Pasca Perang Dunia I dan II, Jerman telah mengikuti dan melakukan banyak perjanjian
internasional, diantaranya adalah perjanjian yang sangat dikenal oleh banyak orang didunia
yaitu perjanjian Versailles.
Perjanjian Versailles adalah suatu perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri
Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman. Setelah enam bulan negosiasi melalui
Konferensi Perdamaian Paris, perjanjian ini akhirnya ditandatangani sebagai tindak lanjut dari
perlucutan senjata yang ditandatangani pada bulan November 1918 di Compiègne Forest,
yang mengakhiri perseturuan sesungguhnya. Salah satu hal paling penting yang dihasilkan
oleh perjanjian ini adalah bahwa Jerman menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab
peperangan dan, melalui aturan dari pasal 231-247, harus melakukan perbaikan-perbaikan
pada negara-negara tertentu yang tergabung dalam Sekutu.
Perjanjian Versailles ini juga telah menciptakan keadaan suatu keadaan yang kondusif
didirikannya Liga Bangsa-Bangsa, sebuah tujuan utama Presiden A.S. Woodrow Wilson. Liga
Bangsa-Bangsa dimaksudkan untuk menengahi konflik-konflik internasional dan dapat
mencegah terjadinya perang di masa depan.
Setelah Perang Dunia II, dalam perjalanannya jerman telah ikut serta dalam banyak
perjanjian-perjanjian internasional di berbagai bidang, diantaranya bidang politik, keamanan,
teknologi, ekonomi, perdagangan dan industri serta perjanjian-perjanjian di bidang
lingkungan yang isu-isunya saat ini telah menjadi isu yang sangat global dan penting untuk di
ikuti oleh setiap negara di dunia. Diantaranya Jerman telah mengikuti perjanjian-perjanjian
internasional yang bergerak di bidang lingkungan hidup yaitu, Antarctic-Environmental
Protocol, Antarctic Treaty, dan Climate Change-Kyoto Protocol.
Politik luar negeri Jerman yang berciri kontinuitas dan keterandalan, ditandai oleh
kerja sama dalam semangat kemitraan dan penyeimbangan kepentingan. Yang dapat
disebutkan sebagai titik orientasi politik luar negeri Jerman ialah kedua aksioma
”never again“ dan “never alone“. Dengan dilatarbelakangi oleh sejarah Jerman, ”never
again“ mengungkapkan penolakan terhadap politik yang otoriter dan bertujuan
ekspansi, serta sikap skeptis mendasar terhadap penggunaan alat kekuasaan militer.
Aksioma ”never alone“ berarti keterjalinan ketat di dalam komunitas negara
demokrasi Barat. Integrasi Jerman dalam Eropa yang semakin merapat, dan tautannya
yang kokoh dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara merupakan sokoguru orientasi
politik luar negeri. Jerman menjadi anggota aktif di berbagai organisasi kerja sama
multilateral.
Dewan Eropa
Dewan Eropa menetapkan garis besar haluan politik Uni Eropa. Paling sedikit dua kali
setahun para kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara anggota serta
Presiden Komisi Eropa bertemu di Dewan Eropa.
Dewan Keamanan
Pada bulan Desember 2004 telah berakhir masa keanggotaan keempat sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak Jerman menjadi
anggota PBB pada tahun 1973. Agar PBB dapat menyesuaikan diri dengan realitas
politik yang baru, Jerman mendukung reformasi luas dari organisasi sedunia tersebut.
Reformasi yang dimaksud mencakup perluasan Dewan Keamanan dan perbaikan tata
cara bersidangnya sehingga menjadi lebih transparan.
Dewan yang sering disebut ”Dewan Menteri“ itu merupakan badan legislatif
terpenting Uni Eropa. Setiap negara anggota mengutus satu orang menteri resor.
Kewenangan legislatif dan tanggung jawab untuk anggaran belanja UE dibagikan
antara Dewan dan Parlemen Eropa. Dewan UE juga mengikat perjanjian internasional
yang telah dirundingkan oleh Komisi Eropa. Keputusan di beberapa bidang politik
harus diambil dengan suara bulat. Selebihnya berlaku mayoritas dua pertiga. Bobot
suara tergantung dari jumlah penduduk negara yang bersangkutan, namun negara-
negara kecil memiliki jumlah suara yang melampaui ukuran proporsional. Dari total
345 suara, 29 dimiliki oleh Jerman. Jabatan ketua - kepresidenan Dewan UE - bergilir
setiap enam bulan. Mengenai perubahan institusional berdasarkan Perjanjian Lisboa
lihat halaman 80.
Ero
Ero adalah mata uang Uni Moneter Eropa dan merupakan mata uang terpenting kedua
setelah dolar AS dalam sistem moneter sedunia. Yang bertanggung jawab untuk Ero
dari segi politik keuangan ialah Bank Sentral Eropa yang berkedudukan di Frankfurt
am Main bersama dengan semua bank sentral nasional. Di lima belas di antara ke-27
negara anggota UE, Ero berlaku sebagai mata uang resmi. Di “zone Ero“, termasuk di
Jerman, Ero mulai dipakai sebagai alat pembayaran tunai pada tanggal 1 Januari 2002.
