(ASIA-EUROPE MEETING)
Di Susun Oleh:
Nim : 1731000039
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan
negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-
negara di dunia. Sejak semula focus dari teori hubungan internasional adalah mempelajari
tentang penyebab-penyebab dan kondisi-kondisi yang menciptakan kerjasama. Kerjasama dapat
tercipta sebagai akibat dari penyesuaian-penyesuaian perilaku aktor-aktor dalam merespon atau
mengantisipasi pilihan-pilihan yang di ambil oleh aktor-aktor dalam merespon atau
mengantisipasi pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor-aktor lainnya. Kerjasama dapat
dijalankan dalam suatu proses perundingan yang diadakan secara nyata atau karena masing-
1
masing pihak saling tahu sehingga tidak lagi diperlukan suatu perundingan. Kondisi sistem
internasional yang selama ini dikenal anarki membuat hubungan antar negara tidak dibatasi.
Hubungan yang terjadi dapat berupa kerjasama, konflik maupun kompetisi. Namun negara-
negara menyadari dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan terbatasnya kemampuan
yang ada maka kerjasama dengan negara lain dianggap sebagai hubungan yang menguntungkan.
Hubungan kerjasama antar dua regional, Eropa dan Asia, semakin erat dengan adanya
upaya-upaya kerjasama antara Uni Eropa dengan beberapa forum atau organisasi di Asia.
Terbukti bahwa saat ini Uni Eropa sedang meningkatkan dukungannya untuk integrasi regional
melalui Pertemuan Asia-Eropa (ASEM), dan mengintensifkan kerjasama dengan Perhimpunan
Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), Forum Regional ASEAN (ARF) dan Perhimpunan
Negara-Negara Asia Selatan untuk Kerjasama Regional (SAARC)2.
ASEM adalah forum dialog dan kerjasama antar kawasan ASIA dan Eropa yang ditujukan
untuk menciptakan kemitraan dan kemajuan ASIA_Eropa, memperkuat dialog yang setara dan
membangun saling pengertian kedua kawasan. Asian Europe Meeting ( ASEM) didirikan di
Bangkok pada tahun 1996. Hingga saat ini keanggotaan ASEM terus berkembang hingga
1
Dougherty, James E. Dan Robert L. Pfaltzgraff. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
2
Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Seminar Kemenlu Indonesia di Universitas Brawijaya 4 November
2015, diskusi panel dengan pembicara Evi Fitriani P.hD, Dosen HI UI. Hlm 5-6. Diakses melalui
http://labhi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Notulensi-Seminar-Kemlu-Indonesia-UE-dan-ASEM.pdf
mencakup 53 mitra yang terdiri dari 21 negara Asia, 30 negara Eropa, Sekretariat ASEAn dan
Uni Eropa. Sifat kerjasama ASEM adalah informal, non-binding, multi-dimensional dan social-
budaya. Mekanisme kerja ASEM bermuara pada pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan ASEM
dalam format Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dan dilangsungkan dua tahun sekali. Di bawah
KTT ASEM, terdapat mekanisme pertemuan Menteri Luar Negeri ASEM (ASEM Foreign
Ministers Meeting/FMM) yang dilangsungkan 2 tahun sekali, berselang-seling dengan jadwal
KTT ASEM. Hasil kesepakatan para Pemimpin ASEM dan Menteri Luar Negeri ASEM tersebut
ditindaklanjuti pada pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Officials) ASEM yang biasanya diadakan
dua kali dalam setahun.3
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai
hubungan kerjasama dan kebijakan yang dilakukan oleh Asia dan Eropa melalui ASEM.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan kerjasama antara Uni Eropa dan Asia ?.
