Anda di halaman 1dari 14

UAS KAJIAN UNI EROPA

Disusun oleh:
Muhammad Adhi Darmala N (20180510069)

Mata Kuliah Kajian Uni Eropa


Dosen Pembimbing: Dra. Mutia Hariati, M.Si.
Kelas H

Program Studi Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pendahuluan

Berakhirnya Perang Dunia II telah menimbulkan kerugian bagi banyak negara,


terutama terhadap negara-negara yang terlibat dalam perang tersebut. Setelah berakhirnya
Perang Dunia II, negara-negara Eropa Barat mencoba untuk membangun kembali negara
mereka baik dari segi pembangunan kota maupun kemanusiaan. Pada saat itu, kemajuan
negara dan perdamaian merupakan hal terpenting yang hendak dicapai melalui kerja
sama antarnegara Eropa agar dapat menciptakan kekuatan baru yang mampu menyaingi
negara-negara di kawasan lain. Oleh karena itu, negara-negara Eropa Barat mulai
mengadakan kerja sama dan integrasi dengan negara Eropa Barat lainnya untuk
melakukan rekonstruksi serta rekonsiliasi menggunakan sisa-sisa bahan perang agar
tercipta kawasan yang kuat kembali.
Kerja sama kawasan ini bermula melalui ide Jean Monnet yang mengusulkan agar
Jerman dan Prancis, dua negara rival dalam perang, mengumpulkan produksi batubara
dan baja. Kerja sama ini bersifat terbuka bagi negara-negara Eropa Barat lain yang ingin
ikut berpatisipasi. Ide tersebut kemudian dideklarasikan oleh Menteri Luar Negeri
Prancis Robert Schuman, pada tahun 1950, lima tahun setelah Perang Dunia II berakhir
(European Union, 2017). Kemudian pada tahun 1951 melalui Perjanjian Paris,
dibentuklah kerja sama regional European Coal and Steel Community (ECSC) dalam
proses integrasi ekonomi oleh negara The Six, yaitu Jerman, Prancis, Italia, Belgia,
Belanda, dan Luksemburg. Lalu melalui Perjanjian Roma tahun 1957, dibuatlah
European Economic Community (EEC) atau juga sering disebut Common Market (Pasar
Bersama). Hingga pada akhirnya melalui Perjanjian Maastricht yang berlaku pada tahun
1993, terbentuk sebuah organisasi regional yang dilatarbelakangi oleh faktor kerja sama
dan integrasi antarnegara Eropa yang bernama Uni Eropa (Muhammad, 2017).
Uni Eropa merupakan organisasi regional yang mempunyai anggota dari negara-
negara yang terletak di kawasan Eropa. Tujuan dibentuknya Uni Eropa yaitu untuk
mengintegrasikan baik kehidupan ekonomi, politik, maupun hukum dan keamanan bagi
negara-negara Eropa yang bergabung di dalamnya. Hingga sekarang ini, negara-negara
yang bergabung dalam keanggotaaan Uni Eropa berjumlah 28. Walaupun Inggris
menyatakan keluar dari Uni Eropa pada tahun 2016 melalui referendum, namun sampai
saat ini jumlah keanggotaan Uni Eropa belum kurang dari 28 (European Union, 2019).
Pada awalnya, Uni Eropa sebagai organisasi regional hanya beranggotakan negara-negara
yang berasal dari Eropa Barat. Namun, seiring berjalannya waktu, Uni Eropa melakukan
perluasan lingkup wilayah secara perlahan dengan melihat situasi dan kondisi pada saat
itu. Perluasan lingkup wilayah tersebut ditujukan untuk mengembangkan Eropa yang
tentunya lebih luas agar dapat melebarkan pengaruhnya.
Uni Eropa sebagai organisasi yang bersifat supranasional memiliki seperangkat
aturan yang mengikat negara anggotanya, yang mana setiap dari negara anggotanya harus
patuh terhadap aturan tersebut. Uni Eropa merupakan organisasi kerja sama yang unik.
Uni Eropa tidak sama dengan kerja sama antarnegara dan tidak juga sama dengan
regionalisme yang lain. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
keunikan dari organisasi regional Uni Eropa. Mulai dari apa yang membuat Uni Eropa
menjadi unik, struktur organisasi yang ada dalam Uni Eropa, serta pada pembuatan
keputusan yang mengikat seluruh negara anggotanya seperti Common Foreign and
Security Policy (CFSP), Schengen Area, dan Eurozone.

