Fitraya/detikcom
Berlin - Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal pemilih bermodal KTP juga
berdampak di luar negeri. Di Berlin, Jerman, ada beberapa WNI yang akhirnya
bisa memilih, namun tentu saja modalnya Paspor, bukan KTP.
"Kita terima keputusan MK ini tanggal 7 Juli 2009 dan kita langsung sosialisasi
lewat berbagai milis warga Indonesia, di kantor PPSLN dan diumumkan di TPSLN,"
kata Ketua PPSLN Romy Hermawan kepada detikcom, Rabu (8/7/2009).
"Mereka bisa memilih 1 jam sebelum TPSLN ditutup. Mereka memakai surat
suara sisa yang tidak dipakai pemilih lain dan jumlahnya cukup untuk mereka,"
pungkas Romy.
Berlin - Pilpres di Berlin, Jerman berlangsung tanpa kehadiran satu pun saksi dari
para capres. Dalam perhitungan suara, pasangan SBY-Boediono unggul jauh dari
para pesaingnya.
Menurut Romy, PPSLN menunggu surat mandat dari setiap saksi sampai satu jam
sebelum pilpres dimulai. Namun tidak ada satu pun saksi dari setiap capres yang
1
mampu menunjukan surat mandat dari Indonesia.
"Apa boleh buat. Kita tetap tegas, mereka tidak bisa menjadi saksi. Tapi sesuai
aturan hal itu tidak mengganggu proses Pilpres," jelas Romy.
Selain pemilih datang langsung, PPSLN Berlin masih menunggu 1.024 surat suara
yang akan dikirim melalui pos. Sementara PPSLN Frankfurt dan Hamburg hingga
pukul 16.00 waktu Jerman masih melakukan perhitungan suara.
Paris - Di kota cinta nan romantis, Paris, pasangan SBY-Boediono juga memetik
kemenangan manis. Jarak angka pasangan ini dengan kompetitornya sejauh
bumi dan puncak menara Eiffel.
Total suara sah dari pemungutan suara di TPSLN Paris genap 400, sedangkan
suara tidak sah tercatat ada 21, belum termasuk suara melalui pos.
Disaksikan Duta Besar RI untuk Swedia dan Latvia, Linggawaty Hakim dan sekitar
60 warga, penghitungan hasil pemungutan suara di TPSLN Stockholm secara
meyakinkan memunculkan pasangan SBY-Boediono sebagai pemenang
sementara.
Sementara pasangan Jusuf Kalla-Wiranto harus puas dengan posisi buncit dengan
10 (8.77%) suara.
2
Kusumonegoro kepada detikcom malam ini atau Kamis (9/7/2009) WIB.
Hasil final pemungutan suara pilpres di wilayah akreditasi KBRI Stockholm akan
bisa diketahui setelah suara melalui pos dihitung pada 18/07/2009.
Dody menambahkan, total jumlah WNI yang masuk dalam DPT ada 754 orang.
Sebanyak 30% dari mereka tinggal di Stockholm dan sekitarnya, sisanya tersebar
di berbagai wilayah Swedia dari Trelleborg di ujung selatan sampai Kiruna di
wilayah lingkaran kutub utara.
Den Haag - TPSLN Den Haag baru memulai penghitungan suara tepat jam 21.00
CET atau Kamis (9/7/2009) jam 02.00 WIB. Suara diawali untuk Megawati-
Prabowo, namun tidak sah.
Suara kedua yang muncul langsung sah untuk SBY-Boediono dan sejak itu
pasangan ini terus melejit. Posisi saat berita ini dimuat adalah: Megawati-
Prabowo 23 suara, SBY-Boediono 176 suara dan JK-Wiranto 21 suara.
Di Den Haag pelaksanaan pemungutan suara baru selesai pada jam 20.00 CET,
setelah berlangsung maraton mulai jam 10.30 CET, dengan jumlah total WNI
yang melaksanakan hak pilihnya mencapai 929 orang.
Di samping itu masih ada suara melalui pos sebanyak 2.100, yang
penghitungannya akan dilakukan pada Jumat (10/7/2009).
