Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik. Literatur-
literatur tentang kepemimpinan senantiasa memberikan penjelasan bagaimana
menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi
kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin yang baik. Suatu organisasi akan
berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu
ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggungjawab
atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahka suatu
ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi
yang terpenting. Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya akan selalu
mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.
Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai
dari sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan
menjadi perhatian manusia. Ada yang berpendapat bahwa kepemimpinan
sama tuanya dengan sejarah manusia. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena
adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia.
Mendalami masalah kepemimpinan sebenarnya ada dua pendapat yang saling tarik
menarik. Yaitu antara apakah pemimpin itu dilahirkan atau pemimpin itu dibentuk
dan ditempa. Pandangan pertama, berkisar pada pendapat bahwa seorang hanya
akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-
bakat kepemimpinan.
Sedangkan pandangan kedua, berkisar pada pendapat yang mengatakan
bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Sehingga
diantara para ahli muncul pendikotomian pandangan tentang asal usul pimpinan.
Paradigma ilmiah yang paling dapat dipertanggungjawabkan adalah yang terdapat
diantara kedua pandangan yang ekstrem itu.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan

Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu organisasi, apakah perusahaan,


lembaga pemerintah, rumah sakit, ataupun organisasi sosial lainnya, akan selalu
dikaitkan dengan pemimpin dari organisasi dimaksud. Dengan kata lain,
kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan efektivitas maupun
tingkat produktifitas suatu organisasi. Banyak definisi kepemimpinan yang
dikemukakan para ahli, beberapa diantarnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:49
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. George R. Terry (dalam Kartini Kartono, 1994:49) Kepemimpinan
adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai
tujuan-tujuan kelompok.
3. K. Hemphill (dalam M. Thoha, 1996:227)
Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertidak yang menghasilkan suatu
pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu
persoalan bersama.
4. Prof. Kimball Young (dalam Kartini Kartono, 1994:50)
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain unuk berbuat sesuatu, berdasarkan
akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus
yang tepat bagi situasi khusus.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggeakkan, dan
mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok dalam situasi tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas unsur-unsur yang ada pada

2
kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (1995:15) adalah:
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin.
2. Adanya oang lain yang dipimpin.

3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan


mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sitematis
maupun bersifat sukarela.
5. Berlangsung berupa proses didalam kelompok atau organisasi, baik besar
maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang dipimpin.
Untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain,
pemimpin membutuhkan kemampuan dan ketarampilan serta sifat-sifat yang
memadai untuk melaksanakan kegiatnnya. Sehubungan
dengan hal tersebut Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:38)
mengemukakan kemampuan dan sifat pemimpin sebagai berikut:
1. Energi jasmani dan mental, yaitu pemimpin mempunyai daya tahan, keuletan,
kekuatan atau tenaga yang istimewa. Demikian juga didukung dengan semangat
juang, motivasi kerja, disiplin, dan kesabaran.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah, yaitu pemimpin memiliki keyakinan yang teguh
akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan pemimpin tahu
persis kemana arah yang akan ditujunya dan memberi manfaat bagi dirinya dan
kelompok.
3. Antusiasme, yaitu pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai
membangkitkan, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin
maupun anggota kelompok.
4. Keramahan dan kecintaan, yaitu kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa
menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyenangkan bagi semua pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan
pengaruh pemimpin dalam mencapai tujuan.
5. Integritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin
memberikan ketauladanan, agar dia patuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
6. Penguasaan teknis, yaitu pemimpin harus memiliki satu atau beberapa
kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk

3
memimpin kelompoknya.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan, yaitu mengambil keputusan secara tepat,
tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
8. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemimpin untu melihat dan mematuhi
dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang
krusial, dan cepat menemukan cara-cara penyelesaiannya dalam waktu yang
singkat.
9. Keterampilan mengajar, yaitu pemimpin harus mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya atau anggotanya
untuk berbuat sesuatu.
10.Kepercayaan, yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi
secara positif dan diarhkan pada sasaran-sasaran yang benar.

2.2 Ciri - ciri Pemimpin

Pemimpin merupakan orang yang diberi kepercayaan untuk memanage atau


mengatur sesuatu dengan penuh bijak serta tanggung jawab, ada ciri-ciri pemimpin
yang baik diantaranya :

* Integritas

Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda katakan akan
Anda lakukan. Integritas membuat Anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang
lain mengandalkan Anda. Integritas adalah penepatan janji-janji Anda. Satu hal yang
membuat sebagian besar orang enggan mengikuti Anda adalah bila mereka tak
sepenuhnya merasa yakin bahwa Anda akan membawa mereka kepada tujuan yang
Anda janjikan.

