Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN PROFESI GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH

Hubungi : Dr. H. Sulipan, M.Pd. HP. 085-222-02-9933 email : sulipan@yahoo.com

PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pendahuluan 

Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah seorang guru sudah berpikir bagaimana cara
mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka ingin mencoba
menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar
yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh
waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat
digunakan untuk mengatasi masalah itu? Belum semua guru menguasai berbagai jenis
penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah
pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif, penelitian korelasional,
dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi
kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah
melalui penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang benar?
Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai
kreditnya? Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan
secara hati-hati dan terarah.
Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap
tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila
dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian
eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala
suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang
berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/ membuktikan pengaruh
perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi
belajar matematika pada siswa SMA atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan
di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi
atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan menilai tidak terbatas adalah mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh
treatment yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan
dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini. Di dalam proses
yang disebabkan oleh satu macam tindakan/ perlakuan, kita tidak pernah dapat menyatakan
bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan kita
baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita
hanya dapat menyatakan bahwa proses ini begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala
yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain menjadi
ukuran sebagai pembanding. Oleh karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut
sedikitnya dua kelompok, yang satu ditugaskan sebagai kelompok pembanding (control
group), sedang kelompok yang satu lagi sebagai kelompok yang dibandingkan (experimental
group).
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ? Untuk melaksanakan suatu
eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkaitan
dengan komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen
(design experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana
kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya, kesesatan-
kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan data, dan teknik
analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para guru dapat mempelajari,
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian itu, tanpa meninggalkan tugas sehari-
hari di kelas.

B. Mempersiapkan Eksperimen
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti
melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagai
ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang keampuhan dua metode mengajar
dalam bidang Matematika, Mana di antara dua macam metode yang dapat memberikan
prestasi belajar yang lebih baik (metode pemahaman konsep atau metode pemecahan soal).
Hal ini disebabkan karena selama ini ditemukan oleh guru bahwa penggunaan metode
pemahaman konsep yang dilakukan menyebabkan prestasi belajar siswanya belum
menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika yang selama ini
diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang guru matematika sewaktu mengikuti
diklat mendapatkan metode baru yaitu metode pemecahan soal", kemudian muncul
pertanyaan: manakah di antara dua metode pembelajaran Matematika yang dapat
menumbuhkan prestasi belajar lebih baik?
2. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih baik dalam
mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan pemahaman konsep (untuk
mengetahui pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar matematika). Guru
juga dapat mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel penelitian
(metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep, serta prestasi belajar).
Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang mengarah pada simpulan bahwa metode
pemecahan soal lebih baik dalam menanamkan pemahaman matematika dibandingkan
dengan metode pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: "Metode pemecahan soal lebih baik
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika". Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman peneliti dalam merancang lebih lanjut.
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran kepada dua
kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan /IQ dalam matematika. Dari dua
kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara acak atau random untuk
menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok
eksperimen.
6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada masing-masing kelompok
tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang memiliki kualitas yang sama, kemudian
dipilih secara acak/random untuk ditugaskan ke kelompok eksperimen/kontrol. Kalau
gurunya sama/satu orang, wajib menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode
tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada metode yang telah
ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.
Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal mendasar
yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua komponen tersebut
sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah mencoba menyusun rancangan/desain
eksperimennya.

C. Faktor Yang Perlu Dikontrol


Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variabel, serta kondisi apa saja yang
berkaitan dengan kegiatan eksperimen yang perlu diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi
adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan karena
faktor lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar
kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu
diperhatikan agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi faktor metode
mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya,
mengikuti pelajaran tambahan setiap sore, dan sebagainya.
b) Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/kelompok
perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai-pandai,
sedang kelas lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya
perbedaan hasil akhir eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh
kondisi siswa yang berbeda.
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan kontrol itu harus
dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi
yang kurang, tata ruang, dan tata cahaya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak
diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau
sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00
kelas K tidak boleh masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk
sekolah. Selain itu, jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang
lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan
pola yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
f) Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar diupayakan
mempunyai tingkat, level, atau derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan
maupun kemampuannya.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variabel non eksperimen agar
tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit
dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka mengganggu
jalannya pelajaran, sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu
konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula adanya
pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang
lain.

Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh
terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap langkah
agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk
mengendalikan.

D. Kesesatan Dalam Eksperimen


Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang
diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam eksperimen selalu
dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk
mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari
eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variabel yang
tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel
noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana
pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok,
yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda
(misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman
konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.

Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen


maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variable. Akan
tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk
dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variable. Dalam
setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian
disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane.
Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan
munculnya variabel pengganggu ini.

Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/ pengawas dari
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan
yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ekstrane yang ikut
mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat menyebabkan
terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau
errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan
konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan konstan
merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen.
Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak
mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh
variabel eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut.
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan
soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai
dengan metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil
belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak
menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil
eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada kelompok kontrol
terdapat siswa yang pada sore hari ikut pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak
orang tua/keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya,
sehingga anak itu selalu dibimbing atau diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang
mengajar di kelompok kontrol mempunyai karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan
bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur
kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang
diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel luar/ekstrane yang sulit
diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.

Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan
dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa
kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok
kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ?
Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan
metode pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel
luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan
eksperimen. Jadi, hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel
ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal kalau eksperimen
berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang menyesatkan, besar
kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu memberikan
hasil belajar yang lebih baik.

Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan eksperimen?
Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode
yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan
dengan metode pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru pelaksana
tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun
komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan
ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel lain yang
dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya
variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu? Kesesatan tidak konstan
adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen,
tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk
dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau
menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Group), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkan pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas berikut ini
disampaikan penjelasan singkatnya.

1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu penugasan
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol pada suatu
eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok
itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari
kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode
terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara
kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan
rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok
secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap
hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal
ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen)
bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang
ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi
subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal
ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.

2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu
atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut
seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang
guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen) sedemikian baiknya
sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan
sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang
menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu
kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu temannya waktu
pelajaran sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut.
Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah mempengaruhi eksperimen, dan hasil
eksperimen tersebut akan tercemari.

3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara
serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen
tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa
kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika
(mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru
sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara
sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain.
Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang
sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang
ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan,
sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada
sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada
suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari
kesesatan R itu. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu
eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan
berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.

E. Pelaksanaan Eksperimen
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha mengantisipasi
berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan dan hasil eksperimen,
maka apa yang harus dilakukan agar eksperimen tersebut dapat berjalan dengan baik?
Namun, sebelum ke pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan
sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen sudah dipersiapkan
sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru yang akan melaksanakan sudah
dipersiapkan secara memadai dan memiliki kualitas yang seimbang? Kalau semuanya sudah
dikaji barulah kita memperhatikan langkah berikut ini.
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A sebagai kelompok
eksperimen diberikan materi yang sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan metode
pembelajaran yang digunakan berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal,
sedangkan kelompok B dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar kesesatan tidak
timbul terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa maupun guru pelaksana, agar tidak
mengganggu hasil eksperimen.
3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi berdasarkan pedoman
observasi yang telah dipersiapkan, misalnya aspek perhatian siswa, keberanian siswa
berpendapat, kondisi kelas, kedisiplinan siswa, dan lain-lain.
4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes akhir eksperimen. Jenis
tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan
kontrol harus sama.
5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan dideskripsikan sesuai dengan
tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan
statistik uji t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu
dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada
kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode pemecahan soal
lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika yang berarti hipotesis
kerjanya diterima.

Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja? Apakah penelitian itu
kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan untuk mendapatkan kredit pengembangan
profesi? Kalau diajukan apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak
bermanfaat? Kita tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara hati-hati
dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah kita diperhatikan beberapa
asumsi berikut untuk direnungkan:
1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta temuan ilmiah
yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana penelitian itu merupakan penelitian eksperimen, apakah persiapan eksperimen
sudah dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya
sudah; baik yang menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan eksperimen), maupun
penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok eksperimen tersebut sudah
diperhatikan dengan baik dan seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah,
lingkungan kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen
lain yang terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan adanya kesesatan tidak
konstan yang ditimbulkan dari berbagai aspek, misalnya adanya siswa yang sering
mengganggu salah satu kelompok eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana
eksperimen/kontrol yang kurang serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun siswa
yang memiliki potensi dan motivasi belajar yang kuat yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang dieksperimenkan. Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang
IQ-nya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini jawabannya tidak
dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah dilaksanakan guru pelaku
eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu mengajukan pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil eksperimen tidak
memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya. Artinya ketepatan dan ketelitian alat
evaluasinya tidak terpenuhi, atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, atau belum
mencakup seluruh materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak
dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan bocoran dari kelas
lain. Kalau jawabannya juga tidak, maka lanjutkan ke pertanyaan yang ke-6.
6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat, tidak mengikuti teknik
analisis statistik eksperimen sesuai dengan pola yang digunakan. Dimulai dari koreksi hasil
post test/evaluasi akhir, tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan teknik statistiknya
harus benar, kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari ada perbedaan menjadi
tidak ada atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilaksanakan dengan statistik dan
prosedur analisis yang tepat dan hati-hati oleh peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternatif
atau asumsi terakhir.
7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati dan juga tidak
melakukan penyimpangan, maka kemungkinan terakhir yaitu adanya kesesatan konstan yang
tidak mungkin peneliti mampu untuk mengatasi/menghilangkan, tetapi peneliti juga tidak
mencoba mengurangi kesesatan ini. Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok sebagian
besar siswa pada sore hari mengikuti pelajaran tambahan, banyak dibimbing saudara/orang
tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah tertanam pada sebagian siswa,
alat/sarana/media belajar siswa lengkap atau sebaliknya pada kelompok lain banyak anak
yang malas belajar dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti mampu memberi
alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut
tetap dapat diajukan dan bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat
diusulkan/diajukan untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau hasil
penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data lapangan
yang dihasilkan secara faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat menumbuhkan
pemikiran baru, konsep baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori baru kalau
penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan. Akibatnya,
diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat mengembangkan teori baru dan
meninggalkan teori lama. Memang jarang dijumpai adanya peneliti yang demikian atau
peneliti tidak berani menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil analisis tidak
menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan alasan yang
mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah dipahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan eksperimen,
melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu hasil
eksperimen, perlu dipelajari beberapa jenis eksperimen mana yang paling sesuai bagi guru
yang akan mencoba metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa.
Dipersilahkan Anda membaca bagian berikut ini.
 

F. Desain Eksperimen
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan
setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan
atau diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan
kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil
jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh
sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat
menjawab persoalan yang dibahas.

Sebagai contoh, untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar
matematika, perlu dipersiapkan rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan penelitian
dengan penelitian eksperimen?
b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
c. Karakteristik metode pembelajaran apa yang akan dibandingkan?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti dan apa
instrumen pengukurnya?
e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk mengerjakan suatu
eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin, agar dapat dipakai pegangan
dalam pelaksanaannya.

Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis desain/ pola
eksperimen saja. Ada tiga desain yang disajikan, guru dapat memilih alternatif mana yang
paling tepat untuk mencoba suatu tindakan tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah
mengalami masalah. Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya,
namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat dilaksanakan dan paling
minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan) desain eksperimen yang dapat kita pelajari, namun berikut
ini hanya disampaikan beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam
memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Matched Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs.
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan secara singkat ketiga
desain eksperimen tersebut.

1. Treatment by Levels Designs.


Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari
bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok
tinggi dan rendah, ada siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini
stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan
eksperimen. Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimen perlu diperhatikan
agar tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di
dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang. Walupun demikian bukan
berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana
tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di
kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan
pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Di samping itu, juga perlu diperhatikan
variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu
dilakukan sebaik-baiknya.

2. Treatment by Matched Group Designs


Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para guru dalam
menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk
persiapan dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan
pretest kepada siswa yang akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu
dipikirkan lebih awal pada matching group adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan
agar kelompok-kelompok yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi
eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang dipandang
dapat mempengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/ treatment harus di-matched/ dijodohkan
sebelum tindakan atau eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi belajar dan kecerdasan
/inteligensi dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus
di-matched.
Cara melakukan matching dapat dilakukan dengan menguji perbedaan kelompok-kelompok
yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test.
Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat diteruskan,
berarti kedua kelompok itu harus menunjukkan adanya kesamaan.

