Anda di halaman 1dari 11

30 Tanda-Tanda Orang Munafiq

Pernahkah Anda dikata orang munafiq? Atau mungkin Anda pernah mengatakan
pada orang bahwa dia munafiq? Atau mungkin Anda pernah mendegar seseorang
menuduh orang lain dengan kata munafiq? Apapun jawaban Anda yang jelas perlu
dipertanyakan, apakah Anda mengerti arti dan maksudnya. Apakah Anda
mengerti batasan-batasannya, mengerti macam-macam nifaq sebagaimana yang
disampaikan Al Qur’an.

Sahabat Hudzaifah r.a pernah berkata: “Orang-orang munafik sekarang lebih jahat
(berbahaya) daripada orang munafik pada masa Rasulullah saw.”

Ditanyakan kepadanya: “Mengapa demikian?”

Hudzaifah menjawab: “Sesungguhnya pada masa Rasulullah saw mereka


menyembunyikan kenifakannya, sedangkan sekarang mereka berani
menampakkannya.” (Diriwayatkan oleh Al Farayabi tentang sifat an nifaq (51-
51), dengan isnad shahih)

Pernyataan sahabat Hudzaifah r.a itu diucapkannya pada 14 abad yang lampau.
Jika demikian, bagaimana dengan orang-orang munafik pada abad ini?

Orang-Orang Munafiq dalam Al Qur’an

Allah telah menyebut kata an nifaq dan kata jadiannya di dalam Al Qur’an
sebanyak 37 kali dalam surat yang berbeda. Yaitu, di dalam surat ‘Ali Imran, Al
Hasyr, At Taubah, Al Ahzab, Al Fath, Al Hadid, Al Anfal, Al Munafiqun, An
Nisaa, Al Ankabut, dan At Tahrim.

Kata an nifaq serta bentuk-bentuk jadiannya diulang-ulang penyebutannya pada


sebagian dari surat-surat tersebut. Hal ini menunjukkan betapa sangat berbahaya
orang-orang munafiq itu terhadap mujtama’ (masyarakat) dan Ad Din (agama).

Macam-Macam Nifaq

Menurut Ahlussunnah Wal Jama’ah, sifat nifak itu terbagi menjadi dua macam:

Pertama: Nifaq I’tiqadi (nifak dalam bentuk keimanan)

Nifak jenis ini menyebabkan pelakunya keluar dari agama (millah). Pelaku nifaq
i’tiqadi ini ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Orang
seperti ini di dalam hatinya mendustakan kitab-kitab Allah dan para malaikat-Nya,
atau mendustakan salah satu asas dari asas Ahlussunnah. Dalil nifaq i’tiqadi ini
adalah firman Allah Subhananu wa Ta’ala : “Di antara manusia ada yang
mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka
itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan
mereka berdusta.” (Al Baqarah 8-10)

Kedua: Nifaq ‘Amali (nifaq dalam bentuk perbuatan)

Dalil mengenai nifaq ‘amali ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim: “Ada tiga tanda
orang munafiq: jika berkata ia dusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya
ia khianat.”

Berikut ini ketiga puluh karakter orang-orang munafiq tersebut. Kemudian akan
diperinci penjelasannya satu persatu:

Karakter Ke-1 : Dusta


Karakter Ke-2 : Khianat
Karakter Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Karakter Ke-4 : Ingkar Janji
Karakter Ke-5 : Malas Beribadah
Karakter Ke-6 : Riya
Karakter Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Karakter Ke-8 : Mempercepat Shalat
Karakter Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Karakter Ke-10 : Memperolok Al Qur’an, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Karakter Ke-11 : Bersumpah Palsu
Karakter Ke-12 : Enggan Berinfaq
Karakter Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Karakter Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Karakter Ke-15 : Mengingkari Takdir
Karakter Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Karakter Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Karakter Ke-18 : Membuat Kerusakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan
Perbaikan
Karakter Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zhahir dengan Batin
Karakter Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Karakter Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Karakter Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kema’rufan
Karakter Ke-23 : Bakhil
Karakter Ke-24 : Lupa Kepada Allah SWT
Karakter Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Karakter Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zhahir, Mengabaikan Batin
Karakter Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Karakter Ke-28 : Tidak Memahami Ad Din
Karakter Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Karakter Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman
dan Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka
1. Dusta