* Optimisme

Tak ada orang yang mau menjadi pengikut Anda bila Anda memandang suram
masa depan. Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang bisa melihat masa depan dan
memberitahukan pada mereka bahwa di depan sana terbentang tempat yang lebih baik
dan mereka dapat mencapai tempat itu.

4
* Menyukai perubahan

Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan,


bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan pengikut lebih suka
untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik
perubahan dan mengkomunikasikannya dengan para pengikut mereka. Jika Anda tidak
berubah, Anda takkan berkembang.

* Berani menghadapi resiko

Kebanyakan orang menghindari resiko. Padahal, kapan pun kita mencoba


sesuatu yang baru, kita harus siap menghadapi resiko. Keberanian untuk mengambil
resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Para pemimpin
menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko. Mereka
mengkomunikasikannya pada pengikut mereka dan melangkah pada hari esok yang
lebih baik.

* Ulet

Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi


sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya dan gagal, mereka
lalu mencanangkan motto, “Jika Anda gagal di langkah pertama, menyerahlah dan
lakukan sesuatu yang lain.” Jelas saja mereka melakukan itu, karena mereka bukan
pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan
selalu berusaha menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha.

* Katalistis

Pemimpin adalah seseorang yang secara luar biasa mampu menggerakkan orang
lain untuk melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain keluar dari zona kenyamanan
dan bergerak menuju tujuan mereka. Mereka mampu membangkitkan gairah,
antusiasme, dan tindakan para pengikut.

* Berdedikasi dan komit

Para pengikut menginginkan seseorang yang lebih mencurahkan perhatian dan


komit ketimbang diri mereka sendiri. Pengikut akan mengikuti pemimpin yang

5
senantiasa bekerja dan berdedikasi karena mereka melihat betapa pentingnya
pencapaian tugas-tugas dan tujuan.

2.3 Sifat-sifat Pemimpin Luar Biasa

1. Integritas.

Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang anda katakan akan
anda lakukan. Integritas membuat anda dapat dipercaya. Integritas membuat
orang lain mengandalkan anda. Integritas adalah penepatan janji-janji anda.Satu
hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti anda adalah bila
mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka
menuju ke tujuan yang anda janjikan.

2. Optimisme.

Takkan ada orang yang mau mengikuti anda bila anda memandang suram masa
depan. Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang bisa melihat masa depan
dan memberitahukan pada mereka bahwa di depan sana terbentang tempat yang
lebih baik, dan mereka dapat mencapai tempat itu.

3. Menyukai perubahan.

Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan,


bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan pengikut lebih
suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya
kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasikanny a dengan para pengikut
mereka. Jika anda tidak berubah, anda takkan tumbuh.

4. Berani menghadapi resiko.

Kapan pun kita mencoba sesuatu yang baru, kita mengambil resiko. Keberanian
untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat
penting.Kebanyak orang menghindari resiko. Karena itu, mereka bukan
pemimpin. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik

6
resiko. Mereka mengkomunikasikanny a pada pengikut mereka dan melangkah
pada hari esok yang lebih baik.

5. Ulet.
Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi
sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya dan gagal,
mereka lalu mencanangkan motto, "Jika anda gagal di langkah pertama,
sudahlah menyerahlah dan lakukan sesuatu yang lain." Jelas saja mereka
melakukan itu, karena mereka bukan pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa
yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha menggapainya.
Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha.
6. Katalistis.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang secara luar biasa mampu
menggerakkan orang lain untuk melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain
keluar dari zone kenyamanan dan bergerak menuju tujuan mereka. Mereka
mampu membangkitkan gairah, antusiasme, dan tindakan dari para pengikut.

7. Berdedikasi/ komit.
Para pengikut menginginkan seseorang yang lebih mencurahkan perhatian dan
komit ketimbang diri mereka sendiri. Pengikut akan mengikuti pemimpin yang
senantiasa bekerja dan berdedikasi karena mereka melihat betapa pentingnya
pencapaian tugas-tugas dan tujuan.

2.4 Kopetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Pemimpin

Kompetensi yang harus di miliki manajer keperawatan telah dilaksanakan suatu


penelitian sebanyak 313 tenaga kesehatan di Australia (Harris & Belakley, 1995).

Kompetensi tersebut dikatagorikan menjadi 7, yaitu:

1) Kepemimpinan,

2) Pengambilan keputusan dan perencanaan,

3) Hubungan masyarakat/komunikasi,

4) Anggaran,
7
5) Pembangunan ,

6) Personaliti / perilaku, dan

7) Negosiasi.

