Disusun oleh:
Muhammad Adhi Darmala N (20180510069)
1. mengapa Uni Eropa tidak sama dengan berbagai kerjasama antar negara dan tidak
juga sama dengan regionalisme yang lain
Dalam hal ini kita bisa melihat langsung apa yang membuat Uni Eropa berbeda
dengan kerjasama antar negara maupun regionalism dengan membandingkan langsung,
Dalam hal ini kita bisa membandingkan Uni Eropa dengan ASEAN. Ada beberapa hal
yang bisa di telaah dalam perbandingan ini untuk melihat keunikan Uni Eropa yang
membuat Uni Eropa tidak sama dengan regionalism lainnya,
B. Common Currency
Uni Eropa memiliki mata uang Euro yang dipakai oleh 18 dari 28 negara anggota
Uni Eropa. Mata uang Euro bertujuan untuk memudahkan transaksi keuangan di wilayah
eropa, penggunaan mata uang euro semakin memudahkan proses integrasi Uni Eropa,
khususnya di sektor ekonomi.
ASEAN tidak memiliki common currency seperti halnya Uni Eropa. Sifat
ASEAN yang merupakan Inter-Governmental Organization belum membuat negara
anggota bergerak untuk membahas adanya mata uang tunggal di ASEAN. Selain itu
jurang perbedaan kekuatan perekonomian antar negara ASEAN yang cukup besar
membuat negara anggota masih nyaman dengan penggunaan mata uang lokal.
Integrasi Uni Eropa turut meleburkan perbatasan antar negaranya, semua warga
Uni Eropa dapat berpergian ke negara anggota Uni Eropa lainnya tanpa adanya dokumen
perjalanan (paspor) dan tanpa adanya pemeriksaan Imigrasi.
Uni Eropa memiliki Parlemen Eropa yang memiliki wewenang untuk membentuk
hukum/legislasi yang berlaku di kawasan Uni Eropa, dan juga memiliki peran dalam
pembentukan anggaran Uni Eropa.
ASEAN di sisi lain tidak memiliki Parlemen ASEAN. ASEAN memiliki Asean
Inter-Parliamentary Assembly (AIPR) yang hanya merupakan kerja sama dan pertemuan
antar Parlemen negara anggota ASEAN.
Berbagai perbedaan Uni Eropa dan ASEAN tidak menunjukkan siapa yang lebih
baik. Keduanya memiliki karakteristik tersendiri yang memang merefleksikan kebutuhan
dan tantangan masing-masing kawasan. Satu hal yang pasti, Uni Eropa dan ASEAN
memainkan peran yang sangat vital dalam menjaga perdamaian di kawasan.Dari
perbandingan diatas, yang paling unik dan membedakan Uni Eropa dengan Regionalisme
lain ialah sifatnya yang utranasionalis yang artinya negara anggota telah memberikan
sebagian besar kedaulatannya kepada Uni Eropa, Sepemandangan saya, itulah yang
membuat Uni Eropa sangat berbeda dengan Regionalisme lainnya. Tercapainya
kesepakatan kesepakatan yang terjadi antar negara anggota Uni Eropa tidak lepas dari
niat dari negara negara tersebut untuk bersatu dan menyerahkan sebagian kedaulatannya.
Itulah yang membuat Uni Eropa beserta isinya terkesan begitu All Out terhadap segala
sesuatu
2. Sui Generis
Sui Generis berasal dari ungkapan Latin, yang secara harfiah diartikan dari
jenisnya atau genusnya sendiri. Di bidang hukum istilah sui generis digunakan untuk
menyebut jenis jenis aturan hukum yang dibuat secara khusus untuk mengatur suatu hal
yang bersifat spesifik atau unik. Kata “Sui Generis” ini sering digunakan dalam analisis
filsafat untuk menunjukkan ide, entitas, atau suatu realitas yang tidak dapat dimasukkan
dalam konsep yang lebih luas.
Dalam ilmu politik, perkembangan yang tak tertandingi dari Uni Eropa
dibandingkan dengan organisasi internasional lainnya telah menyebabkan penunjukan
sebagai sui generis entitas geopolitik. Ada perdebatan luas atas sifat hukum Uni Eropa
yang diberikan campuran elemen antar pemerintah dan supranasional, dengan organisasi
sehingga memiliki beberapa karakteristik umum untuk entitas confederal dan federal.
