Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RUBEN JOEY SARAGIH

NMP : 230110090055

TERMOHALINE

Pergerakan massa air laut secara global yang membentuk sebuah siklus disebut
dengan sirkulasi Termohalin (Thermohaline Circulation). Sirkulasi in terjadi secara dinamis
dan seimbang. Laut sejak dulu berperan dalam penyebaran panas melalui sirkulasi air laut.
Kemampuan laut dalam menyerap dan menyimpan panas pada beberapa daerah di bumi
berbeda-beda. Pada daerah tropis dimana intensitas sinar matahari berlangsung sepanjang
tahun, suhu air laut cenderung lebih hangat. Semakin ke arah kutub, intensitas sinar matahari
semakin berkurang sehingga suhu air laut juga cenderung berkurang. Pada daerah dengan
suhu tinggi, tingkat penguapan air laut juga tinggi sehingga salinitas dan tekanan air
meningkat. Hal ini memicu pergerakan massa air laut dari daerah bertekanan tinggi ke
tekanan rendah. Pada kondisi ini, massa air hangat yang berada di samudera Pasifik akan
bergerak ke samudera Hindia melalui kepulauan Indonesia menuju samudera Atlantik bagian
utara.

Gambar pergerakan Termohaline secara Global:

Gambar 1.
Gambar 2.

Di Atlantik Utara dimana suhu air laut sangat dingin, massa air dari daerah hangat
tadi, setelah mengalami evaporasi dalam perjalanannya di daerah tropis dan subtropis,
memiliki salinitas dan densitas yang lebih tinggi dari air laut di Atlantik Utara. Karena
memiliki densitas yang tinggi maka massa air ini akan mengalami proses sinking, yaitu
proses turunnya massa air ke laut dalam. Massa air laut dalam di perairan Atlantik Utara
(North Atlantic Deep Water – NADW) selanjutnya akan bergerak ke selatan menuju arus
polar Antartika. Sebagian massa air tersebut perlahan bergerak menuju samudera Hindia
perlahan naik ke permukaan karena adanya gradien densitas dan meningkatnya suhu air laut.
Sementara sebagian massa NADW mengalir melalui selatan Australia kemudian perlahan
naik di permukaan samudera pasifik.

Gambar pergerakan Termohaline menuju kutub utara :

Bila dilihat gambar jalur merah yang menuju ke kutub utara ialah arus panas, dan
jalur biru yang menuju kutub selatan ialah arus dingin. Hal ini sangat penting untuk
keseimbangan alam.
Perubahan iklim sudah menjadi isu global yang sangat menyita perhatian seluruh
dunia. Peristiwa kenaikan rata-rata suhu bumi dalam suatu periode tertentu ini mengundang
para peneliti dari seluruh dunia untuk melakukan kajian menyangkut pengaruh perubahan
iklim terhadap kehidupan manusia. Fenomena ini pada dasarnya dipengaruhi oleh kenaikan
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer, terutama adalah karbondioksida (CO 2),
dinitoksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs) dan
hodroflorokarbon (HFCs). Konsentrasi gas-gas tersebut membentuk efek rumah kaca yang
mengakibatkan pantulan gelombang panjang sinar matahari dari bumi tertahan di atmosfir
dan dipantulkan kembali ke bumi. Efek rumah kaca menggambarkan bahwa konsentrasi gas
tersebut menyebabkan radiasi sinar matahari terperangkap di atmosfer sehingga
menyebabkan suhu bumi mengalami peningkatan.

Salah satu analisis dampak pemanasan global akibat perubahan iklim ini diungkapkan
seorang ilmuan Inggris bernama Sir Nicholas Stern dalam Stern Reviev : The Economic of
Climate Change (2006), dimana dengan kenaikan suhu bumi sebesar 5°C saja maka berbagai
bencana bisa terjadi. Bahkan pada tahun 2050 kondisi bumi sangat parah menyusul rusaknya
hutan di Amazon, Kanada dan Rusia akibat panas dan kekeringan. Belum lagi perubahan
iklim ini memicu naiknya muka air laut yang dapat mengakibatkan tenggelamnya pulau-
pulau kecil dan daerah pesisir berdataran rendah. Hasil studi International Panel for Climate
Change (IPCC) tahun 2007 menyatakan bahwa pada periode 1961 sampai 1993, laut telah
mengalami kenaikan dengan laju rata-rata 1,8 mm/tahun, atau akan mencapai 1,8 m pada
tahun 2100. Di lain pihak, National Academy of Science America (NASA) memperkirakan
bahwa pada tahun 2100 kenaikan muka air laut berkisar antara 0,3 – 2 meter (Subandono, et
al 2009).