Sebelumnya, mata uang bersama itu sudah berfungsi sebagai mata uang untuk
transaksi niaga dan perbankan sejak awal tahun 1999.
Integrasi Eropa
Proses penyatuan Eropa termasuk di antara hal pokok yang difokuskan oleh politik
luar negeri Jerman. Peranserta Jerman di dalam Eropa yang bersatu telah ditetapkan
oleh Grundgesetz. Dengan diterimanya Bulgaria dan Rumania pada tahun 2007,
jumlah negara anggota Uni Eropa bertambah menjadi 27. Perundingan mengenai
keanggotaan telah dimulai dengan Turki dan Kroatia. Eksrepublik Yugoslavia
Masedonia merupakan calon anggota resmi, sedangkan negaranegara lain di kawasan
barat Balkan berstatus calon anggota potensial.
ISAF
Pada tahap awal, pengerahan Pasukan Pelindung Internasional untuk Afganistan ini
pada dasarnya bersifat operasi tempur. Dengan putusannya pada bulan April 1993 dan
bulan Juni 1994, Mahkamah Konstitusi Federal telah membuka jalan bagi Angkatan
Bersenjata Jerman untuk turut serta dalam operasi seperti itu pula. Sejak bulan
Desember 2004 berlaku Undang-Undang Pengikutsertaan Parlemen yang mengatur
kompetensi Bundestag dalam kasus seperti ini. Dewasa ini ISAF ditugaskan oleh PPB
untuk membantu Pemerintah Afganistan dalam menciptakan dan memelihara
keamanan dalam negeri, dan dalam distribusi barang bantuan.
Pada bulan Maret 2007, ketika Jerman memegang kepresidenan Dewan EU, Uni
Eropa memasuki tahap baru di bidang politik energi dan proteksi iklim. Para kepala
negara dan kepala pemerintah memutuskan untuk meningkatkan efisiensi energi UE
sebanyak 20 persen sampai tahun 2020. Dalam kurun waktu yang sama, andil energi
terbarukan pada konsumsi dinaikkan menjadi 20 persen, dan emisi gas rumah kaca
dikurangi sebesar minimal 20 persen dibandingkan dengan tahun 1990 (“rumus 20-20-
20”).
Kemitraan Transatlantik
Komisi Eropa
Parlemen Eropa
Parlemen Eropa merupakan organ perwakilan rakyat Uni Eropa. Dewan tersebut
beranggotakan 785 orang (mulai 2009, dengan berlakunya Perjanjian Lisboa: 750
orang) yang dipilih langsung oleh penduduk ke-27 negara anggota UE untuk jangka
waktu lima tahun. Berdasarkan jumlah penduduknya, setiap negara anggota UE
mendapat jatah kursi tertentu. Jerman sebagai negara anggota UE terbesar mengutus
99 anggota ke dalam Parlemen Eropa. Lima anggota dewan berasal dari Malta, negara
anggota UE terkecil. (Mulai tahun 2009 Jerman akan mendapat 96 kursi, negara-
negara paling kecil seperti Malta dan Luksemburg 6 kursi.) Secara keseluruhan, para
anggota Parlemen Eropa mewakili hampir 500 juta warga. Terlepas dari
kebangsaannya, para legislator itu membentuk fraksi-fraksi. Parlemen Eropa
berwenang memutuskan undang-undang dan anggaran belanja, dan memiliki
kewenangan kontrol, tetapi tidak memiliki hak inisiatif dalam legislasi. Tempat
kedudukan parlemen ialah Strasburg; sidang pleno dan sidang komisi diadakan juga di
Brussel.
PKPE/PLNKB
Dengan bertindak bersama di bidang politik luar negeri dan politik keamanan, negara-
negara anggota UE diharapkan dapat menghadapi krisis dan konflik internasional
dengan bereaksi lebih cepat, dengan menyuarakan pendapat tunggal di bidang politik
luar negeri, dan dengan mempertahankan kepentingan internasional mereka secara
lebih efektif. Dalam rangka Politik Luar- Negeri dan Keamanan Bersama (PLNKB),
Uni Eropa mengembangkan Politik Keamanan dan Pertahanan Eropa (PKPE). Untuk
tugas humaniter, aksi penyelamatan, tindakan pemeliharaan perdamaian dan
pengerahan pasukan tempur, negaranegara anggota UE menyediakan sampai 60.000
tentara untuk jangka waktu 60 hari. Sejak Januari 2007, per semester disediakan dua
unit tempur (pasukan intervensi cepat), masing-masing dengan sekitar 1.500 prajurit
yang selalu dalam keadaan siap-siaga.
Tujuan utama politik luar negeri Jerman ialah pelestarian perdamaian dan keamanan di
dunia. Dalam definisi lebih luas, keamanan mencakup juga aspek-aspek hak asasi
manusia, ekonomi, ekologi dan sosial, selain pencegahan konflik, pertahanan, serta
pengurangan dan pengawasan persenjataan. Dalam implementasi aspek-aspek itu
termasuk usaha demi perlindungan hak asasi manusia di seluruh dunia, demi tata
perekonomian dunia dengan peluang bagi semua, demi perlindungan lingkungan
hidup yang tidak terhalangi batas negara, dan demi dialog antarbudaya yang terbuka.
