Anda di halaman 1dari 54

Putusan 2097/ 2006

PUTUSAN NO. 2097 K/PID/2006

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama : DR. Ir. H. DJOKO MUNANDAR, M. Eng ;

Tempat lahir : Solo;

Umur/ tanggal lahir : 58 tahun/19 Maret 1947;

Jenis kelamin : Laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : JI.Dewi Sartika Blok T 8-9 Rt. 02/11 Kelu - rahan

Sumur Pecung, Kec, Serang, Kab. Serang, Propinsi

Banten;

Agama : Islam ;

Pekerjaan : Gubernur Propinsi Banten;

Terdakwa berada di luar tahanan:

Yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Serang karena didakwa :

PERTAMA

1
Primair:

Bahwa ia Terdakwa DR.Ir. H. DJOKO MUNANDAR, M. Eng selaku Gubernur

Propinsi Banten periode tahun 2002 - 2007, secara, bersama-sama atau bertindak

sendiri-sendiri dengan Drs. Dharmono K. Lawi Msi, selaku Ketua RD Propinsi

Banten periode tahun 2001-2004, H. Muslim Jamaluddin dan H. Mufrodi

Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua DPRD Propinsi Banten dan Drs.

Tardian AS, Msi selaku Sekretaris DPRD Propinsi Banten serta Hj. Tuti Sutiah

Indra selaku Anggota DPRD pada Propinsi Banten periode 2001-2004 (masing-

masing diperiksa dalam berkas perkara terpisah) pada tanggal 7 Februari 2003,

tanggal 14 April 2003, 15 April 2003 dan tanggal 28 April 2003 atau setidak-

tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam tahun 2003, bertempat di Kantor

Gubernur Propinsi Banten Jl. Brigjen KH. Syam'un No. 5 Kelurahan Kota Baru,

Kecamatan Serang, Kabupaten Serang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat

dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Serang, telah melakukan atau turut serta

melakukan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan-

perbuatan yang berdiri sendiri, secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara yang dilakukan dengan cara-cara antara lain sebagai

berikut:

Pencairan dan penggunaan dana tidak tersangka untuk bantuan penunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten yang berkaitan dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri No. 29 tahun 2002.


Bahwa perbuatan Terdakwa Dr. H. Djoko Munandar M.Eng (Gubernur Banten)

selaku pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan Daerah Propinsi

Banten yang menandatangani surat nomor: 900/Keu-309/2003 tanggal 7 Februari

2003 perihal penggunaan dana tidak tersangka untuk dana bantuan penjunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten yang berkaitan dengan Kep. Mendagri No. 29

tahun 2002 sebesar Rp.3.500.000.000,- dan menandatangani surat nomor:

900/Keu-437/2003 tanggal 14 April 2003 perihal Mohon persetujuan pengeluaran

dana tidak tersangka, untuk bantuan penunjang perumahan bagi anggota DPRD

Propinsi Banten tahap pertama sebesar Rp. 10.500.000.000,- sehingga dana tidak

tersangka tersebut diproses dan dicarikan serta digunakan, telah bertentangan

dengan :

A. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000

tentang Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, antara lain:

1. Pasal 4 : "Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan

kepatutan";

2. Pasal 5 : "APBD merupakan dasar pengelolaan Keuangan Daerah dalam

tahun anggaran tertentu";

3. Pasal 10 ayat (3) : "Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang

berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tersedia atau tidak cukup

tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut";

3
4. Pasal12 ayat (1): "Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya

tidak tersangka, disediakan dalam bagian anggaran tersendiri";

5. Pasal 12 ayat (2): "Pengeluaran yang dibebankan pada pengeluaran tidak

tersangka adalah untuk penanganan bencana alam, bencana sosial dan

pengeluaran tidak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan kewenangan Pemeritahan Daerah";

6. Pasal 17 : "Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak

tersangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) disediakan

dalam bagian anggaran pengeluaran tidak tersangka";

7. Pasal 25 : "Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD

tidak dapat dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang

APBD dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah";

B. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, tanggal 10 Juni

2002, Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan

Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, antara lain :

1. Pasal 7 ayat (1): "Belanja tidak tersangka dianggarkan untuk

pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial atau

pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah";


2. Pasal 7 ayat (2) huruf a : "Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan

dalam rangka penyelenggaraan kewenangan' pemerintahan daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu pengeluaran-pengeluaran

yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana

langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak

tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan"; |

3. Pasal 38 ayat (2) : "Pengguna anggaran bertanggung jawab atas tertib

penata usahaan anggaran yang dialokasikan pada unit kerja yang

dipimpinnya";

4. Pasal 42 : "Satuan pemegang kas dilarang menyimpan kas yang

diterimanya atas nama pribadi pada suatu Bank atau Lembaga

Keuangan lainnya";

5. Pasal 49 ayat (1) : "Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban

APBD, tidak dapat dilakukan sebelum rancangan Perda tentang APBD

disahkan dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah";

6. Pasal 49 ayat (5) : "Setiap pengeluaran kas hams didukung oleh bukti

yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang

menagih";

7. Pasal 55 ayat (1) anggaran dilarang melakukan tindakan yang

mengakibatkan beban APBD jika dana untuk pengeluaran tersebut

tidak tersedia atau dananya tidak cukup tersedia";

5
8. Pasal 55 ayat (2): 'Pengguna anggaran dilarang melakukan

pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain

dan pada yang ditetapkan";

9. Pasal 57 ayat (1): "Pengguna anggaran wajib mempertanggung-

jawabkan uang yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang

dilampiri dengan bukti-bukti yang sah".

Karena berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dana tidak tersangka seharusnya

dialokasikan terlebih dahulu dalam APBD dan digunakan apabila ada bencana

alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan, namun

kenyataannya dana tidak tersangka telah digunakan terlebih dahulu baru kemudian

dimasukan dalam perubahan APBD Prop. Banten tahun 2003. Penggunaan dana

tidak tersangka seharusnya digunakan untuk bencana alam, bencana sosial atau

pengeluaran lainnya yang sangat diperiukan namun kenyataannya digunakan

untuk penunjang kegiatan DPRD Prop. Banten dan bantuan penunjang

perumahan.

Bahwa perbuatan Terdakwa Dr. Ir. Djoko Munandar M. Eng sebagaimana

tersebut diatas telah memperkaya anggota DPRD Propinsi Banten periode tahun

2001-2004 dan Sekretaris DPRD Propinsi Banten, sehingga mengakibatkan

kerugian keuangan negara Cq. Pemerintah Propinsi Banten sebesar Rp.

14.000.000.000,- (empat belas milyar rupiah) atau setidak-tidaknya sebesar Rp.

13.504.000.000,- (tiga belas milyar lima ratus empat juta rupiah) setelah ada

pengembalian ke kas daerah Prop. Banten.


Perbuatan Terdakwa Dr. H. Djoko Munandar, M.Eng merupakan tindak pidana

sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 jo. Pasal 65

ayat (1) KUHP.

SUBSIDAIR :

Bahwa ia Terdakwa Dr. Ir. H.Djoko Munandar, M.Eng dalam kedudukannya

selaku Gubernur Propinsi Banten periode tahun 2002 - 2007, secara bersama-

sama atau bertindak sendiri-sendiri dengan Drs. Dharmono K. Lawi Msi, dalam

kedudukannya selaku Ketua DPRD Propinsi Banten periode tahun 2001- 2004, H.

Muslim Jamaluddin da- H. Mufrodi Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua

DPRD Propinsi Banten dan Drs. Tardian AS, Msi selaku Sekretaris DPRD

Propinsi Banten serta Hj. Tuti Sutiah Indra selaku Anggota DPRD pada Propinsi

Banten periode 2001-2004 (masing-masing diperiksa dalam berkas perkara

terpisah) pada tanggal 7 Februari 2003, tanggal 14 April 2003, 15 April 2003 dan

tanggal 28 April 2003 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam

tahun 2003, bertempat di Kantor Gubernur Propinsi Banten Jl. Brigjen KH.

Syam'un No. 5 Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang atau

setidak-tidaknya pada suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

Serang, telah melakukan atau turut serta melakukan beberapa perbuatan yang

harus dipandang sebagai perbuatan-perbuatan yang berdiri sendiri, dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalah

7
gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara, yang dilakukan dengan cara-cara antara lain sebagai berikut:

I. Pencairan dan penggunaan dana tidak tersangka untuk bantuan penunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten yang berkaitan dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri No. 29 tahun 2002.

 Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

1/M/2002 tanggal 8 Januari 2002, Terdakwa DJR. Ir. H. Djoko Munandar,

M, Eng. Diangkat sebagai Gubernur Banten periode 2002-2007.

 Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor:

105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah, Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah.

 Bahwa dalam rangka pembahasan dan penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Propinsi Banten Tahun

Anggaran 2003, Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar, M. Eng,

(Gubernur Banten) selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah mengangkat Panitia Anggaran Eksekutif (PAE)

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor : 900/SK/2215-

Keu/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Pembentukan Tim Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten tahun 2003

yang dalam lampirannya memuat susunan Tim Penyusunan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten tahun 2003, sebagai

berikut: Pengarah : 1. Gubernur Banten

Namun kenyataannya Terdakwa Dr. Ir. H. Djoko Munandar, M.tng telah

menyetujui penggunaan dana tidak tersangka tidak sesuai dengan pengelolaan

keuangan daerah dan tidak sesuai dengan peruntukannya.