Imam Ibnu Taimiyyah berkata: “Al Kidzb (dusta) adalah salah satu rukun
(elemen) dari kekufuran.” Selanjutnya beliau menuturkan bahwa jika Allah
menyebut nifak dalam Al Qur’an, maka Dia menyebutkannya bersama dusta (al
kidzb). Dan apabila Allah menyebut al kidzb, maka kata nifak disebutkan
bersamanya. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”(QS. Al Baqarah : 9-10).
”Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami
mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.” (QS. Al Munafiqun: 1)

Demikian juga apabila Allah menyebut tentang nifak, maka disebut pula qillatudz
zikr (sedikit berdzikir kepada Allah). “Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali “(QS. An Nisaa :142).

Sedangkan jika Allah meyebut tentang iman, disebut juga dzikrullah (mengingat
Allah). ”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun : 9).

Di dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda: “Tanda
orang munafiq ada tida, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada Kitab Al Iman, Bab ‘Alamah al Munafiq,
juz 1/11 (Fathul Bahri), juga diriwayatkan oleh Imam Muslim pada Kitab Al
Iman, Bab Bayan Khishaal Al Munafiq, juz II, Jilid I, hlm. 46 (Syarh An Nawai).
Keduanya dari Abu Hurairah r.a)

Dusta merupakan karakter yang secara kongkret membuktikan bahwa pelakunya


telah terjangkiti “virus” nifak. Demikian pula halnya orang yang berdusta dengan
cara bergurau (main-main) –meski sebagian orang telah meremehkan hal ini.
Hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam ahmad dalam kitab Musnad-nya
dengan sanad jayid (baik), yang berbunyi:

“Celakalah bagi orang yang berbicara (bercerita) lalu berbohong agar orang-
orang tertawa dengan cerita dustanya itu. Celaka baginya, celaka baginya,
celaka baginya.”
2. Khianat

Dalil yang mendasari karakter ini adalah sabda Rasulullah saw : “Dan apabila
berjanji, dia berkhianat.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada Kitab Al Iman,
Bab ‘Alamah al Munafiq, juz 1/11 (Fathul Bahri), juga diriwayatkan oleh Imam
Muslim pada Kitab Al Iman, Bab Bayan Khishaal Al Munafiq, juz II, Jilid I, hlm.
46 (Syarh An Nawai). Keduanya dari Abdullah bin amr bin Al ‘ash)

Barangsiapa bersumpah kepada kaum muslimin atau kepada waliyul ‘amr


(penguasa) –ataupun mengikat perjanjian dengan orang kafir dalam suatu
peperangan—kemudian ia mengkhianati perjanjian yang telah ia sepakati, maka ia
terhadap dirinya sendiri sebagai orang munafik, seperti yang termuat dalam
Shahih Muslim, ketika Rasulullah saw melantik seseorang menjadi pemimpin dari
serombongan tentara. Pada saat itu beliau berpesan:

“....Apabila kamu telah mengepung penduduk suatu kampung, lalu mereka


mengharapkan agar kamu membat janji dengan Allah dan Nabi-Nya untuk
mereka, maka janganlah kamu mengabulkannya. Namun, ikatlah mereka dengan
janjimu dan para sahabatmu. Sebab, seandainya kamu melanggar perjanjian
tersebut, maka akan lebih ringan dibandingkan pelanggaran terhadap janji Allah
dan Rasul-Nya. Dan jika kamu mengepung penduduk suatu perkampungan
(perbentengan), lalu memintamu untuk menurunkan kepada mereka hukum Allah,
maka janganlah kamu mengabulkannya. Namun, turunkanlah kepada mereka
hukummu. Karena sesungguhnya engkau tidak tahu apakah mereka mampu
menerapkan hukum Allah terhadap mereka atau tidak.”(Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam Kitab As Sair, Bab Ta’mirul ‘Umara ‘Alal Bu’uts, jilid IV, juz
12/3-38 (Syarh Nawawi).