Hubungan politik di bidang budaya dan pendidikan merupakan bagian integral dari
politik luar negeri Jerman. Pelaksanaannya diserahkan untuk sebagian besar kepada
organisasi perantara seperti Goethe-Institut, Deutscher Akademischer Austauschdienst
(DAAD), Alexander-von-Humboldt-Stiftung, Institut für Auslandsbeziehungen, dan
Komisi Jerman UNESCO. (lihat halaman 162)
Pada tahun 1999 orang Jerman telah mempunyai pengalaman setengah abad dengan
Undang-Undang Dasar mereka yaitu Grundgesetz. Pada jubileum ke-40 dari Republik Federal
Jerman pada tahun 1989, Grundgesetz telah dinyatakan sebagai undang-undang dasar yang
terbaik dan paling liberal yang pernah terdapat di bumi Jerman. Penerimaan rakyat
terhadapnya melebihi sikap terhadap konstitusi Jerman yang manapun sebelumnya. Dengan
Grundgesetz telah diciptakan sebuah negara, yang sejauh ini belum pernah dilanda krisis
konstitusional yang serius.
Pada bagian pertama Grundgesetz tercantum uraian hak-hak asasi disertai kewajiban
negara untuk menghormati dan melindungi martabat manusia. Jaminan ini dilengkapi dengan
hak umum atas kemerdekaan mengembangkan kepribadian bagi setiap individu. Hak tersebut
menjamin perlindungan menyeluruh bagi warga terhadap kesewenang-wenangan pihak
negara. Penghormatan terhadap martabat manusia dan kemerdekaan mengembangkan
kepribadian berlaku baik bagi warga Jerman maupun warga asing. Di antara hak-hak
kemerdekaan klasik yang tercantum dalam Grundgesetz tergolong antara lain : kebebasan
beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat (termasuk kebebasan pers) dan perlindungan
hak milik. Selain itu, kemerdekaan seni dan ilmu pengetahuan, hak berkoalisi, perlindungan
atas kerahasiaan isi surat, kiriman pos dan telekomunikasi, perlindungan terhadap pemaksaan
kerja dan kerja-paksa, kedaulatan penuh atas tempat tingal, dan hak menolak wajib militer
berdasarkan alasan hati nurani.
Kategori hak individu lain yang tercantum dalam Grundgesetz adalah hak-hak warga.
Berbeda dengan hak-hak asasi di atas, hak warga hanya berlaku untuk warga negara Jerman.
Hak ini terutama menyangkut partisipasi politik dan kebebasan melaksanakan pekerjaan.
Intinya mencakup kebebasan berkumpul, hak mendirikan perkumpulan dan organisasi,
kebebasan bergerak dan menentukan tempat tinggal di wilayah Republik Federal (termasuk
memasukinya), kemerdekaan memilik dan melaksanakan pekerjaan, larangan ekstradisi dan
hak ikut dalam pemilihan umum.
Disamping hak-hak kemerdekaan tersebut masih terdapat hak-hak kesamaan. Prinsip umum,
bahwa setiap manusia adalah sama di hadapan hukum diuraikan secara kongkret dalam
Grundgesetz. Tak seorang pun boleh dirugikan atau diuntungkan berdasarkan jenis kelamin,
keturunan, ras, bahasa, tanah air maupun asal-usul, kepercayaan, agama atau keyakinan
politiknya. Juga dengan jelas diatur persamaan hak lelaki dan perempuan. Grundgesetz juga
menjamin hak setiap warga negara jerman untuk diperlakukan sama dalam hal penempatan
jabatan publik.
Hak-hak asasi juga mengenai perlindungan dan jaminan terhadap kelembagaan sosial
seperti perkawinan, keluarga, gereja dan sekolah. Beberapa hak asasi secara tegas dirumuskan
sebagai hak untuk memperoleh pelayanan dan manfaat, seperti misalnya hak seorang ibu
untuk memperoleh perlindungan dan perawatan kesejahteraan oleh masyarakat.
Hak asasi yang tidak bisa lain hanya berlaku untuk warga asing dan yang pertama kali
tercantum dalam UUD Jerman adalah hak suaka. Hak ini menjain pemberian suaka di Jerman
bagi warga asing yang ditindas karena alasan politik di negara asal. Beberapa saat yang lalu
kedatangan ratursan ribu pemohon suaka ke Jerman yang telah berlangsung selama bertahun-
tahun dan akhirnya hampir tidak terkontrol lagi menimbulkan keadaan genting. Sebagaian
besar pemohon suaka ternyata datang bukan karena penindasan politik, tetapi umumnya
berdasarkan alasan ekonomi. Hal ini mengancam keberadaan hak suaka bagi mereka yang
benar-benar tertindas.
Ada lima prinsip yang menjadi acuan ketatanegaraan dalam Grundgesetz; Jerman
adalah negara republik dan demokrasi, negara federal, negara hukum dan negara sosial.