Bahwa perbuatan Terdakwa Dr. Ir. H. Djoko Munandar, M.Eng sebagaimana

diuraikan di atas telah menguntungkan anggota DPRD Propinsi Banten periode

tahun 2001-2004 dan Sekretaris DPRD Propinsi Banten sehingga mengakibatkan

kerugian keuangan negara Cq. Pemerintah Propinsi Banten sebesar

Rp.14.000.000.000,- (empat belas milyar rupiah) atau setidak-tidaknya sebesar

Rp.13.504.000.000,- (tiga milyar lima ratus empat juta rupiah) setelah ada

pengembalian ke kas daerah Prop. Banten.

Perbuatan Terdakwa Dr. H. Djoko Munandar, M.Eng merupakan tindak pidana

sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 jo. Pasal 65

ayat (1) KUHAP

ATAU

KEDUA

PRIMAIR

9
Bahwa ia Terdakwa Dr - Djoko Munandar, M.Eng selaku Gubernur propinsi

Banten periode tahun 2002 - 2007, secara bersama-sama atau bertindak sendiri-

sendiri dengan Drs. Dharmono K. Lawi Msi, dalam kedudukannya selaku Ketua

DPRD Propinsi Banten periode tahun 2001-2004, H. Muslim Jamaluddin dan H.

Mufrodi Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua PRD Propinsi Banten dan

Drs. Tardian AS, Msi selaku Sekretaris DPRD Propinsi Banten serta Hj. Tuti

Sutiah Indra selaku Anggota DPRD pada Propinsi Banten periode 2001-2004

(masing-masing diperiksa dalam berkas perkara terpisah) pada tanggal 7 Februari

2003, tanggal 14 April 2003, 15 April 2003 dan tanggal 28 April 2003 atau

setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam tahun 2003, bertempat di

Kantor Gubernur Propinsi Banten Jl. Brigjen KH. Syam'un No. 5 Kelurahan Kota

Baru, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang atau setidak-tidaknya pada suatu

tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Serang, telah melakukan atau

turut serta melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa

sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut, secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

yang dilakukan dengan cara-cara antara lain sebagai berikut:

Penggunaan dan pencairan dana tidak tersangka untuk bantuan penunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten yang berkaitan dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri No. 29 tahun 2002.


 Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

1/M/2002 tanggal 8 Januari 2002, Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar,

Eng. Diangkat sebagai Gubernur Banten periode 2002-2007.

 Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105

tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah, Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah.

 Bahwa dalam rangka pembahasan dan penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Propinsi Banten Tahun

Anggaran 2003, Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar, M. Eng,

(Gubernur Banten) selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah mengangkat Panitia Anggaran Eksekutif (PAE)

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor : 900/SK/2215-

Keu/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Pembentukan Tim Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten tahun 2003

yang dalam lampirannya memuat susunan Tim Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten tahun 2003.

 Bahwa dalam rangka pembahasan RAPBD Propinsi Banten TA 2003, TIM

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten

Tahun 2003 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten

Nomor: 900/SK/2215-Keu/2002 tanggal 17 0ktober2002, sekitar bulan

11
Oktober tahun 2002 mulai melakukan pembahasan dan penyusunan

RAPBD Propinsi Banten TA 2003 bersama-sama dengan Panitia

Anggaran Legislatif (PAL) DPRD Propinsi Banten yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan DPRD Propinsi Banten No. 161.1/Kep.

DPRD/19/2002 tanggal 1 Agustus 2002.

 Bahwa dalam pembahasan dan penyusunan RAPBD Propinsi Banten TA

2003, Panitia Anggaran DPRD Propinsi Banten (PAL) dan Panitia

Anggaran Pemerintah Propinsi Banten (PAE) masih, menggunakan dan

berpedoman kepada pola lama yakni Manual Keuangan Daerah ( Makuda)

padahal proses pembahasan dan penyusunan RAPBD TA 2003 sudah

hapus mengacu dan berpedoman pada Kep. Mendagri Nomor 29 tahun

2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan,

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata

Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

 Bahwa adanya perubahan pola penyusunan RAPBD yang harus mengacu

kepada Kep. Mendagri No, 29 tahun 2002, mengakibatkan waktu

pembahasan RAPBD bertambah sehingga dijadikan alasan oleh PAL

untuk meminta biaya tambahan pembahasan dan selanjutnya oleh saksi H.

Muslim Jamaludin selaku Koordinator PAL menyebutnya sebagai uang

lelah, padahal "pos anggaran uang lelah" tidak ada pada APBD Prop.

Banten baik pada Tahun Anggaran 2002 maupun 2003.


 Bahwa untuk menindak lanjuti permintaan biaya tambahan uang lelah

tersebut, pada tanggal 5 Februari 2003 saksi H. Muslim Jamaludin

menemui Sekda Prop. Banten dan selanjutnya Sekda Propinsi Banten

melaporkan permintaan tersebut kepada Terdakwa DR. Ir. H. Djoko

Munandar, M. Eng. selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah.

 Bahwa setelah Sekretaris Daerah menyampaikan permintaan saksi H.

Muslim Jamaludin kepada Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar, M.

Eng., selanjutnya Terdakwa menyetujui permintaan tersebut mengingat

"DPRD mempunyai hak budget sendiri dan adanya semangat kemitraan

antara eksekutif dan legislatif dan kemudian ditindaklanjuti oleh Terdakwa

dengan menandatangani surat Nomor : 900/Keu-309/2003 tanggal 7

Februari 2003 perihal Penggunaan Dana Tidak Tersangka, yang ditujukan

kepada Ketua DPRD Propinsi Banten guna mendapatkan persetujuan dari

DPRD Propinsi Banten untuk dapat menggunakan Pos Pengeluaran Tidak

Tersangka sebesar Rp.3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah).

 Bahwa surat Nomor: 900/Keu-309/2003 tanggal 7 Februari 2003 perihal

Penggunaan Dana Tidak Tersangka ditandatangani oleh Terdakwa DR. Ir.

H. Djoko Munandar, M. Eng. sebelum APBD Prop. Banten Tahun 2003

disahkan dan ditetapkan, bahwa APBD Prop. Banten Tahun 2003 baru /

disahkan dan ditetapkan pada tanggal 5 Maret 2003 dengan Perda Nomor

1 Tahun 2003.

13
 Bahwa saksi Drs. H. Tardian AS, M, Si setelah menerima surat Nomor:

900/Keu-309/2003 tanggal 7 Februari 2003 perihal Penggunaan Dana

Tidak Tersangka, selanjutnya mempersiapkan surat balasan yang

kemudian ditandatangani oleh Drs. H. Dharmono K Lawi, M. Si selaku

Ketua DPRD Prop. Banten dan diberi Nomor: 162.4/DPRD/45a/ll/2003

tanggal 7 Februari 2003 perihal Penggunaan Dana Tidak Tersangka,

selanjutnya surat tersebut dikirimkan kepada Gubernur Banten.

 Bahwa surat nomor : 162.4/DPRD/45a/ll/2003 tanggal 7 Februari 2003

yang pada intinya menyetujui penggunaan dana tidak tersangka sebesar

Rp.3.500.000.000,- dari dana APBD Propinsi Banten tahun 2003, mata

anggaran 2.15.1.1.1150 yang diperuntukkan bagi bantuan penunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten dalam rangka pelaksanaan Keputusan

Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002.

 Setelah mendapat persetujuan Ketua DPRD Propinsi Banten sesuai surat

Nomor : 162.4/DPRD//45a/ll/2003 tanggal 7 Februari 2003 dan setelah

melalui tahapan proses administrasi oleh Sekretaris Pemerintah Propinsi

Banten, maka pada tanggal 10 Februari 2003 Bendaharawan Lili Syadeli

dan Asda III Drs. Dedy Djumhana membuat dan menandatangani Surat

Permintaan Pembayaran (SPP) beban tetap nomor : 991/1/BT/I/2003

tanggal 10 Februari 2003 sebesar Rp.3.500.000.000,- dan selanjutnya

Kepala Bagian Perbendaharaan pada Biro Keuangan yaitu Achmad Andy

Rochandy menandatangani Surat Perintah Membayar Uang (SPMU)

Nomor : 931/KEU-0306/BT2003 tanggal 10 Februari 2003 sebesar


Rp.3.500.000.000,- untuk pembayaran biaya penunjang kegiatan DPRD

yang berkaitan dengan Kep. Mendagri No. 29 Tahun 2002 dengan

lampiran kwitansi tanggal 10 Februari 2003 yang ditandatangani oleh

Bendaharawan Lili Syadeli dan saksi Drts. H. Tardian AS, M. Si serta

diketahui oleh Drs. H. Dedy Djumhana, selanjutnya saudara Nana

Mulyana selaku staf pada Biro Keuangan Setda Propinsi Banten pada

tanggal 11 Februari 2003 mentransfer dana tersebut dari rekening pribadi

saksi Drs. H. Tardian AS, M. Si dengan rekening nomor :

07.03/60.000110.9 pada Bank Jabar Cabang Serang.