3. Matched Subjects Designs


Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan
untuk eksperimen. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua
kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang
matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok yang satu dengan subyek
pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan sistem: a) nominal
pairing, b) ordinal pairing, atau c) combined pairing. Pada Nominal pairing yang dipasang-
pasangkan seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, sedang ordinal pairing yang
dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat pendidikan. Sedangkan
pada combined pairing, yang dipasang-pasangkan adalah kombinasi antara nominal dan
ordinal pairing. Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa
yang akan dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desain
lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu
memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.

G. Laporan Penelitian
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah menyusun laporan
hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar untuk menyusun laporan dapat dimulai
sejak peneliti melaksanakan kegiatan eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal,
penelitiannya saja baru dimulai? Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada
laporan hasil penelitian itu, harus diingat rancangan/proposal penelitian yang sudah disusun
sejak awal. Rancangan penelitian yang sudah lengkap dan terstruktur secara sistematis, akan
memberikan bahan dasar laporan yang sangat berharga dan mengurangi beban waktu
penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab pada laporan sudah ada di dalam
rancangan/proposal penelitian, walaupun masih perlu dipertajam, disempurnakan dan
dilengkapi sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan peneliti. Oleh karena itu, sambil
melaksanakan eksperimen guru/peneliti dapat mengawali menyusun laporan pada bab
pendahuluan, kajian teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran peneliti dan belum ada di proposal
adalah Bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini baru dapat ditulis
kalau kegiatan pengumpulan data dan kegiatan eksperimennya sudah selesai. Semua data dari
proses sampai hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara menyajikan dapat
dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan bertujuan untuk mempermudah pembaca
memahmi makna yang disampaikan peneliti. Hasil analisis data didasarkan pada hasil yang
diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket pada akhir pelajaran/eksperimen.
Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami sistematika penulisan yang
sudah ditetapkan, seperti yang terlampir pada bagian akhir dari hand-out ini. Pada prinsipnya
sistematika pembahasan mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian awal, bagian inti dan
bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini memenuhi syarat untuk dinilai
angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari kepala sekolah dan guru pengusul/peneliti.
 

H. Penutup
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat dilaksanakan oleh guru di
samping penelitian tindakan kelas. Kalau dilakukan dengan hati-hati dan cermat besar
kemungkinan akan mendapatkan kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik maupun
ilmu pengetahuan yang diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu baru, mendapat
metode baru yang dapat dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas perbedaan
yang diakibatkan, terlebih kalau mampu mengendalikan variabel pengganggu pelaksanaan
eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting dalam
mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya secara nyata dalam
menghayati berbagai masalah yang dihadapi sehari-hari di kelas. Dengan penguasaan
penelitian eksperimen akan dapat melengkapi tugas guru dalam upaya mengantarkan para
siswanya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat mencoba untuk melakukan
penelitian eksperimen yang sesuai dengan disiplin ilmu yang sedang ditekuni dan
dikembangkan.

Penelitian Eksperimen
Saturday, 11 April 2009 06:59 Hartoto

A. Pengertian
Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian
lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap
kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan
tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.

B. Karakteristik

1. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan
dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok eksperimen.
3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity)
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)

C. Tahapan dan Macam Eksperiment

1. Eksperimentasi permulaan
2. Rancangan Faktorial.
3. Kelompok eksperimen dan kelompok control
4. Validitas Eksperimen
5. Variabel yang Terkait dengan Eksperimentasi.
6. Rancangan Eksperimen

D. Langkah Pokok Eksperiment

1. Melakukan survei kepustakaan yang relevan bagi masalah yang akan digarap.
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3. Merumuskan hipotesis, berdasarkan atas penelaahan kepustakaan.
4. Mengidentifikasikan pengertian-pengertian dasar dan variable-variabel utama.
5. Menyusun rencana eksperimen.
6. Melakukan eksperimen.
7. Mengatur data kasar itu dalam cara yang mempermudah analisis selanjutnya dengan
menempatkan dalam rancangan yang memungkinkan memperhatikan efek yang
diperkirakan akan ada.

Anda mungkin juga menyukai