Republik sebagai bentuk negara dikukuhkan oleh UUD dalam penamaan ?Republik
Federal Jerman?. Ke luar hal ini tampak dalam kenyataan, bahwa Presiden Federal
(Bundesprasident) adalah kepala negara yang ditentukan melalui pemilihan. Dasar bentuk
negara demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Undang-Undang Dasar menyebutkan, bahwa
seluruh kekuasaan negara berasal dari rakyat. Dalam hal ini Grundgesetz menganut sistem
demokrasi tak langsung, yaitu demokrasi melalui perwakilan. Artinya : kekuasaan negara
harus diakui dan disetujuai rakyat, tetapi penyelenggaraannya tidak langsung oleh keputusan-
keputusan rakyat, selain dalam pemilihan umum. Penyelenggaraan ini diserahkan kepada ?
badan-badan tersendiri? dibidang legislatif, eksekutif dan yudikatif. Rakyat sendiri
menjalankan kekuasaan negara terutama dalam pemilihan parlemen yang diselenggarakan
secara berkala. Berbeda dengan konstitusi berbagai negara bagian, Grundgesetz menentukan
bentuk-bentuk demokrasi langsung seperti referendum dan plebisit hanya sebagai
perkecualian. Penyelenggaraan plebisit hanya diharuskan dalam hal perubahan pembagian
wilayah federal.
Grundgesetz memilik konsep ?demokrasi yang berani melawan?. Sikap ini berasal dari
pengalaman pada saat Republik Weimar, yang diruntuhkan oleh partai-partai radikal dan
memusuhi konstitusi. Dasar pemikiran demokrasi berlawanan adalah bahwa kebebasan semua
kekuatan dalam percaturan politik menemui batasnya, bila ada usaha meniadakan demokrasi
itu sendiri melalui prosedur demokrastis. Itulah alasan mengapa Grundgesetz memberikan
kewenangan kepada Mahkamah Konstitusional Federal untuk melarang partai politik yang
bertujuan menghambat atau meniadakan tata negara demokratis.
Ditetapkan bentuk negara federal dalam UUD berarti bahwa tidak hanya federasi,
tetapi juga ke-16 negara bagian mempunyai status setara negara. Untuk bidang-bidang
tertentu, negara-negara bagian tersebut memiliki kedaulatan atas wilayahnya, yang
diwujudkan melalui legislasi, penegakan hukum dan yurisdiksi sendiri. Setelah ditetapkannya
pebagian tugas dan kewenangan antara federasi dan negara bagian, titik berat kegiatan
legislatif ternyata memang terletak pada negara pusat atau federasi. Bukanlah pada negara
bagian seperti yang diinginkan oleh konstitusi. Negara bagian terutama bertugas
menyelenggarakan administrasi negara, artinya melaksanakan undang-undang. Pembagian
tugas ini adalah unsur penting dalam sistem pembagian kewenangan dan keseimbangan
keuasaan yang digariskan oleh Grundgesetz.
Inti dari prinsip negara hukum yang tertuang dalam Grundgesetz adalah pebagian
kekuasaan. Fungsi-fungsi kekuasaan negara dipercayakan kepada badan legislatif, badan
eksekutif dan badan yudikatif yang masing-masing bediri sendiri. Arti penting pembagian
kewenangan dini terletak pada pembentukan kekuasaan negara melalui pengawasan dan
pembatasan timbal balik yang membuahkan perlindungan bagi kebebasan seitap warga.
Elemen penting yang kedua dalam prinsip negara hukum adalah berlakunya hukum secara
mutlak pada semua perbuatan negara. Prinsip pemerintahan atas dasar hukum ini berarti,
bahwa badan eksekutif alias pemerintah tidak boleh melanggar hukum yang berlaku, terutama
konstitusi dan undang-undang (keutamaan undang-undang); selanjutnya untuk segala bentuk
interfensi ke dalam ruang hukum dan ruang kemerdekaan individu dibutuhkan suatu dasar
hukum formal (persyaratan adanya undang-undang). Semua tindakan alat negara dapat
diperiksa kesesuaian hukumnya oleh hakim yang independen, bila ada pengaduan hak yang
tersangkut.
Prinsip negara sosial adalah pemikiran baru yang melengkapi gagasan tradisional
tentang negara hukum. Negara diwajibkan melindungi kelompok-kelompok masyarkat yang
lemah dan senantiasa mengusahkan keadilan sosial. Banyak sekali undang-undang dan
keputusan pengadilan yang telah menghidupi prinsip ini. Negara sosial diwujudkan dalam
asuransi wajib kesejahteraan sosial yang meliputi tunjangan purnakarya (pensiun), tunjangan
bagi orang cacat, biaya perawatan dan pemulihan kesehatan serta tunjangan bagi penganggur.
Negara juga, untuk menyebut beberapa contoh lagi, memberi bantuan sosial kepada yang
membutuhkan, tunjangan tempat tinggal dan tunjangan anak, serta menjaga keadilan sosial
melalui perundangan yang menyangkut lindungan pekerjaan dan waktu kerja
4. Sistem Pemerintahan
A. Umum
Republik Federal Jerman terdiri atas 16 negara bagian. Negara bagian bukanlah
provinsi, tetapi negara dengan kewenangan bernegara sendiri. Setiap negara bagian mempuyai
undang-undang dasar sendiri, yag harus sesuai dengan prinsip negara hukum berbentuk
republik yang demokratis dan sosial menurut norma Grundgesetz. Di luar itu, negara bagian
tersebut memiliki kebebasan menentukan sendiri undag-undang dasarnya.