 Bahwa setelah biaya penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri No. 29 Tahun 2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- masuk dalam rekening pribadi saksi Drs. H. Tardian

AS, M. Si pada rekening nomor : 07.03.60.000110.9 pada Bank Jabar

Cabang Serang, kemudian pada tanggal 11 Februari 2003 , 13 Februari

2003, 20 Februari 2003, 6 Maret 2003, 10 Maret 2003, 17 Maret 2003, 18

Maret 2003, 26 Maret 2003 dana tersebut dicairkan dan dibagi-bagikan

kepada Panitia Anggaran Legislatif DPRD Propinsi Banten Periode Tahun

2001-2004 sesuai daftar rincian yang diserahkan oleh saksi Hj. Tuty

Sutiah Indra kepada saksi Drs. Tardian AS, M.Si atas kesepakatan

Pimpinan Dewan dan Pimpinan PAL, yaitu :

Pada tanggal 11 Februari 2003 setidak-tidaknya dalam bulan Februari

2003 dipinjamkan kepada Ny. Tuti Sutiah Indra sebesar Rp. 100.000.000,-

15
Pada tanggal 13 Februari 2003 setidak-tidaknya dalam bulan Februari

2003 diserahkan kepada :

 Bahwa kemudian Surat Keputusan Nomor : 163.1/Kep.57-Huk/200j

tanggal 14 April 2003 tersebut temyata berubah nomor menjadi nomor :

163.1/Kep.41a-Huk/2003 tanggal 10 Februari 2003 dan disisipkan diantara

nomor urut 41 dan 42 dalam Buku Penomoran Surat keputusan Gubernur

Penetapan Tahun 2003.

 Bahwa dalam Surat Keputusan Nomor : 163.1/Kep.57-Huk/2003 tanggal

14 April 2003 sebagaimana telah berubah menjadi Nomor : 163.1

/Kep.41a-Huk/2003 tanggal 10 Februari 2003, Dana Pengelolaan Tidak

Tersangka untuk keperluan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten

yang berkaitan dengan Kep. Mendagri Nomor 29 Tahun 2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah), dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten Tahun

Anggaran 2003 dengan nomor rekening 2.01.0311.5.1 padahal APBD

Propinsi Banten TA 2003 belum ditetapkan.

 Bahwa dana bantuan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri Nomor 29 Tahun 2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- yang anggarannya tidak dialokasikan dalam APBD

Propinsi Banten TA 2003, akan tetapi dana tersebut baru dialokasikan


kemudian dalam Perda No. 10 Tahun 2003 tanggal 29 September 2003

tentang Penetapan Perubahan APBD TA. 2003.

 Bahwa untuk mendukung kelengkapan administrasi pencairan dana yang

telah dikeluarkan dari kas Daerah Pemprop Banten pada tanggal 11

JFebruari 2003, 13 Februari 2003, 20 Februari 2003, 6 Maret 2003, 10

Maret 2003, 17 Maret 2003, 18 Maret 2003, 26 Maret 2003 yaitu sebagai

dana bantuan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang berkaitan

dengan Kep. Mendagri No. 29 tahun 2002 sebesar Rp.3.500.000.000,-

yang telah dibagi-bagikan kepada Panitia Anggaran Legislatif DPRD

Propinsi Banten, saksi Drs. Tardian AS, M.Si selaku Sekretaris DPRD

Propinsi Banten mempersiapkan Surat Tanda Terima Bantuan Penunjang

Kegiatan DPRD Propinsi Banten dalan proses pelaksanaan Kep. Mendagri

No. 29 tahun 2002 tanpa tanggal, bulan Februari 2003 sebesar

Rp.3.500.000.000,- dan kemudian surat tersebut ditandatangani ole Drs.

Dharmono K Lawi selaku Ketua DPRD Propinsi Banten, H. Muslim

Jamaludin dan H. Mufrodi Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua

DPRD Propuinsi Banten, TB. A. Faisal Abbas, S.Ag selaku pemegang kas

serta oleh saksi Drs. H. Tardian AS, M.Si selaku Sekretaris DPRD Prop.

Banten. 

17
I. Penggunaan dan pencairan Dana Tidak Tersangka untuk

penunjang perumahan bagi Anggota DPRD Propinsi Banten.

 Pada waktu melakukan pembahasan RAPBD Propinsi Banten Tahun 2003

dengan pihak Pemprop Banten pada akhir tahun 2002, Panitia Anggaran

DPRD Propinsi Banten TA. 2002-2003 mengusulkan agar dalam RAPBD

tahun 2003 dialokasikan dana tunjangan bagi 75 orang anggota DPRD

Propinsi Banten periode 2001-2004, namun usulan tersebut tidak dapat

dipenuhi oleh Pemprop Banten dengan alasan tidak ada dasar hukumnya.

 Selanjutnya usulan tunjangan perumahan bagi 75 orang anggota DPRD

Propinsi Banten periode 2001-2004, dibahas kembali pada tanggal 19

Maret 2003 antara para Ketua Fraksi DPRD Propinsi Banten dengan

Sekda dan Asda II Pemprop Banten, namun usulan tersebut tetap ditolak

oleh pihak Pemprop Banten karena tidak ada dasar hukumnya.

 Bahwa selanjutnya pada tanggal 11 April 2003 bertempat di ruang rapat

Kantor Gubernur Banten saksi Drs. Dharmono K Lawi selaku Ketua

DPRD Propinsi Banten periode 2001-2004, saksi H. Muslim Jamaludin

dan saksi H. Muchrodi Muchsin, masing-masing selaku Wakil Ketua

DPRD Propinsi Banten periose 2001-2004 bersama-sama dengan

Terdakwa DR. Ir. Djoko Munandar, M.Eng. selaku Gubernur Banten, Hj.

Ratu Atut Chosiah serta Sekda Propinsi Banten Drs. Chaeron Muchsin,

M.Si mengadakan pertemuan untuk membicarakan tunjangan perumahan

bagi 75 orang anggota DPRD Propinsi Banten periode 2001-2004. Pada


pertemuan tersebut usulan alokasi dana untuk tunjangan perumahan bagi

75 orang anggota DPRD Propinsi Banten periode 2001-2004 dapat

dipenuhi dengan mendasarkan pada pasal 114 ayat (5) Keputusan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Banten Nomor : 162.1/Kep-

DPRD/01/2001 tanggal 6 Agustus 2001 tentang Peraturan Tata Tertib

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Banten.

 Bahwa kemudian pada tanggal 14 April 2003 saksi Drs. H. Tardian AS,

M.Si bersama-sama dengan saksi Hj. Tuty Sutiah Indra dan saksi Iwan

Rosadi, SH menghadap saksi Drs. Chaeron Muchsin, M.Si (Sekda

Pemprop Banten) untuk menanyakan tindak lanjut dana bantuan

penunjang perumahan bagi 75 orang anggota DPRD Prop. Banten periode

2001-2004 yang telah disetujui pada pertemuan tanggal 11 April 2003.

 Setelah kedatangan saksi Drs. H.Tardian AS, Msi, saksi Hj. Tuti Sutiah

Indra dan saksi Iwan Rosadi, SH menghadap saksi Drs. H. Chaeron

Muchsin, Msi (Sekda Pemprop. Banten) dan untuk menindak lanjuti

pertemuan tanggal 11 April 2303. Terdakwa DR. H. Djoko Munandar, M.

Eng. (Gubernur Banter selaku pemegang kekuasaan umum pengelolaan

keuangan daerah menandatangani surat nomor : 900/Keu-437/2003

tanggal 14 April 2003, perihal mohon persetujuan DPRD penggunaan

dana tidak tersangka APBD 2003. dengan kode rekening

2.01.3.11.5.1.01.2 sebesar Rp.10.500.000.000,- (sepuluh milyar lima ratus

juta rupiah) diperuntukan sebagai penunjang perumahan bagi 75 Anggota

DPRD Propinsi Banten periode 2001-2004 yang realisasinya dibagi dalam

19
2 (dua) tahap yaitu tahap pertama sebesar Rp.7.500.000.000,- (tujuh

milyar lima ratus juta rupiah) dan tahap kedua sebesar Rp.3.000.000.000,-

(tiga milyar rupiah), surat tersebut ditujukan kepada Pimpinan DPRD

Propinsi Banten guna mendapatkan persetujuan.

 Untuk menjawab surat Terdakwa DR. H. Djoko Munandar, M.Eng

(Gubernur Banten) tersebut, saksi Drs. H. Tardian AS, M.Si

mempersiapkan surat nomor : 162.4/DPRD-172/IV/2003 tanggal 15 April

2003, perihal persetujuan pengeluaran dana tidak tersangka yang pada

pokoknya menyetujui pengeluaran dana tidak tersangka sebesar

Rp.10.500.000.000,-(sepuluh milyar lima ratus juta rupiah) dibebankan

pada APBD Tahun 2003 dengan kode rekening 2.01.3.11.5.1.01.2 yang

diperuntukan sebagai penunjang perumahan bagi 75 anggota DPRD

Propinsi Banten periode 2001-2004 dan akan ditetapkan kemudian pada

perubahan APBD TA. 2003, selanjutnya menyerahkan surat tersebut untuk

tandatangani oleh saksi Drs. Dharmono K. Lawi selaku Ketua DPRD

Propinsi Banten dan saksi H. Muslim Jamaludin serta saksi H. Mufrodi

Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua DPRD Propinsi Banten.

 Setelah surat nomor : 162.4/DPRD-172/IV/2003 tanggal 15 April 2003

perihal persertujuan pengeluaran dana tidak tersangka ditanda tangani oleh

saksi Drs. Dharmono K. Lawi selaku Ketua DPRD Propinsi Banten dan

saksi H. Muslim Jamaludin serta saksi H. Mufrodi Muchsin masing-

masing selaku Wakil Ketua DPRD Propinsi Banten, kemudian surat


tersebut dikirimkan kepada Terdakwa DR. H. Djoko Munandar, M. Eng.

