ًث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِز ْيال ِ ََّوقُرْ َءانًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى الن
ٍ اس َعلَى ُم ْك
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.” (QS. Al-Israa’: 106)
Oleh karena itu, para ulama rahimahumullaahu membagi Al-Qur’an menjadi dua:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (Al-
Maa’idah: 3), termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallampada haji wada’ di Arafah.
Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah dari Sisi Konteks Kalimat dan
Tema
- Sebagian besar surat Makiyah mempunyai cara penyampaian yang keras dalam
konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas adalah
pembangkang lagi sombong dan hal tersebut sangat pantas bagi mereka. Bacalah
surat Al-Muddatstsir dan Al-Qamar. Sedangkan sebagian besar surat Madaniyah
mempunyai penyampaian lembut dalam konteks pembicaraan karena ditujukan
kepada orang-orang yang mayoritas menerima dakwah. Bacalah surat Al-
Ma’idah!
- Sebagian besar surat Makiyah pendek dan di dalamnya banyak terjadi
perdebatan (antara para Rasul dengan kaumnya), karena kebanyakan ditujukan
kepada orang-orang yang memusuhi dan menentang, sehingga konteks kalimat
yang digunakan disesuaikan dengan keadaan mereka. Baca surat Ath-Thur!
Adapun surat Madaniyah kebanyakan panjang dan berisi tentang hukum-hukum
tanpa ada perdebatan karena keadaan mereka yang menerima. Baca ayat dain
(ayat tentang hutang) pada surat Al-Baqarah (ayat 282).
Sebagian besar surat Makiyah bertemakan pengokohan tauhid dan aqidah yang
benar, khususnya berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan penetapan iman kepada
Hari Kebangkitan karena kebanyakan yang diajak bicara mengingkari hal itu.
Sedangkan sebagian besar ayat Madaniyah berisi perincian ibadah-ibadah dan
mu’amalah karena keadaan manusia waktu itu jiwanya telah kokoh dengan tauhid
dan aqidah yang benar, sehingga membutuhkan perincian tentang berbagai ibadah
dan mu’amalah.
Mengetahui surat Madaniyah dan Makiyah merupakan salah satu bidang ilmu Al-
Qur’an yang penting karena di dalamnya terdapat beberapa manfaat:
- Tampaknya hikmah pembuatan syari’at ini. Hal tersebut sangat nyata dimana
Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dan bertahap sesuai keadaan umat pada
masa itu dan kesiapan mereka di dalam menerima dan melaksanakan syari’at yang
diturunkan.
ًث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِز ْيال ِ ََّوقُرْ َءانًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى الن
ٍ اس َعلَى ُم ْك
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.” (QS. Al-Israa’: 106)
Seperti yang terdapat dalam ayat khamar yang mana manusia pada masa itu hidup
dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga sulit jika mereka
diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total.
Maka untuk pertama kali turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla yang menerangkan
keadaan mereka:
َصلَوةَ َوأَ ْنتُ ْم ُس َكا َرى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُوْ لُوْ ن
َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوا الَ تَ ْق َربُوا ال
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (QS. An-
Nisaa’: 43)
. َصابُ َواألَ ْزالَ ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَ ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواألَ ْن
صلَو ِة َّ ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هللاِ َو َع ِن ال ْ ْ َ َاوةَ َو ْالبَ ْغ
ُ َضا َء فِي ال َخ ْم ِر َوال َم ْي ِس ِر َوي َ إِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّش ْيطَانُ أَ ْن يُوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد
ُغ ْال ُمبِيْن
ُ َ َوأَ ِط ْيعُوا هللاَ َوأَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواحْ َذرُوا فَإ ِ ْن تَ َولَّ ْيتُ ْم فَا ْعلَ ُموا أَنَّ َما َعلَى َرسُوْ لِنَا ْالبَال. َفَهَلْ أَ ْنتُ ْم ُّم ْنتَهُوْ ن
Dalam ayat di atas terdapat larangan meminum khamar pada semua keadaan, hal
itu sempurna setelah melalui tahap pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia
kemudian diperintah untuk membiasakan diri meninggalkan khamar pada keadaan
tertentu.