1. mengapa Uni Eropa tidak sama dengan berbagai kerjasama antar negara dan tidak
juga sama dengan regionalisme yang lain

Dalam hal ini kita bisa melihat langsung apa yang membuat Uni Eropa berbeda
dengan kerjasama antar negara maupun regionalism dengan membandingkan langsung,
Dalam hal ini kita bisa membandingkan Uni Eropa dengan ASEAN. Ada beberapa hal
yang bisa di telaah dalam perbandingan ini untuk melihat keunikan Uni Eropa yang
membuat Uni Eropa tidak sama dengan regionalism lainnya,

A. Supranational Organization dan Inter Governmental Organization


Uni Eropa merupakan Supranational Organization, artinya negara anggota telah
memberikan sebagian besar kedaulatannya kepada Uni Eropa, contohnya adalah peran
European Commission yang bertindak layaknya pemerintah, dapat mengajukan
pembentukan hukum, dan dapat melakukan perjanjian dengan negara lain.

Sedangkan ASEAN merupakan Inter-Governmental Organization, yang artinya


kedaulatan masih dipegang oleh negara-negara ASEAN, semua keputusan harus melalui
konsensus negara ASEAN, tidak ada hukum yang berlaku khusus bagi negara anggota
ASEAN. Semua perjanjian internasional hanya bisa berlaku di negara anggota ASEAN
apabila negara tersebut meratifikasi perjanjian tersebut.

B. Common Currency

Uni Eropa memiliki mata uang Euro yang dipakai oleh 18 dari 28 negara anggota
Uni Eropa. Mata uang Euro bertujuan untuk memudahkan transaksi keuangan di wilayah
eropa, penggunaan mata uang euro semakin memudahkan proses integrasi Uni Eropa,
khususnya di sektor ekonomi.

ASEAN tidak memiliki common currency seperti halnya Uni Eropa. Sifat
ASEAN yang merupakan Inter-Governmental Organization belum membuat negara
anggota bergerak untuk membahas adanya mata uang tunggal di ASEAN. Selain itu
jurang perbedaan kekuatan perekonomian antar negara ASEAN yang cukup besar
membuat negara anggota masih nyaman dengan penggunaan mata uang lokal.

C. Perbatasan Tanpa Imigrasi

Integrasi Uni Eropa turut meleburkan perbatasan antar negaranya, semua warga
Uni Eropa dapat berpergian ke negara anggota Uni Eropa lainnya tanpa adanya dokumen
perjalanan (paspor) dan tanpa adanya pemeriksaan Imigrasi.

ASEAN masih mengedepankan kedaulatan masing-masing negara anggota, hal


ini terefleksikan dari sistem perbatasan yang masih menggunakan pemeriksaan imigrasi
dan dokumen perjalanan (paspor). Bahkan di antara negara anggota ASEAN masih
memiliki problem perbatasan yang belum selesai, Indonesia sendiri masih terus
melakukan negosiasi perbatasan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
D. Parlemen

Uni Eropa memiliki Parlemen Eropa yang memiliki wewenang untuk membentuk
hukum/legislasi yang berlaku di kawasan Uni Eropa, dan juga memiliki peran dalam
pembentukan anggaran Uni Eropa.

ASEAN di sisi lain tidak memiliki Parlemen ASEAN. ASEAN memiliki Asean
Inter-Parliamentary Assembly (AIPR) yang hanya merupakan kerja sama dan pertemuan
antar Parlemen negara anggota ASEAN.

E Decision Making Process

Proses pengambilan keputusan di Uni Eropa berdasarkan voting, setiap negara


memiliki kekuatan voting yang berbeda-beda. Hanya di bidang kebijakan luar negeri dan
keamanan yang mengharuskan pengambilan keputusan secara konsensus. Pengambilan
keputusan di ASEAN harus secara consensus, artinya seluruh negara harus setuju
terhadap suatu keputusan. Uniknya di bidang ekonomi, ASEAN dapat mengecualikan
salah satu/ beberapa negara anggota untuk tidak ikut dalam komitmen ekonomi ASEAN
apabila dipandang belum siap, mekanisme ini dinamakan ASEAN Minus-x.