Dengan demikian, barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada


istrinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang yang berwenang---kemudian
dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab udzur syar’i—maka telah
dianggap pada dirinya ada salah satu tanda kemunafikan.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah akan meletakkan


pada pengkhianat sebuah bendera. Lalu dikatakan: ‘Ingatlah, inilah
pengkhianatan si fulan’.(HR. Imam Muslim)

Termasuk ke dalam pengkhianatan adalah menyia-nyiakan amanat. Sebagaimana


kita ketahui, di pundak setiap muslim bertumpuk berbagai macam amanat. Mulai
dari amanat Allah dan Rasul-Nya, amanat dakwah, amanat rumah tangga, amanat
profesi, sampai kepada amanat dari diri sendiri. Allah SWT berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfaal : 27).
3. Fujur dalam pertikaian

Sabda Rasulullah SAW dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim:


“Dan apabila bertengkar (bertikai), dia lacur.” (Diriwayatkan oleh Imam
Bukhari pada Kitab Al Iman, Bab ‘Alamah al Munafiq, juz 1/11 (Fathul Bahri),
juga diriwayatkan oleh Imam Muslim pada Kitab Al Iman, Bab Bayan Khishaal
Al Munafiq, juz II, Jilid I, hlm. 46 (Syarh An Nawai). Keduanya dari Abdullah
bin amr bin Al ‘ash).

Para ulama berpendapat, barangsiapa bertikai dengan seorang muslim –saya


sebutkan “seorang muslim”, sebab pertikaian dengan orang-orang kafir memiliki
pembahasan tersendiri—kemudian dia berbuat lacur/fasik dalam pertengkarannya,
maka Allah menyaksikan bahwa orang tersebut tergolong fajur (yang berbuat
lacur) sekaligus munafik.

Sementara itu, mengenai pertengkaran dengan orang kafir, dalam hal ini ada
hadits Nabi SAW yang menyebutkan: “Peperangan itu tipu muslihat.”
( Diriwayatkan oleh Abu Daud pada Kitab Al Adab, Bab Al “idah, nomor 4996.
Dan Imam Al Baihaqi (10/198) dari jalan Ibrahim bin Thahan dengan isnad yang
sama, dalam Kitab Asy Syahadat, Bab Man Wa’ada Ghairuhu. Hadits ini dha’if
karena perawi yang majhul, yaitu Abdul Karim bin Abdullah bin Syaqiq. Lihat
Kitab Sunan Abu daud, hadits nomor 4996).

Ali bin Abi Thalib sendiri dalam menghadapi musuh kafir menerapkan strategi
dengan landasan hadits tersebut. Apabila orang-orang kafir telah berkhianat, lalu
kita mempermainkan dan mengadakan tipu muslihat terhadap mereka, maka hal
itu mempunyai landasan serta tidak termasuk khianat dan lacur. Hal ini tergolong
dalam kategori strategi dan tipu muslihat terhadap musuh Islam.

4. Ingkar Janji

Rasulullah SAW bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia
dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia
berkhianat.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ingkar janji adalah sifat yang dapat merusak dan memporak-porandakan seluruh
rencana. Ingkar janjji juga merupakan perilaku buruk yang dapat melunturkan
kepercayaan dan kesetiaan masyarakat kepada seseorang. Seperti kurang disiplin
dalam menepati waktu. Bahkan, keterlambatan seakan-akan telah menjadi sesuatu
yang biasa. Oleh sebab itu, barangsiapa berjanji kepadamu dengan menentukan
tempat dan waktu kesepakatan, kemudian mengingkari janji tersebut tanpa ada
udzur syar’i, maka di dalam jiwanya telah bercokol cabang kemunafikan.

Seorang ulama yang shaleh, jika berjanji kepada sauadara-saudaranya sesama


muslim selalu mengatakan, “Insya Allah, antara saya dan kamu tidak ada mau’id
(waktu perjanjian). Jika saya dapat, saya akan datang. Namun, jika tidak dapt,
berarti saya udzur.” Hal demikian dilakukannya dengan tujuan agar pada dirinya
tidak tertulis salah satu dari cabang-cabang kemunafikan.
5. Malas Beribadah
Firman Allah SWT:

"...Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka BERDIRI DENGAN


MALAS..." (An-Nisa': 142)

Jika orang munafik pergi ke masjid/surau, dia menyeret kakinya seakan-akan


terbelenggu rantai. Oleh karena itu, ketika sampai di dalam masjid/surau dia
memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca
imam dalam solat, apalagi untuk menyemak dan menghayatinya.