Bentuk negara federal termasuk di antara prinsip-prinsip konstitusi yang tidak bisa
diubah. Akan tetapi keberadaan negara bagia yang ada sekarang bukan tidak bisa berubah.
Untuk penyusunan kembali RFJ terdapat aturan dalam Grundgesetz.
Sistem federasi mempunyai tradisi konstitusional yang panjang, yang hanya pernah
diselingi oleh sistem negara kesatuan di bawah rezim Nazi (1933-1945). Jerman termasuk
contoh negara federal yang klasik. Federalisme telah terbukti tangguh: baik keistimewaan
maupun masalah-masalah regional dapat diperhatikan dan teratasi dengan lebih baik melalui
sistem ini dibandingkan melalui sistem pemerintahan terpusat.
Tatanan federal di Jerman, seperti juga di Amerika Serikat dan Swis, menjembatani
persatuan ke luar dengan keanekaragaman di dalam. Pelestarian keanekaragaman itu adalah
fungsi tradisional federalisme. Kini fungsi tersebut menjadi semakin penting berkenaan
dengan tuntutan regional seperti perlindungan bangunan bersejarah, pelestarian tradisi tata
kota serta pengembangan kebudayaan daerah.
Dalam hal kewenangan bersaing, negara bagian mempunyai hak menetapkan undang-
undang hanya bila hal bersangkutan belum di atur federasi. Pusat di lain pihak hanya boleh
melakukannya, jika benar-benar diperlukan peraturan hukum yang seragam untuk seluruh
wilayah negara federal. Termasuk dalam kewenangan bersaing antara lain bidang-bidang
hukum pidana dan perdata, hukum niaga, undang-undang mengenai energi nuklir, hukum
perburuhan dan hukum pertanahan; selanjutnya peraturan untuk warga asing, bidang
perumahan, pelayaran dan lalu lintas jalan, masalah limbah, kebersihan udara dan peredaman
kebisingan. Dalam kenyataannya, untuk semua hal tersebut dibutuhkan peraturan hukum yang
seragam, sehingga secara praktis negara bagian tidak lagi memiliki kewenangan di bidang
tersebut.
Dalam menegakkan hukum, negara bagian memiliki kewenangan atas semua bidang
yang belum di atur oleh federasi atau yang tidak ditentukan sebagai kewenangan federasi oleh
Grundgesetz. Dengan demikian poko-pokok yang tinggal untuk legislasi negara bagian adalah
sebagian luas bidang pendidikan dan kebudayaan, sebagai perwujudan ?kedaulatan budaya?
mereka. Selain itu, peraturan hukum di tingkat komunal serta bidang kepolisian juga menjadi
kewenangan negara bagian.
Kekuatan negara bagian yang sebenarnya terletak pada pelaksanaan administrasi
negara dan keterlibatannya dalam pembuatan undang-undang federasi melalui bundesratz.
Negara-negara bagian berwenang melaksanakan seluruh administrasi dalam negeri. Pada
waktu yang sama, aparat pemerintah negara bagian bertanggung jawab pula atas pelaksanaan
bagian terbesar undang-undang dan peraturan yang diberlakukan federasi.
Ada tiga macam tugas yang diemban pemerintahan negara bagian: pertama tugas yang
semata-mata menjadi urusan sendiri (misalnya sekolah, kepolisian dan perencanaan regional).
Kemudian tugas melaksanakan hukum federal sebagai urusan dan tanggung jawab sendiri
(misalnya undang-undang perencanaan bangunan, perizinan usaha, pelestarian lingkungan),
dan terakhir tugas melaksanakan peraturan hukum federal atas mandat federasi (umpamanya
pembangunan jalan negara, bantuan pendidikan).
Dengan demikian tata negara yang digariskan oleh konstitusi Republik Federal Jerman
dalam kenyataannya telah berkembang menjadi tatanan yang bersifat sentral dalam bidang
legislatif dan yang lebih menonjol ciri federalnya dalam pelaksanaan administrasi
pemerintahan
C. Swapraja Komunal
Pemerintahan kota dan desa yang otonom adalah pencerminan kemerdekaan warga
yang menjadi tradisi di Jerman. Hal ini berakar pada hak-hak istimewa kota-kota berdaulat
pada abad pertengahan. Pada masa itu orang yang memperoleh hak sebagai warga kota
berdaulat terbebaskan dari belenggu perhambaan tuan tanah feodal. (?Udara kota
membebaskan,? demikianlah semboyan saat itu). Di zaman modern, otonomi pemerintahan
komunal erat berhubungan dengan pembaruan yang dilaksanakan Freiherr vom Stein,
terutama dalam tata Kotapraja Prusia yang diberlakukan tahun 1808.