(Gubernur Banten).

 Bahwa setelah mendapat persetujuan dari DPRD Propinsi Banten sesuai

surat nomor : 162.4/DPRD-172/IV/2003 TANGGAL 15 April 2003,

kemudian Terdakwa DR. H. Djoko Munandar, M. Eng. (Gubernur Banten)

menandatangani Surat Keputusan Nomor: 163/Kep.61-Huk/2003 tanggal

15 April 2003 tentang penggunaan dana pengeluaran tidak tersangka untuk

bantuan penunjang Perumahan bagi anggota DPRD Propinsi Banten yang

pada pokoknya dana penunjang bagi anggota DPRD Propinsi Banten tahap

pertama sebesar Rp.7.500.000.000,-(tujuh milyar lima ratus juta rupiah)

dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Propinsi Banten

Tahun Anggaran 2003 pada nomor rekening 2.01.3.11.5.1.01.2 yang akan

ditetapkan kemudian pada perubahan APBD TA. 2003.

 Setelah keluarnya Surat keputusan Gubernur Banten Nomor: 163/Kep.61-

Huk/2003 tanggal 15 April 2003, Bendaharawan Lina Herlina, SE dan

Asda III Drs. Dedy Djumhana menandatangani Surat Permintaan

Pembayaran (SPP) Nomor: 900/03/SPP/BT/2003 tanggal 16 April 2003

dan selanjutnya Kepala Bagian Perbendaharaan pada Biro Keuangan yaitu

Achmad Andy Rochandy menandatangani Surat Perintah Membayar Uang

(SPMU) Nomor: 931/KEU-1083/BT,P.III/2003 tanggal 16 April 2003

sebesar Rp.7.500.000.000,- pembayaran bantuan dana tidak tersangka

untuk keperluan bantuan penunjang perumahan bagi anggota DPRD

Propinsi Banten dengan lampiran kwitansi tanpa tanggal yang

21
ditandatangani oleh saksi Drs. H. Tardian AS, M.Si (Sekretaris DPRD

Propinsi Banten) dan pemegang kas Lina Herlina, SE serta diketahui oleh

Drs. Dedy Djumhana, selanjutnya oleh saudara Nana Mulyana selakku staf

pada Biro Keuangan Setda Propinsi Banten pada tanggal 16 April 2003

mentransfer dana tersebut ke rekening pribadi saksi Drs. Tardian AS,M.Si

dengan rekening nomor : 07.03.21.051688.1 pada Bank Jabar Cabang

Serang.

 Setelah dana bantuan penunjang perumahan bagi anggota DPRD Propinsi

'Banten sebesar Rp.7.500.000.000,- masuk dalam rekening pribadi saksi

Drs. H. Tardian AS, Msi pada rekening nomor : 07.03. 21.051688. 1

tanggal 16 April 2003, selanjutnya secara bertahap dana penunjang

perumahan tersebut dicairkan dan dibagi-bagikan kepada 75 orang

Anggota DPRD Propinsi Banten oleh saksi Hj. Tuty Sutiah Indra dibantu

oleh Sdr. Supomo (staf Sekwan) dan Kombes Pol. Rudolf Andup, SH

(anggota DPRD Prop. Banten) yaitu :

1. Drs. H. Dharmono K Lawi, Msi sebanyak Rp.100.000.000,-

(seratus juta rupiah) setidak-tidaknya sejumlah uang.

2. Muslim Djamaluddin sebanyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta

rupiah) setidak-tidaknya sejumlah uang.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, tanggal 10 Juni 1002,

Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan


Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, antara lain:

1 Pasal 7 ayat (1): "Belanja tidak tersangka dianggarkan untuk

pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial atau

pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah";

2 Pasal 7 ayat (2) huruf a : "Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan

dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu pengeluaran-pengeluaran

yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana

langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak

tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan";

3 Pasal 38 ayat (2) : "Pengguna anggaran bertanggung jawab atas tertib

penata usahaan anggaran yang dialokasikan pada unit kerja yang

dipimpinnya";

4 Pasal 42 : "Satuan pemegang kas dilarang menyimpan kas yang

diterimanya atas nama pribadi pada suatu Bank atau Lembaga

Keuangan lainnya";

5 Pasal 49 ayat (1) : "Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban

APBD, tidak dapat dilakukan sebelum rancangan Perda tentang APBD

disahkan dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah";

23
6 Pasal 49 ayat (5) : "Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti

yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang

menagih";

7 Pasal 55 ayat (1) : "Pengguna anggaran dilarang melakukan tindakan

yang mengakibatkan beban APBD jika dana untuk pengeluaran

tersebut tidak tersedia atau dananya tidak cukup tersedia";

8 Pasal 55 ayat (2): "Pengguna anggaran dilarang melakukan

pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain

dan pada yang tetapkan";

9 Pasal 57 ayat (1): "Pengguna anggaran wajib mempertanggung-

jawabkan uang yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang

dilampiri dengan bukti-bukti yang sah".

Karena berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dana tidak tersangka seharusnya

dialokasikan terlebih dahulu dalam APBD dan digunakan apabila ada bencana

alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan, namun

kenyataannya dana tidak tersangka telah digunakan terlebih dahulu baru kemudian

dimasukan dalam perubahan APBD Prop. Banten tahun 2003 Penggunaan dana

tidak tersangka seharusnya digunakan untuk bencana alam, bencana sosial atau

pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan namun kenyataannya digunakan

untuk penunjang kegiatan DPRD Prop. Banten dan bantuan penunjang

perumahan.
Bahwa perbuatan Terdakwa Dr. Ir. H. Djoko Munandar, M.Eng. sebagaimana

diuraikan di atas telah menguntungkan anggota DPRD Propinsi Banten periode

tahun 2001-2004 dan "'Sekretaris DPRD Propinsi Banten sehingga

mengakibatkan kerugian keuangan negara Cq. Pemerintah Propinsi Banten

sebesar Rp.14.000.000.000,- (empat belas milyar rupiah) atau setidak-tidaknya

sebesar Rp.13.504.000.000,- tiga belas milyar lima ratus empat juta rupiah)

setelah ada pengembalian ke kas daerah Prop. Banten.

Perbuatan Terdakwa Dr. H. Djoko Munandar, M. Eng. merupakan tindak pidana

sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 2-01 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1)

KUHP.

SUBSIDAIR :

Bahwa ia Terdakwa Dr. Ir. H.Djoko Munandar, M.Eng dalam kedudukannya

selaku Gubernur Propinsi Banten periode tahun 2002 - 2007, secara bersama-

sama atau bertindak sendiri-sendiri dengan Drs. Dharmono K. Lawi Msi, dalam

kedudukannya selaku Ketua DPRD Propinsi Banten periode tahun 2001-2004, H.

Muslim Jamaluddin dan H. Mufrodi Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua

DPRD Propinsi Banten dan Drs. Tardian AS, Msi selaku Sekretaris DPRD

Propinsi Banten serta Hj. Tuti Sutiah Indra selaku Anggota DPRD pada Propinsi

Banten periode 2001-2004 (masing-masing diperiksa dalam berkas perkara

terpisah) pada tanggal 7 Februari 2003, tanggal 14 April 2003, 15 April 2003 dan

25
tanggal 28 April 2003 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam

tahun 2003, bertempat di Kantor Gubernur Propinsi Banten Jl. Brigjen KH.

Syam’un No. 5 Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang atau

setidak-tidaknya pada suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

Serang, telah melakukan atau turut serta melakukan beberapa perbuatan yang ada

hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan

berlanjut, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

korporasi, menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, yang dilakukan dengan cara-cara antara lain sebagai

berikut:

A. Penggunaan dan pencairan dana tidak tersangka untuk bantuan penunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten yang berkaitan dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri No. 29 tahun 2002.

 Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

1/M/2002 tanggal 8 Januari 2002, Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar,

M, Eng. Diangkat sebagai Gubernur Banten periode 2002-2007.

 Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor:

105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah, Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah.
 Bahwa dalam rangka pembahasan dan penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Propinsi Banten Tahun

Anggaran 2003, Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar, M. Eng.

(Gubernur Banten) selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah mengangkat Panitia Anggaran Eksekutif (PAE)

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor : 900/SK/2215-

Keu/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Pembentukan Tim Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten tahun 2003

yang dalam lampirannya memuat susunan Tim Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten tahun 2003, sebagai

berikut:

 Bahwa dalam rangka pembahasan RAPBD Propinsi Banten TA 2003, TIM

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Banten

Tahun 2003 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten

Nomor: 900/SK/2215-Keu/2002 tanggal 17 Oktober 2002, sekitar bulan

Oktober tahun 2002 mulai melakukan pembahasan dan penyusunan

RAPBD Propinsi Banten TA 2003 bersama-sama dengan Panitia

Anggaran Legislatif (PAL) DPRD Propinsi Banten yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan DPRD Propinsi Banten No. 161.1/Kep.

DPRD/ 19/2002 tanggal 1 Agustus 2002.