6. Riya'
Di hadapan manusia dia shalat dengan khusyu tetapi ketika seorang diri, dia
mempercepat shalatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia
tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika
dia seorang diri, dia akan MELANGGAR HAL-HAL YANG DIHARAMKAN
Allah SWT.

7. Sedikit Berzikir
Firman Allah SWT:

"...Dan apabila mereka berdiri untuk bershalat, mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka
menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali. (An-Nisa': 142)

8. Mempercepat Shalat
Mereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepat shalat tanpa ada
rasa khusyu sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya
sedikit mengingat Allah SWT di dalamnya. Pikiran dan hatinya tidak menyatu.
Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kebesaran Allah SWT dalam
shalatnya.

Hadits Nabi SAW:

"Itulah shalat orang munafik...lalu mempercepat empat raka’at (shalatnya)"

9. Mencela orang-orang yang Taat dan Shaleh


Mereka memperolok orang-orang yang Taat dengan ungkapan yang mengandung
cemoohan dan celaan. Oleh karenanya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali
kita temui orang munafik yang hanya MEMBINCANGKAN SEPAK TERJANG
ORANG-ORANG SOLEH dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran
dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik
selain memperolok-olok orang-orang yang Taat kepada Allah SWT
10. Memperolok-olok Al-Quran, As-Sunnah, dan Rasulullah SAW
Termasuk dalam kategori Istihzaa' (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-
hal yang di sunnah Rasulullah SAW dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka
memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, JATUH KAFIR.

Firman Allah SWT:

"...Katakanlah: 'Apakah dengan Allah SWT, Ayat-Ayat-Nya, dan Rasul-Nya


kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman..." (At-Taubah: 65-66)

11. Bersumpah Palsu


Firman Allah SWT:

"Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai..." (Al-Munafiqun:


2, Al-Mujadilah: 16)

Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung
bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi
kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika
seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: "Demi Allah,
sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya
kamu adalah sahabatku.

12. Enggan Berinfak


Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut
pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka
berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan karena riya'
dan sum'ah. Mereka enggan bersedekah, karena pada hakikatnya, mereka tidak
menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.

13. Tidak menghiraukan nasib Kaum Muslimin


Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah
yang disebut At Takhdzil. yaitu, sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan
membiarkan kaum muslimin. Orang munafik berpendapat bahwa orang-orang
kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.

14. Suka menyebarkan Khabar Dusta


Orang munafik senang memperbesar peristiwa/kejadian. Jika ada orang yang
tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan
membesar-besarkan dalam majelis-majelis pertemuan. "Apa kalian tidak
mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?" Lalu, dia pun menirukan
kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahwa orang itu mempunyai
banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mau
mengungkapkannya kepada masyarakat.

15. Mengingkari Takdir


Orang munafik selalu membantah dan tidak ridha dengan takdir Allah SWT. Oleh
karenanya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: "Bagaimana ini.
Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini." Dia pun selalu
mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah MENGKUFURI DAN
MENGINGKARI QADHA DAN TAKDIR.

16. Mencaci maki kehormatan orang-orang Soleh

Apabila orang munafik membelakangi orang2 soleh, dia akan mencaci maki,
menjelek-jelekkan, mengumpat, dan menjatuhkan kehormatan mereka di majlis-
majlis pertemuan.

Firman Allah SWT:

“…mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk
berbuat kebaikan…”

(Al-Ahzab: 19)

17. Sering meninggalkan Solat Berjamaah

Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki
uzur say’i, namun tidak mahu mendatangi masjid/surau ketika mendengar
panggilan azan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.

18. Membuat kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih


Mengadakan Perbaikan

Firman Allah SWT:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerosakan di


muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan kebaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerosakan, tetapi mereka tidak sedar.”

(Al-Baqarah: 11-12)

19. Tidak ada kesesuaian antara Zahir dengan Batin

Secara Zahir mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul
Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka.
Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang
menyebabkan MEREKA MASUK KE DALAM NERAKA. Penampilan zahirnya
bagus dan mempersona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan
menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam
hatinya main-main.

20. Takut terhadap Kejadian Apa Pun

Orang2 munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu bergoncang,


keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa
disibukkan oleh persoalan2 hidup apa pun. Dia selalu berharap: “Tinggalkan dan
biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini
kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah.” Padahal, keadaannya
tidaklah lebih baik.

