Genealogi
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin
Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat
bernama Faddam, A'ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia.
Pada 2.295 SM. Kerajaan Babilon waktu itu diperintah oleh seorang raja yang
bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia bernama
Namrudz bin Kan'aan. Ibrahim dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi.
Kemudian ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang
nabi, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Biografi
Karena Raja Namrud mendapat petanda bahwa seorang bayi akan
dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan merampas takhtanya. Antara
sifat insan yang akan menentangnya ini ialah dia akan membawa agama yang
mempercayai satu tuhan dan akan menjadi pemusnah batu berhala. Insan ini
juga akan menjadi penyebab Raja Namrud mati dengan cara yang dahsyat.
Oleh itu Raja Namrud telah mengarahkan semua bayi yang dilahirkan di
tempat ini dibunuh, manakala golongan lelaki dan wanita pula telah
dipisahkan selama setahun.
Walaupun berada dalam keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi. Isteri
Aazar telah mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
Pada suatu hari dia terasa seperti telah tiba waktunya untuk melahirkan anak
dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim pasti dia serta
anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu nabi Ibrahim telah bersembunyi
dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang berhampiran. Selepas itu,
dia memasuki batu-batu kecil dalam mulut bayinya itu dan meninggalkannya
keseorangan. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya telah pulang ke gua
tersebut dan terkejut melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu,
bayi itu menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain
yang berkhasiat. Semasa berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah
membesar dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka
kedua ibubapanya berani membawanya pulang kerumah mereka.
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat
yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan
oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan
perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam
perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari
sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya
beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia
masih harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin
mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman
yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-
hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar
tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri
serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt
meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-
sialah usahanya. Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia
boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan
pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan
air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat
itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana
{bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-
akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya.
Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang
sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit
Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat
dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan
hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya
datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya: " Siapakah sebenarnya
engkau ini?" " Aku adalah hamba sahaya Ibrahim". Jawab Hajar. " Kepada
siapa engkau dititipkan di sini?" tanya Jibril. " Hanya kepad Allah" , jawab
Hajar.Lalu berkata Jibril: " Jika demikian, maka engkau telah dititipkan
kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan
melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan
kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya."
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati
orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian
lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang
seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat
kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya
kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain.
Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya,
apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai
dengan firman Allah yang bermaksud: " Allah lebih mengetahui di mana dan
kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak
membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail
puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah
diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah
untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah
perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti
kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya
kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya: "
Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah
kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang
sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan
perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak
bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan
pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan
berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga
tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan
agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang
terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian
ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta
kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya." Kemudian dipeluknyalah
Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata: " Bahagialah aku
mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua
yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah
Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan
kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang
sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi
Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke
parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau
menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan
kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan
memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan
penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah
demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya
menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan
firmannya: " Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu,
demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah
tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau
dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal
permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari
raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.