Kasus serupa yang telah menyebabkan penggunaan label sui generis adalah hubungan
yang unik antara Perancis dan New Kaledonia, karena status hukum Kaledonia Baru tepat
dapat dikatakan berbohong "suatu tempat antara kolektivitas di luar negeri dan bangsa
yang berdaulat". Bahwa ada mungkin contoh lain seperti status untuk wilayah yang
dipersengketakan atau tergantung lain, pengaturan ini tentu unik dalam Republik
Perancis. Kekaisaran Romawi juga mungkin sesuai dalam kategori ini untuk organisasi
yang unik dan tempat dalam sejarah Eropa. Di pemerintah daerah, badan sui generis
adalah salah satu yang tidak cocok dengan skema umum pemerintahan lokal suatu
negara. Misalnya di Inggris, Kota London dan Kepulauan Scilly adalah dua sui generis
daerah, sebagai bentuk pemerintah lokal mereka berdua sangat berbeda dari tempat lain
di negara ini (untuk alasan historis dan geografis).Status hukum dari Tahta Suci telah
digambarkan sebagai sebuah entitas sui generis memiliki kepribadian internasional.
Status sui generis Uni Eropa telah diakui secara luas oleh para terpelajar. Jacques
Delors, mantan Presiden Komisi Eropa (EC), menggambarkan Uni Eropa sebagai
"semacam objek politik tak dikenal" dalam pidatonya di konferensi antar pemerintah
yang diadakan di Luksemburg. William Wallace mengatakan bahwa Uni Eropa "less than
a federation, more than a regime". David McKay menjelaskan status UE dengan
“meskipun (UE) memiliki ciri-ciri yang mirip dengan sistem politik negara federal serta
organisasi antar pemerintah (IGO), ia tetap satu jenis, sui generis, sebagai sistem politik."
Secara keseluruhan, kita telah melihat bahwa, kerangka kerja kelembagaan Uni
Eropa menunjukkan beberapa karakteristik khas negara dan yang lainnya lebih umum
terkait dengan organisasi internasional, hal itu tidak dapat dengan mudah dikategorikan
sebagai salah satu dari keduanya. Tidak seperti kebanyakan negara modern, Uni Eropa
hanya memperhatikan bidang kebijakan yang terbatas: hal ini sebagian besar terbatas
pada berbagai kebijakan pengaturan, sebagian besar berkaitan dengan perdagangan
internasional dan kebijakan moneter. Di sisi lain, Uni Eropa juga bukan lembaga
internasional murni, karena kegiatannya tidak dilakukan hanya pada tingkat antar
pemerintah (antara pemerintah negara berdaulat dan independen), tetapi juga memiliki
dimensi supranasional: Ini terutama berlaku bagi Hukum Uni Eropa, yang mengikat
untuk semua Negara Anggota, dan berkuasa atas undang-undang atau peraturan nasional
dan lokal. Karenanya, Uni Eropa tidak lebih dari negara, tetapi lebih dari sekadar
lembaga internasional.
Dalam prosedur ini, Parlemen dan Dewan berbagi kekuasaan legislatif. Prosedur
dimulai dari Komisi Eropa. Ketika mempertimbangkan proposal, 39 Komisi sering
meminta pendapat terkait topik yang diajukan kepada pemerintah, pebisnis, organisasi
masyarakat sipil dan individu. Pendapat dikumpulkan sebagai daya tawar untuk diajukan
ke dalam usulan Komisi yang akan disampaikan kepada Dewan dan Parlemen. (European
Commission Directorate-General for Communication Citizens Information, 2014).
Kemudian tugas Dewan dan Parlemen adalah membaca usulan dari Komisi dan
mendiskusikan proposal tersebut. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai di kedua
lembaga penting tersebut dilakukan pembacaan kedua. Dalam second reading, proposal
diletakkan sebelum ‘conciliation committee’ yang terdiri dari jumlah yang sama dari
wakil-wakil Dewan dan Parlemen. Perwakilan Komisi juga menghadiri pertemuan
Komite dan berkontribusi dalam diskusi tersebut.
a. Komite Ekonomi dan Sosial Eropa (the European Economic and Social
Committee), yang mewakili kelompok-kelompok masyarakat sipil seperti
pengusaha, serikat pekerja, dan kelompok kepentingan sosial;
b. Komite Daerah (the Committee of the Regions), yang menjamin bahwa suara
pemerintah lokal dan regional terdengar. Selain itu, lembaga dan badan-badan
lainnya dapat dikonsultasikan ketika proposal terkait dengan bidang badan
tersebut. (European Commission Directorate-General for Communication
Citizens Information, 2014)
Perjanjian Schengen
Perjanjian Schengen merupakan sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh lima negara
anggota European Community yaitu Jerman, Perancis, Belanda, Luksemburg, dan Belgia pada
tanggal 14 juni 1985 di kota Schengen, Luksemburg. Tujuan dari dibuatnya perjanjian ini adalah
adanya keinginan negara-negara anggota untuk menjamin kebebasan bergerak bagi orang di
wilayah negara-negara anggotanya. Sebelumnya, kebebasan bergerak bagi barang, jasa, dan
modal sudah diberlakukan yaitu dengan adanya pasar bebas. Dengan adanya keinginan untuk
membentuk integrasi Eropa yang lebih maju, maka kelima negara anggota European Community
tersebut berpendapat bahwa kebebasan bagi orang perlu diwujudkan agar dapat membentuk
proses integrasi Eropa.