21. Beruzur dengan Dalih Dusta

Firman Allah SWT:

“Di antara mereka ada orang yang berkata: ‘Berilah saya izin (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.’
Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya
NERAKA JAHANNAM itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.”

(At-Taubah: 49)

22. Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan

Mereka (orang munafik) menginginkan agar perbuatan keji tersiar di kalangan


orang2 beriman. Mereka menggembar-gemburkan tentang kemerdekaan wanita,
persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha
memasyarakatkan nyanyian dan konsert, menyebarkan majalah2 porno
(SEMIPORNO) dan narkotik.

23. Bakhil

Orang2 munafik sangat bakhil dalam masalah2 kebajikan. Mereka menggenggam


tangan mereka dan tidak mahu bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta
mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan berkecukupan.

24. Lupa kepada Allah SWT

Segala sesuatu selalu mereka ingat, kecuali Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka
sentiasa ingat kepada keluarganya, anak-anaknya, nyanyian2, berbagai keinginan,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Dalam fikiran dan batin
mereka tidak pernah terlintas untuk MENGINGAT (ZIKIR) ALLAH SWT,
KECUALI SEBAGAI TIPUAN SEMATA-MATA.
25. Mendustakan janji Allah SWT dan Rasul-Nya

Firman Allah SWT:

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit


dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami
selain tipu daya.”

(Al-Ahzab: 12)

26. Lebih memperhatikan Zahir, mengabaikan Batin

Orang munafik lebih mementingkan zahir dengan mengabaikan yang batin, tidak
menegakkan solat, tidak merasa diawasi Allah SWT, dan tidak mengenal zikir…
Pada zahirnya, pakaian mereka demikian bagus menarik, tetapi batin mereka
kosong, rosak dan lain2.

27. Sombong dalam Berbicara

Orang2 munafik selalu sombong dan angkuh dalam berbicara. Mereka banyak
cakap dan suka memfasih-fasihkan ucapan. Setiap kali berbicara, mereka akan
selalu mengawalinya dengan bila UNGKAPAN MENAKJUBKAN YANG
MEYAKINKAN AGAR TAMPAK SEPERTI ORANG HEBAT, MULIA,
BERWAWASAN LUAS, MENGERTI, BERAKAL, DAN BERPENDIDIKAN.
Padahal, pada hakikatnya dia tidak memiliki kemampuan apa pun. Sama sekali
tidak memiliki ilmu bahkan lagi terserlah kemunafikannnya.

28. Tidak memahami Ad Din

Di antara “KEISTIMEWAAN” orang2 munafik adalah: mereka sama sekali tidak


memahami masalah-masalah agama. Dia tahu bagaimana mengenderai kereta dan
mengerti perihal mesinnya. Dia juga mengetahui hal2 remeh-temeh dan
pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah memberi manfaat kepadanya meski
juga tidak mendatangkan mudharat baginya. Akan tetapi, apabila menghadapi
untuk berdialog (bertanya tentang persoalan2 Ad Din (Islam)), dia sama sekali
tidak boleh menjawab.

29. Bersembunyi dari manusia dan menentang Allah dengan Dosa

Orang munafik menganggap ringan perkara2 terhadap Allah SWT, menentang-


Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-
sembunyi. Akan tetapi, ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia
menunjukkan sebaliknya: berpura-pura taat

Firman Allah SWT:


“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah,
padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan
keputusan rahsia yang Allah tidak redhai…”

(An-Nisa’: 108)

30. Senang dengan Musibah yang menimpa orang-orang Beriman


dan Dengki terhadap Kebahagian mereka

Orang munafik apabila mendengar berita bahawa seorang ulama yang soleh
tertimpa suatu musibah, dia pun menyebarluaskan berita duka itu kepada
masyarakat sambil menampakkan kesedihannya dan berkata: “Hanya Allahlah
tempat memohon pertolongan. Kami telah mendengar bahawa si fulan telah
tertimpa musibah begini dan begitu… semoga Allah memberi kesabaran kepada
kami dan beliau.” Padahal, di dalam hatinya dia merasa senang dan bangga akan
musibah itu.

Anda mungkin juga menyukai