nasional menunjukkan
bahwa langkah-langkah tersebut merupakan suatu hal yang strategis dan sangat tepat untuk
mencapai tujuan pembangunan jangka panjang yang telah di tentukan oleh pihak Indonesia
sendiri.
f. Di luar negeri, upaya pengamana ekspor nonmigas tergantung pada keterbukaan pasar. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Indonesia bersama negara anggota lainnya berupaya untuk menjaga
agar keterbukaan sistem perdagangan internasional yang hingga sekarang masih dapat
dipertahankan melalui GATT dapat terjamin (Halida Miljani, Kesepakatan perundingan putaran
uruguay. 1994).
Bertitik tolak dari kepentingan di atas, Indonesia sesuai dengan tingkat kemamapuaan di
bidang HAKI berupaya untuk membuat standar
1.4
2. PENGATURAN HAKI DALAM AGREEMENTN TRIPs-WTO DAN DAMPAKNYA
BAGI INDONESIA
Negosiasi pada putaran Uruguay (GATT) akhirnya memutuskan perjanjian Organisasi
Perdagangan dunia di Geneva pada tanggal 25 Desember 1993. Dalam kaitan ini perjanjian terpisah
mengenai perlindungan kekayaan intelektual, disebut perjanjian TRIPs juga diputuskan. Untuk itulah
pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan rahasia dagang sebagai konsekuensi dari
keanggotaan WTO dan konsekuensi dari perjanjian TRIPs, telah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Namun demukian, dalam pelaksanaannya sejauh
mengkin mengupayakan pencegahan penerapan ketentuan TRIPs yang dapat merugikan kepentingan
Indonesia.
Setelah Indonesia menyetujui dan manandatangani Perjanjian Putaran Uruguay, dari 110
negara anggota di Marrakesh pada tanggal 15 april 1994 maka sebagai konsekuensinya pemerintah
telah meratifikasi Ke dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia). Hal ini merupakan hasil formal perundingan Uruguay around, yang perjanjiannya berisi
perjanjian di bidang jasa dan perjanjian di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Perundingan di bidang ini bertujuan untuk :
1) Meningkatkan perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual dari produk-produk yang
diperdagangkan .
2) Menjamin prosedur pelaksanaan Hak atas Kekayaan Intelektual yang tidak menghambat kegiatan
perdagangan

FAKULTAS HUKUM UG Page 4


3) Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadapHak atas
Kekayaan Intelektual
4) Mengemban prinsip, aturan, dan mekanisme kerja sama internasional untuk menangani
perdagangan barang-barang hasil pemalsuan atau pembajakan atas Hak atas Kekayaan Intelektual
Melalui ratifikasi tersebut, beberapa undang-undang di bidang Hak atas Kekayaan
Intelektual dikeluarkan pemerintah, yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak
Cipta, yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1997 teentang paten, yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1987, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang merupakan perubahan
dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Undang-Undang Nomor 31 Thun 2000 tentang Desain Industri di bentuk untuk
mengembangkan sektor industri dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya
saing tersebut adalah dengan memanfaatkan peranan Desain Industri yang merupakan bagian dari
Hak atas Kekayaan Intelektual. Keanekaragaman budaya yang dipadukan dengan upaya untuk ikut
serta dalam globalisasi perdagangan, dengan memberikan pula perlindungan hukum terhadap Desain
Industri akan mempercepat pembangunan industri nasional.
Dalam pasal 1 angka 1, yang di maksud dengan Desain Industri adalah suatu kreasi tentang
bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari
padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu
produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Adapun dalam Pasal 4 dikemukakan
bahwa hak Desain Industri tidak mendapat perlindungan apabila Desain Industri tersebut
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau
kesusilaan.
Mengingat hal-hal tersebut dan berhubung belum di aturnya perlindungan hukum mengenai
Desain Industri, Indonesia perlu membentuk undang-undang di bidang Desain Industri untuk
menjamin perlindungan hak-hak pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya, serta menjaga
agar pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan Hak Desain Industri tersebut.
Selain mewujudkan komitmen terhadap persetujuan TRIPs, pengaturan Desain Industri
dimaksudkan untuk memberikan landasan bagi perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk
penjiplakan, pembajakan, atau peniruan atas Desain Industri yang telah di kenal secara luas. Adapun
prinsip pengaturannya adalah pengakuan kepemilikan atas karya intelektual yang memberikan kesan
estetis dan dapat di produksi secara berulang-ulang, serta dapat menghasilkan suatu barang dalam
bentuk dua atau tiga dimensi.
Perlindungan hukum yang di berikan terhadap Hak Desain Industri Dimaksudkan untuk
merangsang aktifitas kreatif dari pendesain untuk terus-menerus menciptakan desain baru. Dalam

FAKULTAS HUKUM UG Page 5


rangka perwujudan iklim yang mampu mendorong semangat terciptanya desain-desain baru dan
sekaligus memberikan perlindungan hukum itulah ketentuan Desain Industri disusun dalam undang-
undang ini. Perlindungan Hak Desain Industri diberikan oleh Indonesia apabila diminta melalui
prosedur pendaftaran oleh pendesain ataupun badan hukum yang berhak atas Hak Desain Industri
tersebut. Untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat, khususnya mengenai bidang Hak atas
Kekayaan Intelektual yang sangat erat hubungannya dengan pengertian Desain Industri, di pandang
perlu memberikan penjelasan perbedaan antara bidang-bidang Hak atas Kekayaan Intelektual,
khususnya perbedaan antara bidang Hak Cipta, Paten, dan Desain Industri.

FAKULTAS HUKUM UG Page 6

Anda mungkin juga menyukai