2. Apa tujuan dibentuknya ASEM?
C. Tujuan
1. Memahami hubungan kerjasama antara Uni Eropa dan Asia.
2. Memahami tujuan dan capaian yang dilakukan oleh ASEM.
3
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/ASEM.aspx
BAB II
PEMBAHASAN
Benua Asia dan Eropa sebenarnya berada pada satu daratan yang sama yang dibatasi oleh
pegunungan. Secara tradisional batas-batas geografis Eropa dan Asia didefinisikan sebagai garis
yang ditarik sepanjang Pegunungan Ural. Hubungan Eropa dan Asia telah berlangsung sejak
lama yang dimulai dengan hubungan dagang, hubungan kolonial pada abad 16 dan dilanjutkan
4
The Jakarta post, Arti penting kerjasama Asia-Europe Metting bagi Indonesia. 2011
dengan hubungan bilateral pasca kemerdekaan. Kemudian, pembentukan European Community
(EC) pada tahun 1958 dan ASEAN pada tahun 1968 dan dialog antar kedua organisasi kawasan
tersebut melengkapi kegiatan dalam pengembangan hubungan kedua kawasan tersebut
Menurut Takeda, terdapat tiga tahap pembangunan antara Eropa dan Asia. Tahap pertama
yakni sekitar abad ke tiga belas ketika Eropa, dengan bantuan buku karya Marcopolo yang
berjudul The Description of the World, mencari dan menemukan Asia. Tahap kedua meliputi
abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis,
Jerman, dan Portugal, datang ke Asia untuk menjajah. Ini adalah periode revolusi industri dan
juga periode penjajahan. Sementara tahap ketiga adalah titik awal ketika pertemuan Asia-Eropa
(ASEM) diadakan di Bangkok.5 Penjelasan Takeda tersebut merupakan perkembangan sejarah
hubungan antara Eropa dan Asia secara umum. Namun, secara khusus, sebelum terbentuknya
ASEM, tepatnya pada tahun 1992 sudah terbentuk Europe-East Asia Economic Summit.6
Begitu negara-negara Asia tumbuh semakin besar dan kompleks, serta menjadi lebih
terintegrasi melalui perdagangan, arus keuangan, investasi langsung, dan bentuk-bentuk lain dari
pertukaran ekonomi dan sosial. Hal inilah yang kemudian dilirik Uni Eropa (UE) ketika
menghadapi berbagai tantangan dan salah satunya adalah menjalin hubungan yang baik dengan
kawasan ini. Uni Eropa saat ini sedang mendalami kemitraan strategis dengan beberapa negara
yang disebut sebagai emerging super power state di Asia yaitu Cina, India, Jepang dan
melakukan negosiasi tentang kemitraan yang baru dan perjanjian perdagangan bebas dengan
Korea Selatan serta negara-negara Asia Tenggara. Dialog reguler dengan cakupan luas
dilakukan, yang semakin mengarah kepada kerjasama dan persamaan pendapat tentang isu-isu
internasional, regional maupun kasus-kasus tertentu yang memiliki muatan politis tinggi serta
berdampak besar terhadap kepentingan stabilitas keamanan dan perdamaian dan kesejahteraan
global serta masalah perekonomian lainnya. Berbagai kesepakatan yang mencakup masalah
pariwisata sampai penelitian nuklir telah dicapai atau sedang dibahas.
Pada perkembangannya, cakupan kerja sama ASEM terus diperluas. Di bidang
ekonomi, terdapat mekanisme ASEM Finance Ministers' Meeting, Economic Ministers' Meeting
dan ASEM Transport Ministers Meeting serta pertemuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
5
Isami Takeda.1996. Transcript of a speech delivered in Athens,Greece. in November 1996, diakses dari
http://www.mofa.go.jp/j_info/japan/opinion/takeda.html pada 02 Desember 2015 pukul 14.45 WIB
6
Geoffrey Allen Pigman. 2007. The World Economic Forum: A Multi-Stakeholder Approach to Global
Governance, New York: Routledge, hal.16
ASEM. Forum kerja sama sosial-budaya ASEM dicerminkan antara lain melalui ASEM Culture
Ministers' Meeting dan ASEM Education Ministers' Meeting.
Untuk memperkuat kerja sama sosial budaya ASEM, ASEM membentuk Asia Europe
Foundation (ASEF) yang berstatus sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dalam berbagai
kegiatan sosial budaya misalnya Model ASEM dan ASEM Journalist Colloquium.
Kerja sama ASEM diperkaya dengan mekanisme kerjasama non-pemerintah yang
meliputi kerjasama parlemen, bisnis dan masyarakat madani (civil society) yang antara lain
terdiri dari forum antar-kalangan pebisnis (Asia-Europe Business Forum/AEBF); antar-Parlemen
(Asia Europe Parliamentary Partnership Meeting/ASEP) dan antar-masyarakat madani (Asia-
Europe People's Forum/AEPF).