Bagaimana sirkulasi termohalin dapat mempengaruhi iklim dan menahan laju


perubahan iklim global, inilah yang sedang dikaji banyak peneliti di dunia. Sejak tahun 1960-
an, para ilmuan mulai mengembangkan model iklim untuk membantu memahami peran laut
dalam mengatur iklim. Berdasarkan hasil riset yang dipublikasikan NASA (Juni 1999),
bahwa sepanjang abad ke-20, laut telah mengurangi sekitar separuh dari pemanasan suhu
permukaan. Namun beberapa penelitian beberapa tahun terakhir mulai meragukan kestabilan
sirkulasi termohalin dalam menahan laju pemanasan global dalam jangka panjang. Dengan
suhu bumi yang semakin meningkat, gas rumah kaca yang terus meningkat (akibat aktifitas
manusia) dan es yang terus mencair, dapat menyebabkan kadar garam air laut berkurang yang
pada gilirannya mengakibatkan titik bekunya meningkat. Pada musim dingin permukaan air
di kutub utara akan membeku dan menghambat proses pertukaran panas sehingga dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi air laut yang pada gilirannya mengakibatkan terjadinya
perubahan iklim.

Toggweiler dan M. Key mengatakan bahwa pendinginan laut di daerah lintang tinggi
membuat permukaan air di kutub lebih padat dibanding dengan perairan hangat di lintang
yang lebih rendah sehingga dapat mendinginkan sirkulasi termohalin pada daerah dingin.
Salinitas tinggi pada air laut yang melalui samudera Atlantik secara dangkal di pahami akan
memberi kontribusi positif bagi kekuatan dan kestabilan sirkulasi termohalin. Hal ini tidaklah
benar, karena siklus air tawar antara laut dan atmosfer (siklus hidrologi) di daerah lintang
tinggi menyebabkan penambahan konsentrasi air tawar pada daerah tersebut sehingga dapat
mengurangi kepadatan (salinitas) air permukaan kutub. Siklus hidrologi bumi diprediksikan
menjadi lebih kuat pada masa akan datang dengan terus berlangsungnya pemanasan global.
Hal ini diprediksi dapat memperlemah sirkulasi termohalin dengan sangat mendadak dan
tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Manabe dan Stouffer (1993) memproyeksikan bahwa kenaikan kada CO 2 sebesar empat kali
lipat dapat menyebabkan sirkulasi termohalin collaps. Secara substansial, ini akan
menyebabkan lapisan termoklin (lapisan air laut yang memisahkan air hangat permukaan
dengan air laut dalam yang dingin-berada pada kisaran 80 – 1000 meter) menjadi lebih dalam
dan terjadi pergeseran dalam pertukaran panas antara belahan bumi bagian utara dan selatan.
Hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya laju suplai nutrisi terhadap biota laut di
permukaan dan berkurangnya kandungan oksigen di laut dalam secara drastis. Banyak
konsensus lainnya yang coba memprediksi respon sirkulasi termohalin terhadap pemanasan
global. Lebih dari itu, Wood, R., A. et al (2003) mengatakan bahwa semua proyeksi
konsensus dari beberapa model yang telah dianalisa oleh beberapa peneliti menyatakan
bahwa sirkulasi termohalin akan semakin melemah atau tidak berubah dalam satu abad ke
depan dalam merespon meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Kedua konsep tersebut
harus dibaca dalam konteks model teori “ketidakpastian tingkat tinggi”. Beberapa pendekatan
untuk mengurangi ketidakpastian ini adalah (a) mengidentifikasi proses-utama (key
processes) untuk mengendalikan kestabilan dan kekuatan sirkulasi termohalin dengan
menggunakan beberapa model, dan (b) menguji proses-proses yang dimodelkan tersebut
dengan pengujian lapangan (observationally based test). Untuk saat ini, kita masih berada
pada posisi pertama (a).

Pada dasarnya, alam kita selalu bergerak menuju titik keseimbangannya


(ekuilibrium). Selama manusia masih tetap berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi
gas rumah kaca (anthropogenic contribution), sehingga memicu pemanasan global, maka
suhu global juga akan bergerak menuju titik keseimbangannya. Sirkulasi termohaline sebagai
salah satu komponen sistem alam yang mempengaruhi iklim bumi juga akan mengalami
perubahan, baik kekuatan maupun kestabilannya, sampai pada ambang batasnya.
REFERENSI :

 http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/perubahan-iklim-dan-sirkulasi-
laut-global/
 http://www.google.co.id/images?hl=id&q=thermohaline&um=1&ie=UTF-
8&source=univ&ei=KMTPTPmoO4uGuQPgoqjwBQ&sa=X&oi=image_resul
t_group&ct=title&resnum=4&ved=0CEUQsAQwAw&biw=1366&bih=615.
 file:///D:/DOKUMEN/termohaline/thermodinamika-apa-iya.html.

Anda mungkin juga menyukai