Berbagai perbedaan Uni Eropa dan ASEAN tidak menunjukkan siapa yang lebih
baik. Keduanya memiliki karakteristik tersendiri yang memang merefleksikan kebutuhan
dan tantangan masing-masing kawasan. Satu hal yang pasti, Uni Eropa dan ASEAN
memainkan peran yang sangat vital dalam menjaga perdamaian di kawasan.Dari
perbandingan diatas, yang paling unik dan membedakan Uni Eropa dengan Regionalisme
lain ialah sifatnya yang utranasionalis yang artinya negara anggota telah memberikan
sebagian besar kedaulatannya kepada Uni Eropa, Sepemandangan saya, itulah yang
membuat Uni Eropa sangat berbeda dengan Regionalisme lainnya. Tercapainya
kesepakatan kesepakatan yang terjadi antar negara anggota Uni Eropa tidak lepas dari
niat dari negara negara tersebut untuk bersatu dan menyerahkan sebagian kedaulatannya.
Itulah yang membuat Uni Eropa beserta isinya terkesan begitu All Out terhadap segala
sesuatu

2. Sui Generis

Sui Generis berasal dari ungkapan Latin, yang secara harfiah diartikan dari
jenisnya atau genusnya sendiri. Di bidang hukum istilah sui generis digunakan untuk
menyebut jenis jenis aturan hukum yang dibuat secara khusus untuk mengatur suatu hal
yang bersifat spesifik atau unik. Kata “Sui Generis” ini sering digunakan dalam analisis
filsafat untuk menunjukkan ide, entitas, atau suatu realitas yang tidak dapat dimasukkan
dalam konsep yang lebih luas.
Dalam ilmu politik, perkembangan yang tak tertandingi dari Uni Eropa
dibandingkan dengan organisasi internasional lainnya telah menyebabkan penunjukan
sebagai sui generis entitas geopolitik. Ada perdebatan luas atas sifat hukum Uni Eropa
yang diberikan campuran elemen antar pemerintah dan supranasional, dengan organisasi
sehingga memiliki beberapa karakteristik umum untuk entitas confederal dan federal.
Kasus serupa yang telah menyebabkan penggunaan label sui generis adalah hubungan
yang unik antara Perancis dan New Kaledonia, karena status hukum Kaledonia Baru tepat
dapat dikatakan berbohong "suatu tempat antara kolektivitas di luar negeri dan bangsa
yang berdaulat". Bahwa ada mungkin contoh lain seperti status untuk wilayah yang
dipersengketakan atau tergantung lain, pengaturan ini tentu unik dalam Republik
Perancis. Kekaisaran Romawi juga mungkin sesuai dalam kategori ini untuk organisasi
yang unik dan tempat dalam sejarah Eropa. Di pemerintah daerah, badan sui generis
adalah salah satu yang tidak cocok dengan skema umum pemerintahan lokal suatu
negara. Misalnya di Inggris, Kota London dan Kepulauan Scilly adalah dua sui generis
daerah, sebagai bentuk pemerintah lokal mereka berdua sangat berbeda dari tempat lain
di negara ini (untuk alasan historis dan geografis).Status hukum dari Tahta Suci telah
digambarkan sebagai sebuah entitas sui generis memiliki kepribadian internasional.
Status sui generis Uni Eropa telah diakui secara luas oleh para terpelajar. Jacques
Delors, mantan Presiden Komisi Eropa (EC), menggambarkan Uni Eropa sebagai
"semacam objek politik tak dikenal" dalam pidatonya di konferensi antar pemerintah
yang diadakan di Luksemburg. William Wallace mengatakan bahwa Uni Eropa "less than
a federation, more than a regime". David McKay menjelaskan status UE dengan
“meskipun (UE) memiliki ciri-ciri yang mirip dengan sistem politik negara federal serta
organisasi antar pemerintah (IGO), ia tetap satu jenis, sui generis, sebagai sistem politik."
Secara keseluruhan, kita telah melihat bahwa, kerangka kerja kelembagaan Uni
Eropa menunjukkan beberapa karakteristik khas negara dan yang lainnya lebih umum
terkait dengan organisasi internasional, hal itu tidak dapat dengan mudah dikategorikan
sebagai salah satu dari keduanya. Tidak seperti kebanyakan negara modern, Uni Eropa
hanya memperhatikan bidang kebijakan yang terbatas: hal ini sebagian besar terbatas
pada berbagai kebijakan pengaturan, sebagian besar berkaitan dengan perdagangan
internasional dan kebijakan moneter. Di sisi lain, Uni Eropa juga bukan lembaga
internasional murni, karena kegiatannya tidak dilakukan hanya pada tingkat antar
pemerintah (antara pemerintah negara berdaulat dan independen), tetapi juga memiliki
dimensi supranasional: Ini terutama berlaku bagi Hukum Uni Eropa, yang mengikat
untuk semua Negara Anggota, dan berkuasa atas undang-undang atau peraturan nasional
dan lokal. Karenanya, Uni Eropa tidak lebih dari negara, tetapi lebih dari sekadar
lembaga internasional.