1. Latar Belakang PolitiL
Runtuhnya Uni Soviet yang menandakan berakhirnya perang dingin pada
awal dekade 1990, memberi dampak pengaruh yang besar dalam hubungan
internasional. Persamaan pandangan tidak lagi menjadi penting seperti yang terjadi pada masa
sebelumnya, negara maupun kelompok memutuskan untuk
meningkatkan ataupun menjalin hubungan kerjasama satu dengan yang lainnya. Berbagai negara
dengan berbagai latar belakang ideologi dan politik selanjutnya dapat bekerjasama secara
intensif guna mencapai kepentingan nasional mereka masing–masing. Pembentukan ASEM pada
1996 juga tidak memperhatikan latar belakang ideologi dan politik para anggotanya.
Terbentuknya ASEM dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran akan hubungan yang
kurang erat antara Asia dengan Eropa. Tuntutan kepentingan strategis untuk membangun
kerangka kerjasama dalam berbagai bidang prioritas di tengah proses perubahan yang begitu
cepat dan persaingan yang semakin ketat juga menjadi dorongan untuk pembentukan kerjasama
ASEM. Proses kerjasama dalam kerangka ASEM mencerminkan sebuah evolusi menuju suatu
kemitraan yang seimbang dan sejajar.
B. TUJUAN ASEM
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Asia dan Eropa dalam ASEM, dimana
setiap negara mempunyai kepentingan masing-masing yang dapat berupa bidang ekonomi (yang
menjadi tujuan utama didirikannya ASEM), politik keamanan dan juga dalam sosial budaya.
Apabila dilihat dari bidang ekonomi, ASEM memiliki tujuan memajukan investasi, memperkuat
sistem perdagangan yang terbuka, dan menciptakan lingkungan bisnis yang bebas dari korupsi.
Dilihat dari bidang politik, masing-masing negara dapat mengadakan percakapan politik baik
mengenai masalah internasional maupun masalah regional dari kepentingan bersama, selain itu
dapat memberikan perhatian mengenai isu-isu kepedulian internasional mengenai panggilan
solidaritas. Dalam dalam bidang sosial budaya, fokus terhadap pengembangan hubungan antar
personel dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Secara garis besar, ASEM mempunyai tujuan untuk :
1. Memperkokoh ekonomi antara Eropa dan Asia.
2. Menunjukkan komitmen bersama untuk membantu tercapainya perdamaian dan
stabilitas di Eropa dan Asia.
3. Melestarikan bantuan bersama kepada negara-negara berkembang di Asia yang
kurang sejahtera.
4. Membantu pencapaian tujuan bersama untuk membentuk suatu dunia yang
berdasarkan demokrasi dan hukum.7
C. Struktur ASE
ASEM mengunakan proses informal dimana sebagai wadah membicarakan masalah-
masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan pada sikap kerjasama dan saling
mengerti antar tiap anggota. ASEM sebagai tempat terjadinya hubungan bilateral dan multilateral
antar negara. Asia-Europe Foundation (ASEF) merupakan satu satunya institusi yang bermarkas
di Singapore dan tidak ada kepentingan di dalamnya melaikan promosi kultural, intellectual and
hubungan “people-to-people” antara kawasan Asia dan Eropa. ASEF sendiri mendapatkan
pendanaan melalui mitra masyarakat sipil di seluruh Asia dan Eropa.