 Bahwa dalam pembahasan dan penyusunan RAPBD Propinsi Banten TA

2003, Panitia Anggaran DPRD Propinsi Banten (PAL) dan Panitia

27
Anggaran Pemerintah Propinsi Banten (PAE) masih menggunakan dan

Pedoman kepada pola lama yakni Manual Keuangan Daerah ( Makuda)

padahal proses pembahasan dan penyusunan RAPBD TA 2003 sudah

hapus mengacu dan berpedoman pada Kep. Mendagri Nomor 29 tahun

2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata

Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

 Bahwa adanya perubahan pola penyusunan RAPBD yang harus mengacu

kepada Kep. Mendagri No, 29 tahun 2002, mengakibatkan waktu

pembahasan RAPBD bertambah sehingga dijadikan alasan oleh PAL

untuk meminta biaya tambahan pembahasan dan selanjutnya oleh saksi H.

Muslim Jamaludin selaku Koordinator PAL menyebutnya sebagai uang

lelah, padahal "pos anggaran uang lelah" tidak ada pada APBD Prop.

Banten baik pada Tahun Anggaran 2002 maupun 2003.

 Bahwa untuk menindak lanjuti permintaan biaya tambahan uang lelah

tersebut, pada tanggal 5 Februari 2003 saksi H. Muslim Jamaludin

menemui Sekda Prop. Banten dan selanjutnya Sekda Propinsi Banten

melaporkan permintaan tersebut kepada Terdakwa DR. Ir. H. Djoko

Munandar, M. Eng. selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan

Keuangan Daerah.
 Bahwa setelah Sekretaris Daerah menyampaikan permintaan saksi H.

Muslim Jamaludin kepada Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar, M.

Eng., selanjutnya Terdakwa menyetujui permintaan tersebut mengingat

"DPRD mempunyai hak budget sendiri dan adanya semangat kemitraan

antara eksekuitif dan legislatif dan kemudian ditindaklanjuti oleh

Terdakwa dengan menandatangani surat Nomor : 900/Keu-309/2003

tanggal 7 Februari 2003 perihal Penggunaan Dana Tidak Tersangka, yang

ditujukan kepada Ketua DPRD Propinsi Banten guna mendapatkan

persetujuan dari DPRD Propinsi Banten untuk dapat menggunakan Pos

Pengeluaran Tidak Tersangka sebesar Rp.3.500.000.000,- (tiga milyar

lima ratus juta rupiah).

 Bahwa surat Nomor: 900/Keu-309/2003 tanggal 7 Februari 2003 perihal

Penggunaan Dana Tidak Tersangka ditandatangani oleh Terdakwa DR. Ir.

H. Djoko Munandar, M. Eng. sebelum APBD Prop. Banten Tahun 2003

disahkan dan ditetapkan, bahwa APBD Prop. Banten Tahun 2003 baru

disahkan dan ditetapkan pada tanggal 5 Maret 2003 dengan Perda Nomor

4 Tahun 2003.

 Bahwa saksi Drs. H. Tardian AS, M, Si setelah menerima surat Nomor:

900/Keu-309/2003 tanggal 7 Februari 2003 perihal Penggunaan Dana

Tidak Tersangka, selanjutnya mempersiapkan surat balasan yang

kemudian ditandatangani oleh Drs. H. Dharmono K Lawi, M. Si selaku

Ketua DPRD Prop. Banten dan diberi Nomor : 162.4/DPRD/45a/l1/2003

tanggal 7 Februari 2003perihal Penggunaan Dana Tidak Tersangka,

29
selanjutnya surat tersebut dikirimkan kepada Gubernur Banten. Bahwa

surat nomor : 162.4/DPRD/45a/ll/2003 tanggal 7 Februari 2003 yang pada

intinya menyetujui penggunaan dana tidak tersangka sebesar

Rp.3.500.000.000,- dari dana APBD Propinsi Banten tahun 2003, mata

anggaran 2.15.1.1.1150 yang diperuntukkan bagi bantuan penunjang

kegiatan DPRD Propinsi Banten dalam rangka pelaksanaan Keputusan

Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002. 

 Setelah mendapat persetujuan Ketua DPRD Propinsi Banten sesuai surat

Nomor : 162.4/DPRD//45a/11/2003 tanggal 7 Februari 2003 dan setelah

melalui tahapan proses administrasi oleh Sekretaris Pemerintah Propinsi

Banten, maka pada tanggal 10 Februari 2003 Bendaharawan Lili Syadeli

dan Asda III Drs. Dedy Djumhana membuat dan menandatangani Surat

Permintaan Pembayaran (SPP) beban tetap nomor : 991/1/BT/l/ 2003

tanggal 10 Februari 2003 sebesar Rp.3.500.000.000,- dan selanjutnya

Kepala Bagian Perbendaharaan pada Biro Keuangan yaitu Achmad Andy

Rochandy menandatangani Surat Perintah Membayar Uang (SPMU)

Nomor : 931/KEU-0306/BT2003 tanggal 10 Februari 2003 sebesar Rp.

3.500.000.000,- untuk pembayaran biaya penunjang kegiatan DPRD yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri No. 29 Tahun 2002 dengan lampiran

kwitansi tanggal 10 Februari 2003 yang ditandatangani oleh

Bendaharawan Lili Syadeli dan saksi Drs. H. Tardian AS, M. Si serta

diketahui oleh Drs. H. Dedy Djumhana, selanjutnya saudara Nana

Mulyana selaku staf pada Biro Keuangan Setda Propinsi Banten pada
tanggal 11 Februari 2003 mentransfer dana tersebut dari rekening pribadi

saksi Drs. H. Tardian AS, M. Si dengan rekening nomor :

07.03/60.000110.9 pada Bank Jabar Cabang Serang.

 Bahwa setelah biaya penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri No. 29 Tahun 2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- masuk dalam rekening pribadi saksi Drs. H. Tardian

AS, M. Si pada rekening nomor : 07.03.60.000110.9 pada Bank Jabar

Cabang Serang, kemudian pada tanggal 11 Februari 2003 , 13 Februari

2003, 20 Februari 2003, 6 Maret 2003, 10 Maret 2003, 17 Maret 2003, 18

Maret 2003, 26 Maret 2003 dana tersebut dicairkan dan dibagi-bagikan

kepada Panitia Anggaran Legislatif DPRD Propinsi Banten Periode Tahun

2001-2004 sesuai daftar rincian yang diserahkan oleh saksi Hj. Tuty

Sutiah Indra kepada saksi Drs. Tardian AS, M.Si atas kesepakatan

Pimpinan Dewan dan Pimpinan PAL, yaitu :

Pada tanggal 11 Februari 2003 setidak-tidaknya dalam bulan Februari

2003 dipinjamkan kepada Ny. Tuti Sutiah Indra sebesar Rp.100.000.000,-

Pada tanggal 13 Februari 2003 setidak-tidaknya dalam bulan Februari

2003 diserahkan kepada :

 Bahwa untuk menduki^g "ee^-gkapar administrasi pencairan dana yang

telah dikeluarkan dari <as Daerah Pemprop Banten pada tanggal 11

Februari 2003, 13 Februari 2003, 20 Februari 2003, 6 Maret 2003, 10

31
Maret 2003, 17 Maret 2003, 18 Maret 2003,26 Maret 2003 yaitu sebagai

dana bantuan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan :engan Kep. Mendagri No. 29 tahun 2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- .ang telah dibagi-bagikan kepada Panitia Anggaran

Legislatif DPRD -ropinsi Banten, Terdakwa DR. Ir. H. Djoko Munandar,

M.Eng menandatangani Surat Keputusan Nomor: 163.1/Kep.57-Huk/2003

tanggal 14 April 2303 tentang penggunaan dana pengeluaran tidak

tersangka untuk oantuan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri Nomor 29 tahun 2002 yang diagendakan

pada Buku Penomoran Keputusan Gubernur Penetapan tahun 2003 dan

tercatat pada nomor urut 57 tanggal 14 April 2003.

 Bahwa kemudian Surat Keputusan Nomor : 163.1/Kep.57-Huk/2003

tanggal 14 April 2003 tersebut ternyata berubah nomor menjadi nomor :

163.1/Kep.41a-Huk/2003 tanggal 10 Februari 2003 dan disisipkan diantara

nomor urut 41 dan 42 dalam Buku Penomoran Surat keputusan Gubernur

Penetapan Tahun 2003.

 Bahwa dalam Surat Keputusan Nomor : 163.1 /Kep.57-Huk/2003 tanggal

14 April 2003 sebagaimana telah berubah menjadi Nomor :

163.1/Kep.41a-Huk/2003 tanggal 10 Februari 2003, Dana Pengelolaan

Tidak Tersangka untuk keperluan penunjang kegiatan DPRD Propinsi

Banten yang berkaitan dengan Kep. Mendagri Nomor 29 Tahun 2002

sebesar Rp.3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah),


dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi

Banten Tahun Anggaran 2003 dengan nomor rekening 2.01.0311.5.1

padahal APBD Propinsi Banten TA 2003 belum ditetapkan.

 Bahwa dana bantuan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri Nomor 29 Tahun 2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- yang anggarannya tidak dialokasikan dalam APBD

Propinsi Banten TA 2003, akan tetapi dana tersebut baru dialokasikan

kemudian dalam Perda No. 10 Tahun 2003 tanggal 29 September 2003

tentang Penetapan Perubahan APBD TA. 2003.

