Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM


PASCA KOLONIALISME

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Ridwan Furqoni, S.Pd.I

DISUSUN OLEH :

1. Wening Istriyani 20090720219


2. Wiwik Ariani 20090720159
3. Winarti 20090720186

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam mengalami beberapa fase perkembangan seiring dengan
perkembangan agama Islam itu sendiri. Dimulai dari pada masa Nabi Muhammad
SAW, kemudian dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dan mencapai masa
kegemilangan pada masa Khalifah-Khalifah yang memerintah Negara Islam silih
berganti. Sampai akhirnya Islam mengalami kemunduran yang juga turut
mempengaruhi pendidikan Islam. Kemudian pendidikan Islam mengalami masa
kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Fase pembaruan ini terjadi
pasca pembebasan negara-negara Islam dari Kolonial, sekitar abad XX. Pada fase ini
pendidikan Islam mulai naik kembali dengan beberapa tokoh pembaharu Islam.
Pembaruan yang dimaksud dalam makalah ini adalah upaya para pemikir untuk
mewujudkan keselarasan antara Islam dan pemikiran Barat modern. Hal ini dilakukan
dengan cara meninjau kembali ajaran-ajaran Islam, lalu menafsirkannya dengan
tafsiran baru.

B. Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini selanjutnya dijabarkan melalui rumusan masalah
antara lain :
1. Bagaimana dunia Islam pasca Kolonialisme
2. Bagaimana pemikiran pembaharuan dalam Islam
3. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan Islam

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pemikiran Pendidikan Islam dan menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai
pemikiran pendidikan islam pasca kolonialisme.
BAB II
ISI

A. Dunia Islam Pasca Kolonialisme


Dunia Islam abad XX ditandai dengan kebangkitan dari kemunduran dan
kelemahan secara budaya maupun politik setelah kekuatan Eropa mendominasi
mereka. Eropa bisa menjajah karena keberhasilannya dalam menerapkan strategi ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mengelola berbagai lembaga pemerintahan. Negara-
negara Islam menjadi jajahan Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Pada permulaan abad XX tumbuh kesadaran nasionalisme hampir disemua negara
muslim yang menghasilkan pembentukan negara-negara nasional. Tetapi persoalan
mendasar yang dihadapi adalah keterbelakangan umat Islam, terutama menyangkut
kemampuan menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
alat paling penting dalam mempertahankan hidup bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara, tanpa mengenyampingkan agama, politik dan ekonomi. Upaya kearah itu
tidak lepas dari pembaharuan pemikiran yang dapat mengantarkan Islam terlepas dari
cengkraman kolonialisme Barat.
Keunggulan-keunggulan Barat dalam bidang industri, teknologi, tatanan politik,
dan militer tidak hanya menghancurkan pemerintahan negara-negara muslim yang ada
pada waktu itu, tetapi lebih jauh dari itu, mereka bahkan menjajah negara-negara
muslim yang ditaklukkannya, sehingga pada penghujung abad XIX hampir tidak satu
negara muslim pun yang tidak tersentuh penetrasi kolonial Barat.
Pada pertengahan pertama abad XX terjadi perang dunia II yang melibatkan
seluruh negara kolonialis. Konsekuensi atas terjadinya peperangan ini adalah
terpusatnya konsentrasi kekuatan militer di kubu masing-masing negara, baik untuk
keperluan ofensif maupun defensif. Pengkonsentrasian kekuatan militer tersebut
mengakibatkan ditarik dan berkurangnya kekuatan militer kolonialis dinegeri-negeri
jajahan mereka. Pada waktu itu, negara muslim tidak terlibat langsung dalam perang
dunia II sehingga pemikiran mereka waktu itu terkonsentrasi pada perjuangan untuk
kemerdekaan negerinya masing-masing, dan kondisi dunia yang berkembang pada saat
itu memungkinkan tercapainya cita-cita luhur tersebut. Mulai saat itu negara-negara
muslim yang terjajah memproklamirkan kemerdekaannya.
B. Pemikiran Pembaharuan dalam Islam
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah
dalam rangka pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di
daerah masing-masing.
Mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu kepada tema yang sama
yaitu :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan
bersumberkan kepada Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah,
khurafat, tahayul, dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad
dinyatakan ditutup.
Dengan memperhatikan berbagai sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam
sebagaimana masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan
dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga
pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam, yaitu :

1. Pola Pembaruan Pendidikan Islam yang Berorientasi pada Pendidikan Kolonial


Golongan berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan
pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di
dunia Islam. Pada dasarnya, golongan ini berpandangan bahwa pola pendidikan
Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga
pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan
bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan
lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun
isi pendidikannya.

2. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni


Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari
kemajuan dan perkembangan peradaban ilmu pengetahuan modern. Sebab-sebab
kelemahan umat Islam menurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan
ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni
lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan.
Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak
terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada
agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya

3. Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme


Golongan ini melihat rasa Nasionalisme di Barat timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang
menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya
mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan
nasionalisme mereka masing-masing karena pada kenyataannya mereka terdiri dari
berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan
yang berbeda satu sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan
situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Golongan ini tidak
semata mengambil budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur
warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya
menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam.

C. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam


Tokoh pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang akan Kami kemukakan,
antara lain yaitu :

1. Rufa’ah At-Thahthawi ( 1801-1873 M)


At-thahthawi belajar di universitas Al Azhar dan diangkat sebagai pimpinan misi
sekelompok mahasiswa yang diutus oleh Muhammad Ali pasha (gubernur Mesir)
ke Paris, Perancis pada tahun 1826-1831 M. Di Paris ia merenungkan apa yang
dilihatnya serta apa yang seharusnya dilakukan untuk ‘membudayakan’ orang-
orang Mesir. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penjelasan
tentang dunia baru yang dilihatnya itu kepada orang-orang tua dan berusaha
membuka tabir ketidakpastian yang timbul sebagai akibat dari sikap mengasingkan
diri mereka. Organisasi politik dan ekonomi, rasa cinta kepada tanah air, kesadaran
sebagai anggota masyarakat dan ilmu pengetahuan tampak di matanya sebagai
kunci-kunci keberhasilan di bidang kekuasaan dan kemajuan Eropa.
2. Sayyid Ahmad Khan ( 1817-1898 M )
Pemikiran Ahmad Khan berdiri di atas taqlid terhadap peradaban Barat dan prinsip-
prinsip materinya, mengambil ilmu pengetahuan modern dengan seluruh isi dan
landasannya, lalu menafsirkan Islam serta Al Qur’an menggunakan tafsiran
peradaban dan ilmu pengetahuan modern di akhir abad ke-19 M. Pada tahun1869,
ia mendapat kesempatan berkunjung ke Inggris, kemudian mempelajari peradaban
Eropa selama tujuh bulan. Sekembalinya dari Inggris, menurutnya ada tiga cara
yang harus ditempuh, yaitu : bekerja sama dalam bidang politik, mengambil ilmu-
ilmu kebudayaan Barat dan menyesuaikan penafsiran Islam dibidang pemikiran.
3. Fazlurrahman ( 1919 )
Seorang sarjana universitas Punjab dan mendapat gelar doktor (Ph.D) di Oxford.
Setelah mengajar Kanada, ia kembali ke Pakistan dan menjabat sebagai Direktur
Lembaga Pengkajian Islam (Islamic research Institut) dan sebagai anggota Dewan
Penasehat ideologi Islam (Advisory Council of Islamic Ideology). Gagasan-
gagasannya mengarah pada penggunaan suara mayoritas sebagai penentu
kebijakan.
4. Jamaluddin Al-Afghani ( 1838-1897 M )
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang
aktifitasnya berpindah-pindah dari satu negara Islam ke negara Islam yang lain.
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan Al-Afghani didasari pada pendapatnya
bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman, kondisi, dan bangsa. . Kemunduran
umat Islam karena tidak diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan
meninggalkan ajaran Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran Islam
hanyalah dengan membuang segala bentuk pengertian yang bukan berasal dari
Islam, dan kembali pada jaran Islam murni.
5. Muhammad Abduh ( 1849-1905 M )
Muhammad Abduh banyak menganut pandangan-pandangan gurunya, Jamaluddin
Al-Afghani. Ia menjadikan tafsir Al Qur’an sebagai pijakan kecenderungan
pembaruannya, membangun masyarakat dan memperbarui Islam. Ia selalu berusaha
untuk mengkompromikan antara Al Qur’an dan peradaban Barat.
6. As-Syeikh Ali Abdurraziq (1888-1966 M)
Dalam suatu perdebatan menyusul peristiwa penghapusan Kekhilafahan pada tahun
1924 M, ia menampilkan sumbangan pikiran berjudul Wa Ushulu al-Hukmi (Islam
dan dasar-dasar pemerintahan). Buku tersebut menafikan eksistensi Kekhilafahan
sebagai salah satu dasar (penerapan) hukum Islam. Untuk mempublikasikan
pemikirannya, ia meminjam hasil-hasil studi keislaman karya para orientalis, baik
nashrani maupun Yahudi, yang tidak suka pada Islam.
7. Muhammad Rasyid Ridha ( 1865-1935 M )
Rasyid Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh. Ia merasa perlu diadakan
pembaharuan dibidang pendidikan, dan perlu ditambahkannya mata pelajaran
seperti : teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu
hitung, kesehatan, bahasa asing, disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain. Ia juga
pernah menerbitkan majalah Al Manar yang merupakan suara pembaruan Islam
yang terpenting di Arab waktu itu.
8. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di
Sialkot tahun 1867. Ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam dikarenakan
kebekuan dalam pemikiran. Hukum Islam telah sampai pada keadaan statis. Untuk
memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka diperlukan
sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menaungi seluruh umat Islam dalam
sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah.
9. KH Ahmad Dahlan
KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai simbol
perlawanan terhadap kebudayaan kolonial Belanda yang memprioritaskan
kelompok priyayi, dan menyebarkan misi Kristenisasi. KH Ahmad Dahlan
berusaha menawarkan pendidikan alternatif yang menekankan pada ajaran Islam
yang murni sebagaimana diajarkan Nabi.