8
Robles. 2008. Alfredo C.: The Asia-Europe Meeting : the theory and practice of interregionalism. London [u.a.] :
Routledge.. ISBN 0-415-45223-6 (hardback) / ISBN 0-203-93326-5 (ebook)
ditindaklanjuti pada pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Officials) ASEM yang diadakan lazimnya
2 (dua) kali dalam setahun9.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, karakteristik ASEM adalah merupakan kerjasama
inter-regionalisme yang lemah. Hal itu dikarenakan ASEM tidak memiliki konstitusi seperti
treaty atau agreement pendirian organisasi dan juga ASEM tidak memiliki sekretariat, badan
eksekutif, dan mekanisme birokrasi yang jelas dalam menggerakkan organisasi. ASEM hanya
bisa disebut sebagai organisasi longgar atau forum inter-regional. Karena format ASEM yang
longgar maka dapat dikatakan bahwa ASEM belum memiliki suatu bentuk kerangka kerjasama
yang sesuai dalam membangun kerjasama antara regional. Koordinasi proses pelaksanaan ASEM
ditangani oleh Menteri-menteri Luar Negeri dan staf-staf senior dari ASEM itu sendiri. Staf-staf
tersebut juga dibantu oleh grup-grup kecil dari Eropa dan Asian Coordinators (komisi UE,
perwakilan dari Asia Tenggara dan Asia Timur Laut. Secara bergiliran setiap tahun). Kordinator-
koordinator tersebut mengadakan pertemuan setiap kali dan setiaP dibutuhkan (dua atautiga kali
setahun) dan memisahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan politik dan ekonomi.
9
Ibid.,
ASEM menjadi sebuah momen yang tepat untuk mendobrak paradigma kolonialisme
barat yang sebelumnya sangat terpatri erat di benak sebagian besar Negara Dunia Ketiga yang
terutama berada di wilayah Asia. Hal yang selama ini dianggap menjadi suatu kesalahpahaman
antara Asia dan Eropa. Untuk pertama kalinya para pemimpin negara dari dua kawasan duduk
bersama dalam keadaan sejajar, hal ini membuktikan pada dunia bahwa telah lahirlah suatu
bentuk kerjasama baru pasca Perang Dingin.
Selain itu, dengan adanya ASEM menjadikan kondisi hubungan tiga poros kekuatan
ekonomi dunia seimbang antara Amerika Utara, Asia dan Eropa. Hal ini semakin meningkatkan
kemungkinan akan tercapainya suatu bentuk kemakmuran bersama. Pada intinya adalah ASEM
membuktikan kenyataan bahwa hubungan tripolaritas di dunia perekonomian dan perdagangan
internasional telah terbentuk.
2. KTT ASEM II
Pertemuan KTT ASEM yang ke dua diselenggarana di London, Inggris pada
tahun 1998. Pertemuan tersebut membahas soal kemajuan yang diraih selama 2 tahun
belakangan dan juga membahas masalah-masalah yang berkembang dari krisis di
Asia. Dalam KTT ASEM II dinyatakan tiga faktor sebagai prinsip-prinsip paling
utama hubungan Asia-Eropa, yaitu: kemitraan sejajar, saling menghormati, dan
keuntungan bersama.
Pada pertemuan tingkat pejabat tinggi untuk menyiapkan agenda KTT ASEM II
ini, timbul kekhawatiran Eropa akan menempuh pola proteksionisme untuk
membentengi diri dari serbuan barang-barang konsumsi dengan harga murah dari
kawasan Asia. Kecemasan ini memang sangat beralasan, karena jatuhnya nilai
sejumlah mata uang terhadap dolar AS dan sejumlah mata uang kuat lainnya, akan
membuat harga barang-barang konsumsi buatan Asia jauh lebih murah dibanding
produk sejenis buatan Eropa.
Hasil lain yang ramai dibicarakan dari pertemuan ini adalah peluncuran Asia-
Europe Trust Fund yang diprakarsai oleh Inggris. Dana ini akan dimanfaatkan untuk
membayar tenaga ahli yang akan bertindak selaku penasehat bagi Asia dalam proses
restrukturisasi sistem perbankan. Selain itu, Eropa juga berjanji akan mengirim lebih
banyak misi perdagangan ke Asia.10
a) Para pemimpin akan meningkatkan intensitas perdagangan dan investasi antara kedua
kawasan dan menyatakan kepuasaan atas keberhasilan TFAP, terutama hasil konkret
yang dicapai sejak KTT ASEM II.
b) Menekankan kembali pentingnya perdagangan multilateral dalam pencapaian
pertumbuhan global, kemakmuran dan pembangunan yang berkelanjutan dan
menghadapi tantangan globalisasi.
4. KTT ASEM IV
Pertemuan ini diadakan di Kopenhagen, Denmark pada 22-24 September 2002.