 Bahwa untuk mendukung kelengkapan administrasi pencairan dana yang

telah dikeluarkan dari kas Daerah Pemprop Banten pada tanggal 11

Februari 2003, 13 Februari 2003, 20 Februari 2003, 6 Maret 2003, 10

Maret 2003, 17 Maret 2003 18 Maret 2003, 26 Maret 2003 yaitu

sebagaimana bantuan penunjang kegiatan DPRD Propinsi Banten yang

berkaitan dengan Kep. Mendagri No. 29 tahun2002 sebesar

Rp.3.500.000.000,- yang telah dibagi-bagikan kepada Panitia Anggaran

Legislatif DPRD Propinsi Banten, saksi Drs. Tardian AS, M.Si selaku

Sekretaris DPRD Propinsi Banten mempersiapkan Surat Tanda Terima

Bantuan Penunjang Kegiatan DPRD Propinsi Banten dalam proses

pelaksanaan Kep. Mendagri No 29 tahun 2002 tanpa tanggal, bulan

Februari 2003 sebesar Rp.3.500.000.000,- dan kemudian surat tersebut

ditandatangani oleh Drs. Dharmono K Lawi selaku Ketua DPRD Propinsi

Banten, H. Muslim Jamaludin dan H. Mufrodi Muchsin masing-masing

33
selaku Wakil Ketua DPRD Propinsi Banten, TB. A. Faisal Abbas, S.Ag

selaku pemegang kas serta oleh saksi Drs. H. Tardian AS, M.Si selaku

Sekretaris DPRD Prop. Banten.

II. Penggunaan dan pencairan Dana Tidak Tersangka untuk

penunjang perumahan bagi Anggota DPRD Propinsi Banten

 Pada waktu melakukan pembahasan RAPBD Propinsi Banten Tahun 2003

dengan pihak Pemprop Banten pada akhir tahun 2002, Panitia Anggaran

DPRD Propinsi Banten TA. 2002-2003 mengusulkan agar dalam RAPBD

tahun 2003 dialokasikan dana tunjangan bagi 75 orang anggota DPRD

Propinsi Banten periode 2001-2004, namun usulan tersebut tidak dapat

dipenuhi oleh Pemprop Banten dengan alasan tidak ada dasar hukumnya.

 Selanjutnya usulan tunjangan perumahan bagi 75 orang anggota DPRD

Propinsi Banten periode 2001-2004, dibahas kembali pada tanggal 19

Maret 2003 antara para Ketua Fraksi DPRD Propinsi Banten dengan

Sekda dan Asda II Pemprop Banten, namun usulan tersebut tetap ditolak

oleh pihak Pemprop Banten karena tidak ada dasar hukumnya.

 Bahwa selanjutnya pada tanggal 11 April 2003 bertempat di ruang rapat

Kantor Gubernur Banten saksi Drs. Dharmono K Lawi selaku Ketua

DPRD Dropinsi Banten periode 2001-2004, saksi H. Muslim Jamaludin

dan saksi H. Muchrodi Muchsin, masing-masing selaku Wakil Ketua

DPRD Propinsi Banten periode 2001-2004 bersama-sama dengan

Terdakwa DR. Ir. Djoko Munandar, M. Eng. selaku Gubernur Banten, Hj.
Ratu Atut Chosiah serta Sekda Propinsi Banten Drs. Chaeron Muchsin, M.

Si mengadakan pertemuan untuk membicarakan tunjangan perumahan

bagi 75 orang Anggota DPRD Propinsi Banten periode 2001-2004. Pada

pertemuan tersebut usulan alokasi dana untuk tunjangan perumahan bagi

75 orang….

 …halaman 76 tidak ada… langsung jump ke halaman 77

….Propinsi Banten dan saksi Muslim Jamaludin serta saksi H. Mufrodi

Muchsin masing-masing selaku Wakil Ketua DPRD Propinsi Banten.

Setelah surat nomor 162.4/DPRD-172/IV/2003tanggal 15 April 2003

perihal persetujuan pengeluaran dana tidak tersangka ditanda tangani oleh

saksi Drs. Dharmono K. Lawi selaku Ketua DPRD Propinsi Banten dan

saksi H. Muslim Jamaludin serta saksi H. Mufrodi Muchsin masing-

masing selaku Wakil Ketua DPRD Propinsi Banten, kemudian surat

tersebut dikirimkan kepada Terdakwa DR. H. Djoko Munandar, M. Eng.

(Gubernur Banten).

 Bahwa setelah mendapat persetujuan dari DPRD Propinsi Banten sesua

surat nomor: 162.4/DPRD-172/IV/2003 Tanggal 15 April 2003, kemudiari

Terdakwa DR. H. Djoko Munandar, M.Eng (Gubernur Banten)

menandatangani Surat Keputusan Nomor : 163/Kep.61-Huk/2003 tanggal

15 Apr I 2003 tentang penggunaan dana pengeluaran tidak tersangka untuk

bantuan penunjang perumahan bagi anggota DPRD Propinsi Banten yang

pada pokoknya dana penunjang bagi anggota DPRD Propinsi Banteh tahap

pertama sebesar Rp.7.500.000.000,-(tujuh milyar lima ratus juta rupiah)

35
dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Propinsi Banten

Tahun Anggaran 2003 pada nomor rekening 2.01.3.11.5.1.01.(2 yang akan

ditetapkan kemudian pada perubahan APBD TA. 2003.

 Setelah keluarnya Surat keputusan Gubernur Banten Nomor: 163/Kep.61-

Huk/2003 tanggal 15 April 2003, Bendaharawan Lina Herlina, SE dan

Asda III Drs. Dedy Djumhana menandatangani Surat Permintaan

Pembayaran (SPP) Nomor: 900/03/SPP/BT/2003 tanggal 16 April 2003

selanjutnya Kepala Bagian Perbendaharaan pada* Biro Keuangan Achmad

Andy Rochandy menandatangani Surat Perintah Membayar Uang (SPMU)

Nomor: 931/KEU-1083/BT.P.III/2003 tanggal 16 April 2003 sebesar

Rp.7.500.000.000,- pembayaran bantuan dana tidak tersangka untuk

keperluan bantuan penunjang perumahan bagi anggota DPRD Propinsi

Banten dengan lampiran kwitansi tanpa tanggal yang ditandatangani oleh

saksi Drs. H. Tardian AS, M.Si (Sekretaris DPRD Propinsi Banten) dan

pemegang kas Lina Herlina, SE serta diketahui oleh Drs. Dedy Djumhana,

selanjutnya oleh saudara Nana Mulyana selaku staf pada Biro Keuangan

Setda Propinsi Banten pada tanggal 16 April 2003 mentransfer dana

tersebut Kb rekening pribadi saksi Drs. Tardiaq AS,M.Si dengan rekening

nomor : 07.03.21.051688.1 pada Bank Jabar Serang.

 Setelah dana bantuan penunjang perumahan bagi anggota DPRD Propinsi

Banten sebesar Rp.7.500.000.000,- masuk dalam rekening pribadi saksi

Drs. H. Tardian AS, Msi pada rekening nomor: 07.03.21.051688.1 tanggal

16 April 2003, selanjutnya secara bertahap dana penunjang perumahan


tersebut dicairkan dan dibagi-bagikan kepada 75 orang Anggota DPRD

Propinsi Banten oleh saksi Hj. Tuty Sutiah Indra dibantu oleh Sdr.

Supomo (staf Sekwan) dan Kombes Pol. Rudolf Andup, SH (anggota

DPRD PROP Banten) yaitu:

Membaca putusan Pengadilan Tingg Banten No. 20/PID.B/2006/PT.BTN 3-iggal

12 Juni 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

 Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum ;

 Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Serang No.

462/PID.B/2005/PN.SRG. tanggal 21 Desember 2005 yang dimintakan

banding tersebut;

 Menghukum Terdakwa untuk membayar ongkos perkara yang timbul

dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar

Rp.7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah);

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi masing-masing No. 4/Akta.Pid /

2006/ PN. Srg. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Serang yang

menerangkan, bahwa pada tanggal 10 Juli 2006 Jaksa Penuntut Umum dan

Terdakwa mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi

tersebut;

Memperhatikan memori kasasi masing-masing tanggal 20 Juli 2006 dari Jaksa/

Penuntut Umum dan Terdakwa sebagai para Pemohon Kasasi yang diterima di

kepaniteraan Pengadilan Negeri Serang pada hah dan tanggal itu juga ;

37
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah i oeritahukan

kepada para pemohon kasasi Jaksa/Penuntut Umum dan "erdakwa pada tanggal 28

Juni 2006 dan Jaksa/Penuntut Umum serta Terdakwa mengajukan permohonan

kasasi pada tanggal 10 Juli 2006 serta memori kasasi -ereka telah diterima di

kepaniteraan Pengadilan Negeri Serang pada tanggal 20 2006 dengan demikian

permohonan kasasi beserta dengan alasan- sannya telah diajukan dalam tenggang

waktu dan dengan cara menurut lang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi

tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh para Pemohon kasasi pada

pokoknya sebagai berikut:

I. Alasan kasasi dari Jaksa /Penuntut Umum :

Bahwa Pengadilan Tinggi Banten tidak menerapkan suatu Peraturan

hukum secara benar atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana

mestinya sebagaimana dimaksud Pasal 253 ayat (1)a KUHAP, dengan

alasan sebagai berikut:

1. Bahwa dengan mengambil alih semua pertimbangan dengan

mendasarkar pada pertimbangan hukum Hakim Tingkat Pertama, maka

Majelis Pengadilan Tingkat Banding telah sependapat dengan putusan

Hakim Tingkat Pertama dan dengan demikian kami Jaksa Penuntut

Umum selaku Pemohon kasasi menganggap bahwa pertimbangan

hukum dari Hakim Pengadilan Tingkat Banding adalah sama dengan


pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama dan sependapat

pula dengan kualifikasi pidana yang dilakukan oleh Terdakwa

sebagaimana dengan putusan Hakim Tingkat Pertama.