Grundgesetz meneruskan tradisi ini dan dengan jelas menjamin pemerintahan komunal yang
otonom pada tingkat kota komune (Gemeinde) dan kabupaten (Kreis). Dengan demikian
mereka berhak untuk mengatur segala urusanmasyarakat setempat secara mandiri dalam
kerangka hukum nasional. Pemerintah kota, komune dan kabupaten harus dilaksanakan secara
demokratis. Perundang-undangan komunal menjadi kewengan negara bagian. Berdasarkan
alasan historis, undang-undang pokok di bidang ini berbeda dari satu negara bagian ke negara
bagian lain. Namun praktik administrasi komunal pada umumnya hampir sama di semua
negara bagaian.
Sistem swapraja komunal memberi peluang bagi masyarakat untuk turut serta dalam
pelaksanaan politik dan dalam pengawasan. Dalam rapat terbuka untuk warga setempat, setiap
warga dapat berbicara langsug dengan wakil-wakil rakyat yang dipilih, ia dapat memeriksa
anggaran pendapatan dan belanja, atau ikut dalam diskusi mengenai rencana pembangunan.
Kota dan Gemeinde adalah sel-sel kebersamaan politik masyarakat yang terkecil. Sel-sel itu
harus senantiasa berkembang dan memperbarui diri, agar kemerdekaan dan demokrasi dalam
negara dan masyarakat tetap terpelihara.
6. Lembaga Pemerintahan
Sebagai negara yang menjunjung tinggi demokrasi, RFJ berupaya keras untuk tidak
mengulangi politik yang pernah diterapkan dan terjadi sesaat Hitler memegang kekuasaan.
Oleh karena itu diupayakan adanya pembagian kekuasaan dan kewenangan yang jelas
sehingga tidak dapat terulang lagi penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam sistem demokrasi yang dianut oleh RFJ (demokratis-parlementer) partai-partai politik
memegang peran yang konstitutif. Yang berarti jika salah satu partai politik menang dalam
pemilu baik tingkat daerah ataupun tingkat federal/pusat, maka partai ini berkuasa penuh dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan politik dalam periode pemerintahan yang ditentukan.
Kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh negara terbagi dalam 3 lembaga pemerintahan
yaitu :
1) Lembaga Legislatif :
a) Bundestag (DPR)
Bundestag Jerman adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Federal Jerman. Parlemen ini
dipilih oleh rakyat setiap empat tahun. Pembubarannya (sebelum masa jabatan berakhir)
hanya dapat dilakukan dalam situasi khusus dan menjadi kewenangan Presiden Federal.
Tugas Bundestag yang utama adalah menetapakan undang-undang, memilih Kanselir dan
mengawasi pemerintah.
Sidang pleno Bundestag adalah forum perdebatan besar di parlemen, terutama dalam diskusi
mengenai masalah penting politik dalam negeri dan luar negeri. Pekerjaan awal
mempersiapaan perundangan dilaksanakan dalam rapat-rapat komisi yang biasanya bersifat
tertutup. Disini aspirasi politik harus dipertemukan dengan pandangan para ahli dari
bidangnya masing-masing.
Dalam lingkup tugas komisi terletak juga titik berat pengawasan parlemen atas perilaku
pemerintah. Tanpa pembidangan itu, penyelesaian begitu banyak masalah yang beraneka
ragam tak mungkin tercapai. Bundestag menentukan komisi-komisi sesuai dengan pembagian
bidang tugas yang berlaku pada pemerintah. Ini mencakup Komisi Luar Negeri, Komisi
Sosial sampai Komisi Anggaran Belanja Negara, yang juga memainkan peranan penting,
karena mewujudkan kewenangan parlemen atas pendapatan dan belanja negara. Kepada
Komisi Petisi setiap warga dapat mengajukan permohonan maupun keluhannya.
Dari tahun 1949 sampai akhir periode legistalif 1990, 6700 rancangan undang-undang
(RUU) diajukan kepada parlemen dan 4400 telah diputuskan. Kebanyakan RUU tersebut
berasal dari pihak pemerintah, bagian lebih kecil dari parlemen sendiri maupun dari
Bundesrat. RUU dibacakan dan dibahas tiga kali kepada komisi yang bersangkutan. Pada
pembacaan ketiga diadakan pemungutan sura. Suatu undang-undang (kecuali perubahan
terhadap konstitusi) diterima, apabila disetujui mayoritas dari jumlah suara yang diberikan.
Untuk udang-undang yang menyangkut kewenangan negara bagian masih diperlukan
persetujuan dari Bundesrat.
Berdasarkan jumlah anggota fraksi dan kelompok ditentukan pula jumlah wakilnya
dalam komisi-komisi. Ketua Bundestag biasanya dipilih dari fraksi terbesar sesuai kebiasaan
undang-undang dasar Jerman sejak dahulu.
Ketidaktergantungan para anggota parlemen secara keuangan dijamin melalui pemberian
honorarium yang tingginya sesuai dengan arti penting kedudukan seorang wakil rakyat. Siapa
yang sedikitnya delapan tahun menjadi anggota parlemen berhak mendapatkan pensiun
setelah mencapai batas usia yang ditentukan.