Pada tanggal 19 Juni 1990, Schengen Convention ditandatangani sebagai kelanjutan dari
perjanjian Schengen. Schengen Convention ini berisi tentang aturan dan sistem penghapusan
kontrol perbatasan antar negara anggota perjanjian Schengen serta aturan-aturan dalam hal
kontrol perbatasan bersama. Schengen Convention ini yaitu merupakan implementasi dari
perjanjian Schengen.
Saat ini, negara anggota perjanjian Schengen terdiri dari 26 negara dan 23 negara
anggotanya merupakan negara Uni Eropa. Adapun lima negara pendiri dari perjanjian ini yaitu
Jerman Barat (sekarang Jerman), Perancis, Belanda, Luksemburg, dan Belgia. 21 negara lainnya
adalah Rep.Ceko, Denmark, Estonia, Yunani, Spanyol, Italia, Latvia, Lithuania, Hungaria,
Malta, Austria, Polandia, Portugal, Slovenia, Slovakia, Finlandia, Swedia, Liechtenstein, dan
negara non Uni Eropa yaitu Islandia, Norwegia, dan Swiss.
Menjadi bagian dari area Schengen tanpa adanya kontrol di perbatasan internal negara
berarti negara area Schengen tidak melakukan pemeriksaan di perbatasan internal mereka,
melakukan pengecekan kontrol perbatasan yang harmonis berdasarkan definisi dan kriteria yang
jelas seperti di perbatasan eksternal mereka yaitu batas antara negara Schengen.
Pada awalnya perjanjian ini memuat penghapusan dan pembangunan kontrol perbatasan
bersama, peraturan bersama dalam hal pergerakan orang di wilayah Schengen serta harmonisasi
peraturan dalam hal visa. Setelah Schengen menjadi kerangka kerja Uni Eropa, kebijakan
penghapusan dan pengecekan bagi orang ketika melintas di perbatasan, kerjasama antar
kepolisian negara-negara anggotanya, kerja sama dalam hal memberantas kriminalitas serta
kebijakan dalam hal pembuatan dan pengembangan Schengen Information System (SIS)
diterapkan.
Pada tahun 1954, semua negara yang termasuk dalam nordik telah menjadi anggota
Nordic Passport Union, yang merupakan sebuah perjanjian yang menetapkan area tanpa batasan
perjalanan untuk negara Islandia, Denmark, Swedia, Finlandia, dan Norwegia. Karena negara
anggota Uni Eropa yang juga termasuk nordik yaitu Denmark, Swedia, dan Finlandia bergabung
dalam perjanjian Schengen, maka Norwegia dan Islandia juga harus ikut menandatangani
perjanjian Schengen demi kelansungan eksistensi Nordic Passport Union.
Salah satu dari negara yang termasuk Nordic Passport Union yang turut bergabung dalam
perjanjian Schengen adalah Islandia. Islandia yang merupakan negara perairan dengan luas
103.000 km persegi bergabung dalam perjanjian Schengen pada tahun 2001, dan kemudian
semakin aktif dalam berbagai kegiatan di Uni Eropa, seperti Program erasmus, pertukaran pelajar
antara Islandia dengan Uni Eropa hingga berbagai kemudahan visa untuk masuk kedalam
Islandia dan Uni Eropa. Namun, adapun kekhawatiran dan efek negatif yang terjadi terkait
perjanjian Schengen tersebut. Kebijakan penghapusan pemeriksaan di pos-pos perbatasan
internal dan kebebasan bergerak di wilayah Schengen telah menjadi celah bagi para imigran
ilegal untuk masuk ke wilayah negara-negara anggota Schengen. Berkembangnya proses
imigrasi di Eropa telah menjadi perbincangan serius. Secara khusus telah dikatakan bahwa
migrasi merupakan ancaman keamanan.
Eurozone
Karakaya, Oğuz. What makes the European Integration is a sui generis process? Comparison
ofthe European Union with other regional integrations. Diakses pada 1 Januari 2020 dari
https://www.academia.edu/31989220/What_makes_the_European_Integration_is_a_sui_
generis_process_Comparison_of_the_European_Union_with_other_regional_integrations
Hlavak, Marek. 2010. Less Than a State, More Than an International Organization: The Sui
Generis Nature of the European Union. Diakses pada 2 Januari 2020 dari
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1719308
Dewi, Untari Narulita Madyar. 2016. KEPUTUSAN UNI EROPA TERKAIT PERMOHONAN
Rizkiyah, Rima. 2015. Perjanjian Schengen Dan Maastricht. Diakses pada 2 Januari 2020 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20404840-MK-Rima%20Rizkiyah.pdf