2. Bahwa Peraturan hukum yang diterapkan secara tidak benar atau

peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya adalah

menyangkut perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

- Bahwa terdapat perbedaan pendapat antara Jaksa Penuntut Umum

dengan Judex Factie menyangkut penerapan hukum dari

perbuatan pidana yang dilakukan Terdakwa dalam hal ini

menyangkut pengertian perbuatan melawan hukum.

- Bahwa menurut pendapat Judex Factie perbuatan Terdakwa

dalam perkara ini adalah merupakan perbuatan yang berhubungan

dengan Ketatanegaraan dan Administrasi Negara (Pemerintahan

Daerah) yang harus dinilai dan dipertanggungjawabkan menurut

sudut pandang Hukum Ketatanegaraan dan Hukum Administrasi

Negara.

- Bahwa dalam kejadian perkara ini, perbuatan Terdakwa adalah

semata- mata perbuatan dalam menjalankan tugas dan

39
wewenangnya selaku Gubernur Kepala Daerah Pemegang

Kekuasaan Umum Pengelola Keuangan Daerah Propinsi Banten,

tidak ternyata merupakan atau bagian dari suatu rangkaian modus

operandi secara melawan hukum untuk menguntungkan dir.

sendiri atau orang lain atau satu korporasi.

- Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan Kep. Mendagri

Nomor 29 Tahun 2002, adalah Peraturan organik (peraturan

pelaksana) dari UU No. 22 tahun 1999 yang ketentuannya relevan

dengan kewenangan Terdakwa dalam kejadian perkara ini antara

lain Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan umum

pengelolaan keuangan daerah.

- Dengan uraian di atas jelas dan nyata bahwa perbuatan Terdakwa

dalam kejadian perkara ini bila tidak bersesuaian atau

menyimpang dengan ketentuan yang diatur dalam PP 105 Tahun

2000 dan Kep. Mendagri No. 29 Tahun 2002 tidak dengan

sendirinya merupakan perbuatan secara -u. »m dalam arti

formil dan materiil dan juga tidak dengan sendirinya merupakan

menyalah gunakan kewenangan yang harus

dipertanggungjawabkan. Terdakwa secara pribadi dalam

pertanggungjawaban tindak pidana korupsi seperti yang diuraikan

Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan, tuntutan dan repliknya,

atau dengan kata lain tidak dengan sendirinya semua perbuatan

Terdakwa dalam kejadian perkara ini yang menyimpang atau


tidak bersesuaian dengan PP 105 Tahun 2000 dan Kep. Mendagri

No. 29 Tahun 2002 telah dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara sebagaimana yang dimaksud rumusan Pasal

2 ayat(1) dan Pasal 3 dari UU No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedang ternyata

perbuatan- perbuatan itu tidak merupakan atau bagian dari

rangkaian suatu modus operandi penyimpangan keuangan negara

atau perekonomian negara seperti telah diuraikan dalam

pertimbangan Dakwaan Pertama Primair, hal ini juga dijadikan

landasan acuan dari keterangan saksi ahli yang menyatakan

bahwa perbuatan Terdakwa dalam kejadian perkara ini adalah

jelas salah dan melanggar hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada Terdakwa sebagai tindak pidana

korupsi.

- Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang

Pengelolaan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pada

dasarnya adalah dengan tujuan memaksimalkan efisiensi dan

efektivitas berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan

setempat.

- Bahwa dari fakta yang terungkap di persidangan, Terdakwa sejak

menerima permintaan, mengabulkan dan melaksanakan

pengeluaran dana penunjang kegiatan DPRD maupun penunjang

perumahan kepada Anggota DPRD (dengan tahapan proses dan

41
prosedur sebagaimana kejadian perkara) hanya

mempermasalahkan benar tidaknya ada keadaan mendesak (untuk

dana penunjang kegiatan) dan masalah mata anggaran dan dasar

atau payung hukum, sama sekali tidal* ternyata adanya upaya

mempermasalahkan rincian dan realitasnya tujuan

penggunaannya, yang dikeluarkan dari Kas Pemerintah Daerah

dalam kaitan yang bertujuan memaksimalkan efisiensi dar

efektivitasnya pengeluaran dari Kas Daerah berdasarkan keadaan

kebutuhan dan kemampuan setempat.

- Bahwa berdasarkan uraian di atas Yudex Factie berpendapat

bahwa unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan pada diri

Terdakwa sebagaimana yang dimaksud dalam Dakwaan Pertama

Subsidair telah terpenuhi.

- Bahwa Jaksa Penuntut Umum berpendapat, bahwa Yudex Factie

telah tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya atau

menerapkan hukum secara keliru dimana Yudex Factie telah

mengesampingkan semua fakta persidangan dan semua pendapat

atau keterangan dari para ahli.

- Bahwa menurut Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi

melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo


Undang-Undang Nomor 2D Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1

KUHP jo. Pasal 65 dalam dakwaan Pertama Primair.

- Bahwa dalam surat tututannya Jaksa Penuntut Umum secara

panjang lebar telah menguraikan sekaligus membuktikan bahwa

Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan

perbuatan melawan hukum, dalam hal ini melanggar ketentuan

Peraturan-Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan

melanggar Ketentuan Keputusan Mendagri Nomor 29 tahun 2002

tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan

Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata

Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah.

- Bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Terdakwa

juga diperkuat oleh keterangan ahli, baik dari ahli hukum pidana,

Administrasi negara, ahli dari Badan Pemeriksa Keuangan

(BPKP), ahli dari Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan maupun ahli dibidang Anggaran Keuangan Daerah.

- Bahwa dengan demikian Terdakwa telah terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana

korupsi "secara bersama-sama dan harus dipandang sebagai

43
perbuatan-perbuatan yang berdiri sendiri secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara" diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-

undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 jo Pasal 55

ayat (1) ke 1 KUHP jo Pasal 65 KUHP dalam Dakwaan Pertama

Primair.

II. Alasan kasasi dari Terdakwa.

1. Putusan Yudex Factie (Pengadilan Tinggi) kurang cukup

pertimbangannya.

- Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Banten dalam

putusannya No. 20/PID/2006/PT.BTN tanggal 12 Juni 2006 hanya

mengambil alih segala pertimbangan hukum dari Hakim Tingkat

Pertama dan sama sekali tidak memberikan pertimbangan

hukumnya sendiri dan sama sekali tidak mempertimbangkan

keberatan yang diajukan oleh Pemohon kasasi dalam memori

bandingnya serta tidak memeriksa kembali perkara tersebut, baik

mengenai fakta-faktanya maupun mengenai pengetrapan

hukumnya, oleh karenanya putusan tersebut merupakan putusan

yang kurang cukup pertimbangannya (Onvoldoenae Gemotiveerd),


sehingga menurut hukum harus dibatalkan, hal tersebut sejalan

dengan Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Rl yaitu :

o Putusan Mahkamah Agung Rl No. 12 K/Kr/1968 tanggal

12-7-1969;

o Putusan Mahkamah Agung Rl No. 592 K/Pid/1984 tanggal

30-3-1985;

o Putusan Mahkamah Agung Rl No. 812 K/Pid/1984

tanggal 12-6-1985.

2. Putusan Yudex Factie (Pengadilan Negeri) didasarkan pada

Pertimbangan yang saling bertentangan.

- Bahwa Yudex Factie (Pengadilan Negeri) dalam memberikan

pertimbangan hukumnya untuk membuktikan dakwaan Pertama

Subsidair telah bertentangan dengan pertimbangan hukumnya

sendir, yang telah dipertimbangkan dalam membuktikan dakwaan

Pertama Primair.

- Bahwa pertimbangan hukum Yudex factie yang saling bertentangar

dalam putusan tersebut, dapat dilihat sebagai berikut:

o Bahwa dalam membuktikan dakwaan Pertama Primair

Yudex Factie telah mengambil kesimpulan bahwa

perbuatan Terdakwa di dalam kejadian ini terlepas dari ada

tidaknya penyimpangan dari sudut pandang Ketatanegaraan

45
dan Administrasi negara adalah semata-mata merupakan

perbuatan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

sebagai Gubernur Kepala Daerah Pemerintah Daerah

Banten dan dalam perbuatan tersebut tidak nyata adanya

perbuatan yang merupakan atau bagian dari suatu rangkaian

modus operandi untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi yang harus

dipertanggungjawabkan kepada Terdakwa pribadi. Dengan

demikian maka unsur secara melawan hukum sebagaimana

yang dimaksudkan dalam dakwaan Pertama Primair, adalah

tidak terpenuhi.

o Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, Yudex Factie

telah menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan dalam dakwaan Pertama Primair, oleh

karenanya membebaskan Terdakwa dari dakwaan dan

tuntutan hukum berdasarkan dakwaan Pertama Primair

tersebut (sebagaimana diuraikan dalam putusan pada

halaman 254 s/d halaman 266).

- Bahwa selanjutnya dalam mempertimbangkan dakwaan

Pertama Subsidair Yudex Factie telah mengambil kesimpulan

bahwa seluruh unsur dari pasal yang didakwakan dalam

dakwaan Pertama Subsidair sebagaimana dalam ketentuan


Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi,

telah nyata terpenuhi.