3. Pembuatan keputusan yang mengikat seluruh negara anggotanya seperti Common


Foreign and Security Policy (CFSP), Schengen dan Eurozone

Pengambilan keputusan ditingkat Uni Eropa melibatkan berbagai lembaga-


lembaga Eropa, khususnya: Parlemen Eropa, Dewan Eropa, Dewan Uni Eropa, dan
Komisi Eropa. (European Commission Directorate-General for Communication Citizens
Information, 2014)Uni Eropa memiliki beberapa jenis undang-undang, setiap jenis
perbuatan hukum diterapkan dengan cara yang berbeda:

1. Regulation, adalah hukum yang berlaku dan mengikat di semua negara


anggota secara langsung. Tidak perlu menjadi hukum nasional oleh
Negara anggota meskipun hukum nasional mungkin perlu diubah untuk
menghindari peraturan yang bertentangan
2. Directive, adalah hukum yang mengikat negara-negara anggota, atau
sekelompok negara anggota untuk mencapai tujuan tertentu. Secara
signifikan, directive menentukan hasil yang ingin dicapai, di 38 mana hal
itu dikembalikan kembali kepada negara-negara anggota secara individual
untuk memutuskan bagaimana hukum tersebut dilakukan;
3. Decision, sebuah keputusan dapat ditujukan kepada negara-negara
anggota, kelompok orang, atau bahkan individu. Hal ini mengikat secara
keseluruhan. Keputusan yang digunakan misalnya, untuk memutuskan
penyatuan beberapa perusahaan;
4. Recommendations and Opinions, tidak memiliki kekuatan yang mengikat.
(European Commission Directorate-General for Communication Citizens
Information, 2014),

Mekanisme undang-undang yang disahkan di dalam Uni Eropa, yakni setiap


hukum Eropa didasarkan pada sebuah artikel perjanjian khusus, disebut sebagai ‘legal
basis’. Hal itu menentukan prosedur legislatif yang harus diikuti. Perjanjian tersebut
menetapkan proses pengambilan keputusan, termasuk usulan dari Komisi Eropa,
successive readings oleh Dewan dan Parlemen, dan pendapat dari badan penasehat. Hal
itu ditetapkan saat unanimity diperlukan, dan ketika qualified majority dirasa cukup
untuk Dewan mengadopsi undang-undang tersebut. Sebagian besar dari undangundang
Uni Eropa diadopsi menggunakan ‘ordinary legislative procedure’. (European
Commission Directorate-General for Communication Citizens Information, 2014).

Dalam prosedur ini, Parlemen dan Dewan berbagi kekuasaan legislatif. Prosedur
dimulai dari Komisi Eropa. Ketika mempertimbangkan proposal, 39 Komisi sering
meminta pendapat terkait topik yang diajukan kepada pemerintah, pebisnis, organisasi
masyarakat sipil dan individu. Pendapat dikumpulkan sebagai daya tawar untuk diajukan
ke dalam usulan Komisi yang akan disampaikan kepada Dewan dan Parlemen. (European
Commission Directorate-General for Communication Citizens Information, 2014).
Kemudian tugas Dewan dan Parlemen adalah membaca usulan dari Komisi dan
mendiskusikan proposal tersebut. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai di kedua
lembaga penting tersebut dilakukan pembacaan kedua. Dalam second reading, proposal
diletakkan sebelum ‘conciliation committee’ yang terdiri dari jumlah yang sama dari
wakil-wakil Dewan dan Parlemen. Perwakilan Komisi juga menghadiri pertemuan
Komite dan berkontribusi dalam diskusi tersebut.