2.5 Gaya Kepemimpinan

Gaya di artikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri. Menurut
Follet (1940), gaya di definisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri dari si ahli
dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970),
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan perilaku
pemimpin itu sendiri.

A. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schnitdt

Menurut kedua ahli, gaya kepemimpinan dapat di jelaskan melalui dua titik ekstrim
yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibandingkan dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih otoriter, akan
tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan
partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

B. Gaya kepeminpinan menurut Likert

Likert mengelompokan gaya kepemimnan dalam empat system yaitu:

1) Sistem Otoriter-eksplotatif

Pemimpin otoriter mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,


memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang di
lakukan satu arah ke bawah(top-down).

2) Sistem Benevolent-Authoritative

Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu, memotivasi


bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan
komunikasi ke atas.

8
3) Sistem konsultatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup besar. Pemimpin


menggunakan balasan (insetif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang
menggunakan ancaman atau hukuman.

4) Sistem partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu


memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi
bawahan.

C. Gaya menurut teorix dan y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side
Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi
dapat di kelompokan dalan dua kutub utama yaitu sebagai teori x dan teori y. gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi 4 macam yaitu:

1) Gaya kepemimpinan dictator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta


menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori
x

2) Gaya kepemimpinan autokratis

Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak


pernah di benarkan. Gaya ini merupakan pelaksanaan dari teori x

3) Gaya kepemimpinan demokratis

Ditemukan adanya peran dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan


yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini sesuai teori
y.

4) Gaya kepemimpinan santai

Peranan dari pemimpin hamper tidak terlihat karena segala keputusan


diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai teori y (Azwar,1996).

9
D. Gaya kepemimpinan menurut Robert House

Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan 4 gaya


kepemimpinan yaitu:

1) Directive

Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu


tugas

2) Supportive

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan berdikap ramah


terhadap bawahan.

3) Participative

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan


saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.

4) Achievement oriented

Pemimpun merupakan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan


berusaha untuk mencapai tujuan dengan seoptimal mungkin (Sujak, 1990)

E. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard

Ciri-ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi:

1) Instruksi

2) Konsultasi

3) Partisipasi

4) Delegasi

F. Gaya kepemimpinan menurut Ronald Lippits dan Rapiph K. White

Menurut Ronald Lippith dan rapiph K. White, terdapat 3 gaya kepemimpinan


yaitu: otoriter, demokrasi dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas Iowa.

G. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang


10
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi 4 yaitu:

1) Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan.

2) Demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf.

3) Parsipatif

Merupakan gabungan antara otokratik dan demokrasi, yaitu pemimpin yang


menyampaikan hasil analisa masalah dan kemudian mengusulkan tindakan
tersebut pada bawahannya.

4) Bebas Tindak

Merupakan pimpinan offisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa


pengarahan, supervise dan koordinasi.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya dan Efektivitas Kepemimpinan

Hasil studi Tannenbaum dan Schmid sebagaimana dikutip Kadarman, et.al.(1996)


menunjukkan bahwa gaya dan efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh :

1. Diri Pemimpin.

Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan harapan pemimpin


sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang dipilihnya.

2. Ciri Atasan.

Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi orientasi


kepemimpinan manajer.

3. Ciri Bawahan.

11
Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas
kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan bawahan sangat
menentukan pula caramanajer menentukan gaya kepemimpinannya.

4. Persyaratan Tugas.

Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya


kepemimpinan manajer.

5. Iklim Organisasi dan Kebijakan.

Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok serta gaya
kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.

6. Perilaku dan Haapan Rekan.

Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting. Segala


pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat mempengaruhi
efektivitas hasil kerja manajer.

2.7 Pendekatan Teori Kepemimpinan

Dalam upaya melaksanakan kepemimpinan yang efektif, selain memiliki


kemampuan dan keterampilan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin sebaiknya
menentukan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi anggota
kelompok. Banyakstudi ilmiah yang dilakukan oleh banyak ahli
mengenaikepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang
kepemimpinan.Sehingga teori-teori yang muncul menunjukkan perbedaan.
MenurutKartini Kartono (1994:61) perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam;
pendapat dan uraiannya, metodologinya, intepretasi yangdiberikan dan kesimpulan
yang ditarik.

Menurut M. Thoha (1994:250) mengungkapkan beberapa teorikepemimpinan yaitu:

1. Teori Sifat ( Trait Theory)

Pada pendekatan teori sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai


denganmemusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Yaitu apakah sifat-siftat
yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam teori sifat, penekanan lebih

12
padasifat-sifat umum yang dimilki pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir.
Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan bahwa pemimpin
dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.Sehubungan dengan hal tersebut ,
Keith Davis (dalam Kartini Kartono, 1994:251) merumuskan empat sifat umum yang
nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan
yaitu:

a. Kecerdasan, hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin


mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
dipimpin.

b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpincenderung menjadi matang


dan mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia
mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha
mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.

d. Sikap dan hub ungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau


mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak
kepadanya.