Demikian, sampai saat ini barangkali kaum pembaru masih banyak berbicara. Era
pasca modernisme pun tampaknya akan berkelanjutan. Disinilah kewaspadaan kaum
muslimin harus lebih ditingkatkan, terlepas dari kepastian adanya rekayasa di balik
strategi dan perluasan ide ini. Tak ada jalan lain memang, selain kembali kepada
kesadaran yang murni, motivasi yang tulus dan suci untuk senantiasa mencari
kebenaran Ilahi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan Islam mengalami fase kebangkitan kembali yang dinamakan fase
pembaharuan. Fase ini terjadi pada masa negara-negara Islam bebas dari penjajahan
Kolonial. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik dengan beberapa tokoh yang menjadi
pelopor. Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan adalah dalam
rangka pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan terlepas dari tekanan penjajah.
Pelopor di berbagai daerah seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh,
muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan KH Ahmad Dahlan.
Mereka mengemukakan tema kebangkitan dengan opini / ide dasar yaitu :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al Qur’an
dan Hadits dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.
Terjadinya tiga pola pembaharuan pendidikan Islam, yaitu :
a. Pola pembaharuan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat.
b. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
c. Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme

Saran
Semangat para pembaharu Islam hendaknya kita teladani untuk tetap menegakkan agama
Allah, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Marilah kita ambil poin-poin yang masih
relevan dengan zaman globalisasi ini, agar kita tak kalah dalam ikut andil dalam
memajukan umat muslim, khususnya bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Sanaky, Hujair AH, Msi. (2008). Pemikiran dan Peradaban Islam. [online] Tersedia :
www.scribd.com

Sapoetra, Hardja. (2009). Pendidikan Pada Masa Pembaharuan (Sejarah Pendidikan Islam).
[online] Tersedia : www.hardja-sapoetra.co.cc

Menelusuri Ide-ide Pembaruan. www.angelfire.com

Anda mungkin juga menyukai