Jakarta - Jaringan Pendidikan Dan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR), menemui banyak
hal aneh sepanjang pencontrengan hari ini. Dari mulai permintaan Bupati agar
memilih jagoannya, hingga penggunaan tinta pulpen untuk celup jari.
"Di TPS 05 Lawoway, Watangpulu, Sulawesi Selatan, ada instruksi Bupati ke PPK
untuk memilih salah satu calon," ujar Korordinator Nasional JPPR, Daniel Zuchron,
dalam konferensi pers di Kantor JPPR, Jl Taman Amir Hamzah No. 5, Pegangsaan
Timur, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009).
"Di TPS 5 Rasojaya, Kubu Raya, Kalimantan Barat, tinta tidak ada, diganti tinta
pulpen," ujar Daniel.
3
Keputusan MK yang memberikan keleluasaan mendaftar hanya menggunakan
KTP dan KK tidak berhasil. Masih banyak pemilih ber-KTP yang enggan
mendaftar.
"Di TPS 78, Tapos, Tenjolaya, Bogor, tidak ada yang mendaftar menggunakan
KTP," ujar Daniel.
"TPS 3 Jetis, Dagangan, Madiun, kertas suara kurang 59," keluh Daniel
Persoalan DPT ternyata belum juga usai dan menyisakan banyak persoalan. Di
Ngawi, Jawa Timur, DPT pilpres menggunakan DPT pileg yang terus menuai
keluhan masyarakat.
Sosialisasi KPU kepada petugas Panitia Pemilih Suara (PPS) juga dinilai
Daniel tidak optimal. Alhasil, sejumlah KPPS salah dalam penentuan sah atau
tidak surat suara sah.
Tokoh Agama Tak Lagi Jadi Pendulang Suara, Keok dengan Pencitraan
Indra Subagja - detikPemilu
Jakarta - Tokoh agama dinilai sudah tidak lagi efektif menjadi pendulang suara.
Buktinya, dukungan ormas keagamaan besar pada salah satu capres dan
cawapres tidak meningkatkan suara. Citra masih yang utama rupanya.
"Pencitraan yang utama, tokoh agama sudah tidak efeketif dan tidak mengakar
lagi, terjadi delegitimasi struktural dan terjebak birokatisasi," kata pengamat
politik UGM Arie Sudjito saat dihubungi melalui telepon, Rabu (8/7/2009).
Dia menilai di tubuh organisasi massa, dalam hal ini NU dan Muhammadiyah,
sekarang telah terjadi fragmentasi dan tidak solid. "Sekarang sudah tidak
menjadi mesin pengumpul suara lagi. Lagipula sekarang ormas mendukung
secara malu-malu, tidak seperti dahulu NU yang nyata-nyata mendukung PKB
dan itu memberikan suara signifikan," terangnya.
Selain itu saat ini politik aliran sudah semakin menyusut, penyebabnya bukan
karena kepragmatisan tetapi karena tokoh agama yang tidak lagi memiliki basis
hingga ke akar rumput.
"Harusnya ormas merefleksi diri, membenahi ulang. Dan ini sebagai bukti juga
pemimpin agama gagal mengelola basis massa dia," tambahnya.
4
Rabu, 08/07/2009 21:09 WIB
Nilai Pilpres Bermasalah
Mega-Prabowo Enggan Beri Selamat SBY
Didi Syafirdi - detikPemilu
"Kita tidak mempersoalkan menang atau kalah. Tapi prosesnya harus benar agar
hasilnya legitimate," ujar Dewan Pembina Tim Kampanye Mega-Prabowo, Taufiq
Kiemas di Kediamannya, Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009).
Taufiq, meminta pemerintah dan KPU membuktikan pemilu 2009 sudah sesuai
dengan aturan dan lebih baik dari Pemilu 2004. Taufiq juga mempertanyakan
kisruh DPT yang tidak kunjung bisa diselesaikan KPU.
"Buktikan saja dari awal pendaftaran hingga akhir proses pemilu apakah sudah
oke. Kalau sudah berjalan baik, kita akan ucapkan selamat," tegas pria asal
Palembang ini.