2. Teori Situasional dan Model Kontingensi.

Dalam model kontingensi memfokuskan pentingnya situasi dalam menetapkan gaya


kepemimpinan yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga model tersebut
berdasarkan kepada situasi untuk efektifitas kepemimpinan. Menurut Fread Fiedler,
kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan
terhadap situasi tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efektif pabila gaya
kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat. Sehubungan dengan hal
tersebut Fiedler (dalam Abi Sujak, 1990:10) mengelompokkan gaya kepemimpinan
sebagai berikut:

a. Gaya kepemipinan yang berorientasi pada orang (hubungan).\

Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan
yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan.
13
Pemimpin menekankan hubungan pemimpin degan bwahan atau anggota
sebagai teman sekerja.

b. Gaya kepemimpinan yang beroreitasi pada tugas.

Dalam gaya ini pemimpin akan merasa puas apabila mampu menyelesaikan
tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak memperhatikan hubungan yang
harmonis dengan bawahan atau anggota, tetapi lebih berorentasi pada
pelaksanaan tugas sebagai prioritas yang utama.

3. Teori Jalan Kecil-Tujuan (Paht-Goal Theory)

Dalam teori Jalan Kecil-Tujuan berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku


pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahan atau
angotanya. Berdasarkan hal tersebut, House (dalam M. Thoha, 1996:259) dalam
Path-Goal Thery memasukkan empat gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan direktif.

Gaya ini menganggap bawahan tahu senyatanya apa yang diharpkan dari
pimpinan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan. Dalam model
ini tidak ada partisipasi dari bawahan atau anggota.

b. Kepemimpinan yang mendukung.

Gaya ini pemimpin mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat,


mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap
bawahan atau anggotanya.

c. Kepemimpinan partisipatif.

Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta danmempergunakan


saran-saran dari para bawahannya. Namunpengambilan keputusan masih tetap
berada padanya.

d. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.

14
Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuanyang menantang para
bawahannya untuk berprestasi.Demikian juga pemimpin memberikan keyakinan
kepadamereka mampu melaksnakan tugas pekerjaan mencapaitujuan secara baik.

4. Teori X dan Teori Y - Douglas Mc Gregor


Pada tahun 1950, Douglas McGregor (1906-1964), seorang psikolog yang
mengajar di MIT dan menjabat sebagai presiden Antioch College 1.948-1.954,
mengkritik baik klasik dan hubungan manusia tidak memadai untuk sekolah sebagai
kenyataan di tempat kerja. Dia percaya bahwa asumsi yang mendasari kedua sekolah
mewakili pandangan negatif tentang sifat manusia dan pendekatan lain yang
berdasarkan manajemen yang sama sekali berbeda serangkaian asumsi yang diperlukan.
McGregor meletakkan ide-idenya dalam buku klasiknya 1957 artikel berjudul "The
Human Side of Enterprise" dan buku tahun 1960 dengan nama yang sama, di mana ia
memperkenalkan apa yang kemudian disebut humanisme baru. McGregor menyatakan
bahwa pendekatan konvensional untuk mengelola didasarkan pada tiga proposisi utama,
yang disebut Teori X:

1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha


produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi
berakhir.
2. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka,
memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi
perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
3. Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resisten-untuk
kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai,
dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.Tugas
manajemen yang demikian hanya menyelesaikan sesuatu
Menurut McGregor organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam
pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan
Theori Y. Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka
diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan
atas segalanya. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-
orang ini pada hakekatnya adalah:
15
1. Tidak menyukai bekerja
2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah
3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-
masalahorganisasi.
4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.
Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan
alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa
orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang
diduga oleh teori X. Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan
diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk
bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja.
Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Secara keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan
lepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik
dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan
sama-sama menyenangkan.
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan
organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan
aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan
keamanan.
5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi
secara tepat.

16
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan


untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan.

Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi,


Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan
demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut
bakat.Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang
mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian
(personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan
17
kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan
aktivitasnya.

Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-


kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang
realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-
apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya
merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami
akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa
aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam
rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini, (1994), Pemimpin dan Kepemimpinan, PT.Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Nawawi, Hadari, (1995), Kepemimpinan yang Efektif, GajahMada Unisity Press,


Yogyakarta.

Thoha, Miftah, (1996), Perilaku Organisasi, PT. Raja ErfindoPersada, Jakarta.


www.Google.com

18
19

Anda mungkin juga menyukai