Pertemuan ini membahas hal-hal sebagai berikut:
a) Membicarakan isu keamanan internasional dan mendiskusikan tantangan keamanan
yang baru setelah terjadinya serangan WTC 11 September 2001. Menyatakan
penolakan terhadap terorisme internasional dan secara kolektif akan memberantasnya
dalam kerangka ketentuan PBB.
b) Dengan semangat persatuan dalam perbedaan, maka dilakukan dialog dengan tema
“Dialogue on Culture and Civilizations” dengan dasar penghormatan atas kesamaan
derajat bagi semua manusia dan penyadaran bahwa perbedaaan budaya merupakan
sebuah aset.
10
“KTT ASEM Hasilkan Kemitraan Sejajar”, Media Indonesia, Jakarta 6 April 1998, hlm.4.
c) Para pemimpin ASEM mendukung penuh pembangunan dan realisasi proyek dalam
kerjasama di Semenanjung Korea dan menjadikan “The ASEM Copenhagen Political
Declaration for Peace on The Korean Peninsula” sebagai penjelasan.
d) Timbulnya keinginan untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi diantara dua
kawasan yang mengikuti kesuksesan Agenda Pembangunan Doha termasuk langkah-
langkah baru yan ditempuh menuju integrasi ekonomi Asia-Eropa.
e) Para pemimpin ASEM menugaskan koordinator ASEM untuk membentuk suatu
taskforce agar terjadi hubungan kerjasama ekonomi yang lebih erat. Taskforce harus
mencakup tiga isu utama: perdagangan, investasi dan keuangan termasuk pula isu
pembentukan Pasar Obligasi Euro dan penggunaan Euro sebagai mata uang
internasional. Beranggotakan 5 ahli dari masing-masing kawasan. Mereka harus
memberikan laporan intern pada Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri dan Menteri
Keuangan pada tahun 2003.11
5. KTT ASEM V
Pertemuan KTT ASEM yang ke lima dilaksanakan di Hanoi, pada tanggal 8-9
Oktober 2004. Pada pertemuan ini keanggotaan ASEM diperluas dengan mencakup
10 negara anggota UE baru dan 3 negara ASEAN, yakni: Siprus, Ceko, Estonia,
Hongaria, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia, Slovenia, Kamboja, Laos, dan
Myanmar.
6. KTT ASEM VI
Pertemuan KTT ASEM yang ke enam dilaksanakan di Helsinki, Finlandia, pada
tanggal 10-11 September 2006. Keanggotaan ASEM semakin bertambah menjadi 45
mitra, terdiri dari 17 mitraAsia (negara-negara anggota ASEAN ditambah Jepang,
RRC, Republik Korea, India, Pakistan, Mongolia, dan ASEAN Secretariat) dan 28
mitra Eropa (UE + Komisi Eropa). Pada peringatan 10 tahun ASEM sekaligus
pelaksanaan KTT ASEM yang ke enam, para pemimpin ASEM sepakat
memfokuskan agenda utama kerjasama, antara lain: substantive areas of cooperation,
memperkuat institutional mechanism, dan perluasan keanggotaan.
11
www.asemconnect.com.sg/summits465/pag.5.html. Diakses 4 November 2005.
Pada pertemuan ini juga diharapkan agar mitra ASEM dapat mengusung inisiatif-
inisiatif kerjasama ASEM ke arah yang lebih konkrit. sebagai gambaran, selama 10
tahun pertama, ASEM telah melaksanakan 107 inisiatif kerjasama, masing-masing 12
inisiatif di Pilar 1 (politik dan keamanan), 51 inisiatif di Pilar 2 (ekonomi-
perdagangan), dan 44 inisiatif di Pilar 3 (sosial budaya).
Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan kerjasama Antara Asia dan Eropa maka dapat
disimpulkan bahwa Hubungan Eropa dan Asia sudah sangat lama terjalin mulai dari zaman
penjajahan hingga menjadi kerjasama dalam bentu mitra dagang. Kerjasama Eropa dan Asia
semakin berkembang dan terintegrasi ditandai dengan adanya kerjasama melalui forum
interregional seperti ASEM (Asia-Europe Meeting) dan adanya kebangkitan ekonomi nasional
seperti negara-negara Asia seperti Jepang, Cina dan Korea Selatan dan Negara di Asia lainnya.