Setelah Komite mencapai kesepakatan, teks yang telah disepakati dikirim ke


Parlemen dan Dewan untuk third reading, sehingga akhirnya dapat diadopsi sebagai
hukum. Dalam kebanyakan kasus, suara Parlemen pada proposal yang diajukan adalah
simple majority. Sedangkan Dewan memiliki suara yang qualified majority, di mana
setidaknya ada setengah dari jumlah anggota Uni Eropa, mempresentasikan sekitar dua
pertiga dari penduduk, dan suara yang mendukung. Dalam beberapa kasus, pemungutan
suara bulat diperlukan oleh Dewan. (European Commission Directorate-General for
Communication Citizens Information, 2014) Selain segitiga lembaga KomisiDewan-
Parlemen, ada sejumlah badan penasehat yang harus memberikan 40 konsultasi ketika
ada undang-undang yang diusulkan melibatkan bidang badan penasehat tersebut. Badan-
badan ini adalah sebagai berikut:

a. Komite Ekonomi dan Sosial Eropa (the European Economic and Social
Committee), yang mewakili kelompok-kelompok masyarakat sipil seperti
pengusaha, serikat pekerja, dan kelompok kepentingan sosial;
b. Komite Daerah (the Committee of the Regions), yang menjamin bahwa suara
pemerintah lokal dan regional terdengar. Selain itu, lembaga dan badan-badan
lainnya dapat dikonsultasikan ketika proposal terkait dengan bidang badan
tersebut. (European Commission Directorate-General for Communication
Citizens Information, 2014)

Perjanjian Schengen

Perjanjian Schengen merupakan sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh lima negara
anggota European Community yaitu Jerman, Perancis, Belanda, Luksemburg, dan Belgia pada
tanggal 14 juni 1985 di kota Schengen, Luksemburg. Tujuan dari dibuatnya perjanjian ini adalah
adanya keinginan negara-negara anggota untuk menjamin kebebasan bergerak bagi orang di
wilayah negara-negara anggotanya. Sebelumnya, kebebasan bergerak bagi barang, jasa, dan
modal sudah diberlakukan yaitu dengan adanya pasar bebas. Dengan adanya keinginan untuk
membentuk integrasi Eropa yang lebih maju, maka kelima negara anggota European Community
tersebut berpendapat bahwa kebebasan bagi orang perlu diwujudkan agar dapat membentuk
proses integrasi Eropa.

Pada tanggal 19 Juni 1990, Schengen Convention ditandatangani sebagai kelanjutan dari
perjanjian Schengen. Schengen Convention ini berisi tentang aturan dan sistem penghapusan
kontrol perbatasan antar negara anggota perjanjian Schengen serta aturan-aturan dalam hal
kontrol perbatasan bersama. Schengen Convention ini yaitu merupakan implementasi dari
perjanjian Schengen.

Saat ini, negara anggota perjanjian Schengen terdiri dari 26 negara dan 23 negara
anggotanya merupakan negara Uni Eropa. Adapun lima negara pendiri dari perjanjian ini yaitu
Jerman Barat (sekarang Jerman), Perancis, Belanda, Luksemburg, dan Belgia. 21 negara lainnya
adalah Rep.Ceko, Denmark, Estonia, Yunani, Spanyol, Italia, Latvia, Lithuania, Hungaria,
Malta, Austria, Polandia, Portugal, Slovenia, Slovakia, Finlandia, Swedia, Liechtenstein, dan
negara non Uni Eropa yaitu Islandia, Norwegia, dan Swiss.

Menjadi bagian dari area Schengen tanpa adanya kontrol di perbatasan internal negara
berarti negara area Schengen tidak melakukan pemeriksaan di perbatasan internal mereka,
melakukan pengecekan kontrol perbatasan yang harmonis berdasarkan definisi dan kriteria yang
jelas seperti di perbatasan eksternal mereka yaitu batas antara negara Schengen.

Pada awalnya perjanjian ini memuat penghapusan dan pembangunan kontrol perbatasan
bersama, peraturan bersama dalam hal pergerakan orang di wilayah Schengen serta harmonisasi
peraturan dalam hal visa. Setelah Schengen menjadi kerangka kerja Uni Eropa, kebijakan
penghapusan dan pengecekan bagi orang ketika melintas di perbatasan, kerjasama antar
kepolisian negara-negara anggotanya, kerja sama dalam hal memberantas kriminalitas serta
kebijakan dalam hal pembuatan dan pengembangan Schengen Information System (SIS)
diterapkan.

Pada tahun 1954, semua negara yang termasuk dalam nordik telah menjadi anggota
Nordic Passport Union, yang merupakan sebuah perjanjian yang menetapkan area tanpa batasan
perjalanan untuk negara Islandia, Denmark, Swedia, Finlandia, dan Norwegia. Karena negara
anggota Uni Eropa yang juga termasuk nordik yaitu Denmark, Swedia, dan Finlandia bergabung
dalam perjanjian Schengen, maka Norwegia dan Islandia juga harus ikut menandatangani
perjanjian Schengen demi kelansungan eksistensi Nordic Passport Union.