Lembaga legislatif yang terdiri dari perwakilan dari negara bagian yang jumlahnya
didasarkan pada banyaknya penduduk negara bagian yang bersangkutan.
Ketua Bundesrat dipilih secara bergilir dari antara negara bagian yang terwakili di
dalamnya untuk masa jabatan setahun. Ketua Bundesrat mewakili Presiden Federal, bila yang
terakhir berhalangan.
2) Lembaga eksekutif :
Pemerintah Federal Jerman, disebut juga kabinet, terdiri atas Kanselir dan para
menteri. Kanselir Federal mempunyai posisi istimewa dan mandiri dalam pemerintah dan
dihadapan para menteri. Ia mengepalai kabinet federal, ia saja yang berhak membentuk
kabinet; Kanselir memilih menteri dan mengajukan usulan mengikat kepada Presiden Federal
untuk mengangkat maupun memberhentikan mereka. Selain itu, Kanselir juga menentukan
jumlah menteri dan bidang tugas mereka. Beberapa kementrian disebutkdan dalam
Grundgesetz; Kementerian Luar Negeri, Kementerian-kementerian Federal Dalam Negeri,
Kehakiman, Keuangan dan Pertahanan. Pengadaan ketiga kementerian yang disebutkan
terakhir merupakan persyaratan konstitusional. Posisi Kanselir yang kuat bertumpu pada
kewenangannya : ia menentukan garis besar kebijakan pemerintah. Para menteri federal
mengepalai bidang tugas masing-masing dengan menjalankan garis besar tersebut secara
mandiri dan atas tanggung jawab sendiri. Dalam politik praktis, Kanselir harus juga mematuhi
kesepakatan dengan partner koalisinya dan menghormati kepentingan mereka.
Tidaklah salah bila sistem pemerintahan Jerman juga dijuluki sebagai ?demokrasi
Kanselir?. Kanselir Federal adalah satu-satunya orang dalam kabinet yang dipilih oleh
parlemen, hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap Dewan Perwakilan Rakyat.
Pertanggungjawaban ini dapat berwujud ?mosi tidak percaya konstruktif?. Prosedur mosi ini
sengaja dicantumkan dalam Grundgesetz sebagai perbaikan terhadap UUD Republik Weimar.
Maksud mosi konstruktif ini untuk menghindari jatuhnya pemerintah atas ulah kelompok-
kelompok oposisi yang hanya sepakat menolak pemerintah, tetapi tidak memiliki program
alternatif bersama. Dalam sistem ini, Bundestag yang megnajukan mosi tidak percaya
terhadap anselir, sekaligus harus memilih Kanselir baru. Percobaan menjatuhkan Kanselir
melalui mosi ini telah dua kali dilakukan, tetapi baru satu kali berhasil : Pada bulan Oktober
1982 melalui mosi tidak percaya terhadap Kanselir Helmut Schmidt dipilihlah Helmut Kohl
sebagai Kanselir baru. Grundgesetz tidak mengenal mosi tidak percaya terhadap menteri.
Kepala negara Republik Federal Jerman adalah Presiden Federal. Ia dipilih oleh
Majelis Federal (Bundesversammlung), yang bersidang hanya untuk tujuan ini. Majelis
Federal terdiri dari para anggota Bundestag dan jumlah yang sama utusan, yang dipilih oleh
parlemen di setiap negara bagian. Kadang-kadang utusan yang terpilih itu adalah tokoh-tokoh
terkemuka dan berjasa yang tidak duduk dalam parlemen negara bagian. Presiden Federal
dipilih oleh Majelis Federal dengan suara terbanyak untuk periode lima tahun. Setelah itu
dapat dipilih satu kali lagi.
Presiden Federal mewakili negara Jerman secara hukum antar bangsa. Ia mengikat
peranjian atas nama Jerman dengan negara lain serta mengakreditasi dan menerima para duta
besar. Namun kewenangan politik luar negeri tetap pada Pemerintah Federal.
3) Lembaga Yudikatif :
a. Umum
Dalam kurun waktu keterpisahan selama empat dekade, tata hukum RFJ dan RDJ
berkembang jauh berbeda. Setelah bergabungnya RDJ ke dalam Republik Federal pada tahun
1990, diputuskan untuk mengambil tindakan cepat untuk sejauh mungkin mempersamakan
kedua tata hukum agar tercapai kesatuan hukum di seluruh wilayah Jerman. Hal ini menjadi
sangat penting mengingat perluya pengembangan ekonomi di negara-negara bagian baru.
Dengan memperhatikan situasi khusus dan perkembangan Jerman Timur selama ini,
diberlakukan aturan-aturan penyesuaian secara meluas pada hampir setiap bidang hukum.
Proses penyesuaian struktur peradilan, dengan beberapa pengecualian, saat ini telah
dirampungkan.
b. Negara Hukum
Menurut sejarahnya, sistem hukum RFJ berasal dari tata hukum Romawi yang
sebagian diambil alih, dan dari banyak sumber lain di daerah-daerah. Pada abad ke-19 untuk
pertama kalinya disusun hukum sipil yang seragam untuk seluruh wilayah Reich Jerman.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Niaga sampai
sekarang masih bernafaskan semangat liberalisme para penyusunnya. Prinsip yang mendasari
kedua kitab ini adalah kebebasan mengikat perjanjian.