- Bahwa pertimbangan Majelis Hakim dalam

mempertimbangkan unsur-unsur dalam dakwaan Pertama

Subsidair tersebut ternyata telah bertentangan dan tidak saling

mendukung dengan pertimbangan hukumnya sendiri

- Bahwa dalam mempertimbangkan terpenuhinya unsur "Dengan

tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi" Yudex Factie telah memberikan pertimbangan ,

yang pada pokonya sebaga berikut:

“… ketika Terdakwa menyetujui pengeluaran, sudah

mengetahui tujuan penggunaan uang yang akan dikeluarkan

dari kas Pemerintah Propinsi Banten adalah untuk kepentingan

tunjangan kegiatan DPRC dan dana tunjangan perumahan bagi

anggota DPRD yang akar menambah penghasilan atau

pendapatan bagi anggota DPRD dari yang biasanya diterima

secara sah yang berasal dari Kas Pemerintahan Daerah". (vide

halaman 267 s/d halaman 268 putusan Pengadilan Negeri)

- Bahwa pertimbangan hukum Yudex Facte dimaksud, nyata-

nyata telah bertentangan dengan pertimbangan hukumnya

sendiri dalam pembuktian terhadap unsur 'secara melawan

47
hukum", sebagaimana diuraikan pada halaman 261 halaman

265 dan halaman 266 putusannya.

- Selain hal tersebut di atas. dalam mempertimbangkan

terpenuhinya unsur "Menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan" Yudex Factie telah mengambil kesimpulan yang

keliru, yang pada pokoknya menyatakan bahwa : "Terdakwa

tidak mempermasalahkan rincian dan realitas tujuan

penggunaan uang dimaksud kepada DPRD, sehingga tidak

memaksimalkan efisiensi dan efektivitas penggunaan kas

Daerah".

- Bahwa kesimpulan Yudex Factie tersebut adalah bertentangan

dengan pertimbangan hukumnya sendiri dalam membuktikan

unsur dimaksud, sebagaimana diuraikan pada halaman 268 s/d

halaman 272 putusannya.

3. Yudex Factie tidak menerapkan hukum atau menerapkan

hukum tidak sebagaimana mestinya.

- Bahwa dalam mempertimbangkan terbuktinya unsur "Dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara",

Yudex Factie tidak menerapkan peraturan hukum atau

menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya, dalam hal ini

tidak menerapkan hukum pembuktian secara benar, karena


dalam mempertimbangkan terbuktinya unsur tersebut Yudex

Factie tidak mempertimbangkan alat bukti surat yang diajukan

dimuka persidangan oleh Penuntut Umum yaitu berupa "Hasil

pemeriksaan semester I Tahun Anggaran 2004 atas Laporan

Keuangan Propinsi Banten Tahun Anggaran 2003 di Serang'

yang dibuat oleh Badan Pemeriksa Keuangan Rl, Perwakilan

Khusus BPK Rl di Jakarta, Nomor : 57/5/XIV.7.2/08/2004

tanggal 09 Agustu; 2004, dan tidak mempertimbangkan

keterangan Ahli Ny. Dwi Sahara (Ahli dalam menghitung

Kerugian Negara)

- Dengan demikian, maka Yudex Fanctie telah tidak menerapkan

hukum atau menerapkan hukum, tidak sebagaimana mestinya,

dalam hal ir tidak menerapkan ketentuan Pasal 184 huruf b dan

huruf c, Pasal 186 dan Pasal 187 KUHAP.

- Bahwa dalam mempertimbangkan terbuktinya unsur

"Melakukan ata menyuruh melakukan atau turut melakukan",

Yudex Factie tidak menerapkan peraturan hukum atau

menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya, dalam hal ini

ketentuan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

- Bahwa dalam membuktikan unsur dimaksud Yudex Factie

hanya mendasarkan pada asumsi Yudex Factie, bahwa

"Terdakwa tidak meminta rincian dan realitas tujuan

penggunaannya, sehingga telah mengesampingkan upaya

49
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran dana dari

kas Daerah berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan

daerah Propinsi Banten", dan karenanya unsur tersebut

dianggap telah terbukti.

- Bahwa Yudex Factie telah mengabaikan kewajibannya untuk

menunjukkan adanya unsur sengaja yang mengacu pada kerja

sama antar pelaku dan kesadaran diantara para pelaku untuk

mencapai suatu akibat tertentu yang diharapkan, sehingga

secara hukum tidak terdapa: penyertaan tanpa adanya

kesengajaan dari para pelak. untuk melakukan perbuatan

pidana melalui suatu kerja sama , dan/atau ttdak terdapat

penyertaan tanpa kesadaran diantara mereka tentang akibat

tertentu yang diharapkan bersama.

- Yudex Factie seharusnya mempertimbangkan dimana letak

kerjasama diantara mereka, dan kesadaran mereka terhadap

akibat-akibat perbuatan masing-masing, akan tetapi Yudex

Factie sama sekali tidak menguraikan secara jelas mengenai

perbuatan dan keterkaitan Terdakwa mengenai hal dimaksud.

Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

Mengenai alasan kasasi dari Jaksa/Penuntut Umum :


Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie

tidak salah menerapkan hukum, lagi pula mengenai penilaian hasi pembuktian

yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidal dapat

dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karen; pemeriksaan

dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak diterapkan suatu peraturan

hukum atau peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah

cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang, dan apakah

Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 253 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Undang-undang

No. 8 Tahun 1981).

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata putusan

judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-

undang, maka permohonan kasasi dari Jaksa/Penuntut Umum tersebut harus

ditolak;

Mengenai alasan kasasi dari Terdakwa :

Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut dapat dibenarkan karena:

1. Pengadilan Negeri Serang :

a. Dalam mempertimbangkan dakwaan Pertama Primair (Pasal 2 ayat (1)

Undang-undang No. 31 Tahun 1999) menyatakan unsur Perbuatan

melawan Hukum tidak terpenuhi (Putusan Pengadilan Negeri Serang

halaman 266);

51
b. Dalam mempertimbangkan dakwaan Pertama Subsidair (Pasal 3 Undang-

undang No. 31 Tahun 1999) dalam putusannya :

1. Halaman Tidak ternyata merupakan atau bagian dari suatu

269 rangkaian modus operandi secara melawan hukum untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

korporasi.
2. Halaman Dengan uraian di atas (uraian I.B2.a s/d I.B.2 c) telah

271 semakin jelas dan nyata bahwa perbuatan Terdakwa

dalam kejadian perkara ini bila tidak bersesuaian atau

menyimpang dengan ketentuan yang diatur dalam PP 105

Tahun 2000 dan Kep. Mendagri No. 29 Tahun 2002 tidak

dengan sendirinya telah merupakan perbuatan secara

melawan hukum baik dalam arti formil dan materiil dan

juga tidak dengan sendirinya telah merupakan

menyalahgunakan kewenangan yang harus dipertanggung

jawabkan Terdakwa.
3. Halaman Sama sekali tidak ternyata adanya upaya

272 mempermasalahkan rincian dan realitas tujuan peng-

gunaannya, yang dikeluarkan dari kas Pemerintah Daerah,

dalam kaitan yang bertujuar memaksimalkan efisiensi dan

efektifitas pengeluaran dari kas Daerah berdasarkan

keadaan dar kebutuhan dan kemampuan setempat.


Menyatakan unsur menyalahgunakan kewenangan terpenuhi.
2. Pada pembahasan b.1 dan b.2 unsur perbuatan melawan hukum tidak

terpenuhi tetapi dalam pembahasan b.3 karena tidak mempertimbangkan

efisiensi dan efektivitas, maka unsur menyalahgunakan wewenang terpenuhi.

3. Bahwa masalah efisiensi dan efektivitas bukan merupakan tindak pidana.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas Mahkamah Agung

berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Banten No. 20/PID.B/ 2006/ PT.

BTN. tanggal 12 Juni 2006 yang telah menguatkan putusan Pengadilan Negeri

Serang No.462/Pid.B/2005/PN.Srg. tanggal 21 Desember 2005 tidak dapat

dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan

mengadili sendiri perkara tersebut seperti tertera dibawah ini:

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi Terdakwa dikabulkan dan

Terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum, maka biaya perkara dibebankan

kepada Negara;

Memperhatikan Pasal 191 ayat (2) Kitab. Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Undang-Undang No. 8 Tahun 1981), Undang-Undang No.4 tahun 2004. Undang-

Undang No.8 tahun 1981 dan Undang-Undang No.14 tahun 1985 sebagaimana

yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 dan peraturan

perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

MENGADILI :

Menolak permohonan kasasi dari permohon kasasi : Jaksa/ Penuntut Umum

pada Kejaksaan Negeri Serang tersebut;

53
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/ Terdakwa : DR. H.

DJOKO MUNANDAR, M.Eng. tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Banten Nomor : 20/PID.B/2006/

PT.BTN, tanggal 12 Juni 2006 yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri

Serang Nomor: 462/Pid.B/ 2005/PN.Srg., tanggal 21 Desember 2005 ;

MENGADILI SENDIRI

1. Menyatakan Terdakwa : DR. Ir. H. DJOKO MUNANDAR, M.Eng

terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, akan tetapi

perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana ;

2. Melepaskan Terdakwa tersebut dari segala tuntutan hukum;

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat

serta martabatnya;

Anda mungkin juga menyukai