Salah satu dari negara yang termasuk Nordic Passport Union yang turut bergabung dalam
perjanjian Schengen adalah Islandia. Islandia yang merupakan negara perairan dengan luas
103.000 km persegi bergabung dalam perjanjian Schengen pada tahun 2001, dan kemudian
semakin aktif dalam berbagai kegiatan di Uni Eropa, seperti Program erasmus, pertukaran pelajar
antara Islandia dengan Uni Eropa hingga berbagai kemudahan visa untuk masuk kedalam
Islandia dan Uni Eropa. Namun, adapun kekhawatiran dan efek negatif yang terjadi terkait
perjanjian Schengen tersebut. Kebijakan penghapusan pemeriksaan di pos-pos perbatasan
internal dan kebebasan bergerak di wilayah Schengen telah menjadi celah bagi para imigran
ilegal untuk masuk ke wilayah negara-negara anggota Schengen. Berkembangnya proses
imigrasi di Eropa telah menjadi perbincangan serius. Secara khusus telah dikatakan bahwa
migrasi merupakan ancaman keamanan.

Eurozone

Uni Eropa telah menerapkan kebijakan bagi negara-negara anggotanya untuk


menggunakan mata uang tunggal Eropa, yaitu Euro. Hal ini diterapkan agar proses integrasi
ekonomi dapat berjalan lebih mudah apabila negara-negara anggota Uni Eropa mengadopsi mata
uang tunggal Euro. Keselarasan negara anggota dalam mengadopsi mata uang tunggal Euro ini
kemudian memunculkan istilah bagi negara-negara atau kawasan mana saja yang menggunakan
mata uang Euro di negara Eropa, yaitu Eurozone.
Eurozone adalah kawasan bagi negara-negara anggota Uni Eropa yang telah mengadopsi
mata uang Euro sebagai alat tukar mereka. Sampai saat ini, tercatat negara yang bergabung
dalam Eurozone sejumlah 19 negara. Itu berarti tidak semua negara anggota Uni Eropa
menggunakan mata uang Euro, contohnya seperti Denmark dan Inggris (European Commission,
2019). Eurozone ini terbuka bagi negara-negara Eropa lain yang ingin ikut dalam menggunakan
mata uang Euro, tetapi dengan memenuhi persyaratan yang ada. Adanya Eurozone ini juga
memudahkan Uni Eropa untuk mengatur kebijakan moneter melalui peran European Central
Bank (ECB), karena negara-negara anggota telah mengadopsi mata uang yang sama. Hal ini
menjadi keunikan tersendiri bagi Uni Eropa karena dapat menyelaraskan negara anggotanya
untuk menggunakan mata uang yang sama. Berbeda dengan organisasi regional yang lain,
mereka belum mampu menerapkan sistem yang sama bagi negara-negara anggotanya.
Contohnya dapat dilihat dari ASEAN, yang mana negara anggotanya masih menggunakan mata
uang yang berbeda-beda di setiap masing-masing negara. Jadi, Uni Eropa membuktikan bahwa
dirinya tidak sama dengan kerja sama antarnegara atau organisasi regional yang lain.
Daftar pustaka

Aprialdy ,Malvino. 2018. Menilik Perbedaan ASEAN dan Uni Eropa.

Diakses pada 2 Januari 2020 dari https://kumparan.com/malvin-aldy/menilik-


perbedaan-asean-dan-uni-eropa-1535192598026139449

Karakaya, Oğuz. What makes the European Integration is a sui generis process? Comparison

ofthe European Union with other regional integrations. Diakses pada 1 Januari 2020 dari
https://www.academia.edu/31989220/What_makes_the_European_Integration_is_a_sui_
generis_process_Comparison_of_the_European_Union_with_other_regional_integrations

Hlavak, Marek. 2010. Less Than a State, More Than an International Organization: The Sui

Generis Nature of the European Union. Diakses pada 2 Januari 2020 dari
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1719308

Dewi, Untari Narulita Madyar. 2016. KEPUTUSAN UNI EROPA TERKAIT PERMOHONAN

KEANGGOTAAN TURKI TAHUN 2005-2016. Diakses pada 2 Januari 2020 dari


http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/7636

Rizkiyah, Rima. 2015. Perjanjian Schengen Dan Maastricht. Diakses pada 2 Januari 2020 dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20404840-MK-Rima%20Rizkiyah.pdf

European Union. 2019. Diakses pada 2 Januari 2020 dari


https://europa.eu/european-union/about-eu/history_en#1945-1959

Anda mungkin juga menyukai