Pihak kepolisian memang dapat menahan seseorang untuk sementara, tetapi tanpa
perintah penangkapan orang tersebut hanya dapat ditahan paling lama sampai akhir hari
penangkapan. Setiap orang mempunyai hak untuk didengar di pengadilan. Hal ini pun
termasuk unsur prinsip negara hukum yang tercantum dalam UUD. Penyelenggaraan hukum
dipercayakan kepada hakim-hakim yang independen dan hanya tunduk kepada hukum.
Mereka sama sekali tidak dapat dipecat, juga tidak dapat dimutasikan tanpa persetujuan
mereka. Peradilan istimewa dilarang.
Kitab undang-undang Jerman telah pula menjadi contoh untuk negara-negara lain:
Kiatab Undang-Undang Hukum Perdata misalnya menjadi acuan untuk penyusunan kitab-
kitab hukum sipil di Jepang dan Yunani.
Setelah perkembangan politik di bidang hukum selama 100 tahun lebih, Grundgesetz
menyempurnakan perlindungan hukum yang lengkap bagi warga terhadap tindakan aparatur
negara. Setiap warga mendapat kemungkinan menggugat setiap tindakan negara yang
menyangkut dirinya, apabila ia merasa hak-haknya dilanggar. Ini berlaku untuk semua
tindakan administrasi negara seperti misalnya perhitungan tinggi pajak maupun keputusan tak
naik kelas di sekolah, penahanan surat izin mengemudi atau penolakan terhadap permohonan
izin mendirikan bangunan.
RDJ tidak mengenal pengadilan tata usaha; tetapi kini pengawasan menyeluruh
terhadap adminstrasi negara juga berlaku di negara-negara bagian baru. Perlindungan hukum
melalui pengadilan khusus masih dilengkapi kemungkinan yang dipunyai setiap warga untuk
mengajukan pengaduan ke Mahkamah Konstitusional Federal. Pengaduan seperti itu
merupakan sarana hukum luar biasa dalam menghadapi pelanggaran hak-hak asasi oleh alat
negara.
Ciri sistem peradilan Jerman adalah perlindungan hukum yang menyeluruh dan
spesialisasi pengadilan yang luas. Terdapat lima jenis pengadilan:
3. Pengadilan Tata Usaha? menangani semua perkara publik di bidang hukum administrasi
negara. Dengan instansi di tingkat wilayah, bagian dan federal.
4. Pengadilan Sosial? menangani semua persengketaan yang berkenaan dengan asuransi wajib
jaminan sosial. Juga memiliki tiga Instansi seperti Pengadilan Tata Usaha.
5. Pengadilan Urusan Keuangan? mengurusi perkara yang menyangkut pajak dan retribusi.
Selain itu, masih ada Mahkamah Konstitusional Federal yang berdiri di luar kelima
bidang peradilan yang diuraikan di atas. Lembaga ini tidak hanya merupakan pengadilan
tertinggi RFJ, melainkan juga lembaga negara yang keberadaannya ditetapkan oleh konstitusi.
Fungsinya memutuskan perkara yang berkaitan dengan Undang-Undang Dasar.
Sistem sarana hukum yang sangat beragam dan membuka kemungkinan luas untuk
memeriksa kembali keputusan pengadilan. Melalui naik banding dilancarkan kontrol putusan
tersebut dari segi hukum dan dari segi fakta. Jadi dalam proses naik banding dapat juga
dihadapkan fakta-fakta baru. Sementara dalam proses naik banding tahap dua (revisi) hanya
diadakan pemeriksaan yuridis. Diselidiki apakah pengadilan menerapkan norma hukum
primer secara tepat serta memperhatikan hukum acara yang berlaku.
Sampai saat ini, Mahkamah Konstitusional Federal telah memutuskan lebih dari
114000 perkara. Sekitar 109640 diantaranya adalah pengaduan atas dasar konstitusi, tetapi
hanya sekitar 2900 yang berhasil. Selalu saja diperkarakan masalah yang mempunyai
jangkauan politis luas di dalam maupun di luar negeri dan menjadi pusat perhatian publik.
Misalnya pernah diperiksa apakah ikut sertanya tentara Jerman dalam misi-misi PBB
bertentangan dengan Grundgesetz. Selama ini sudah beberapa pemerintah pusat dari berbagai
aliran politik harus tunduk di bawah keputusan dari Karlsruhe ini. Walaupun demikian
Mahkamah Konstitusional Federal juga menekankan, bahwa tugasnya memang memiliki
dampak politk, tetapi lembaga itu sendiri bukan suatu badan politik. Satu-satunya patokan
adalah Grundgesetz, yang menentukan kerangka konstitusional bagi ruang gerak pengambilan
keputusan politis. Mahkamah Konstitusional Federal terdiri dari dua senat, masing-masing
beranggotakan delapan hakim yang dipilih setengahnya oleh Bundestag dan sisanya oleh
Bundesrat untuk masa jabatan dua belas tahun. Pemilihan kembali tidak diperbolehkan.