Anda di halaman 1dari 17

PERKIRAAN BESAR

SAMPEL
Kelompok IV
Faktor-faktor yang diperlukan dalam
estimasi besar sampel
 Perbedaan hasil klinis atau effect size (d)
 Besarnya kesalahan tipe I (a) atau hasil positif
semu
 Power yang diperlukan (I-b); b = kesalahan
tipe II, atau hasil negatif semu
 Karakteristik data (simpang data atau
proporsi)
 Besar sampel
xp

 K= nxxp
Z X Z X SB

K = konstanta
n = jumlah subjek
d = delta, perbedaan hasil yang diamati
P = proporsi(untuk data nominal)
Za = deviat baku normal untuk a
Zb = deviat baku normal untuk b
SB = simpang baku (untuk data numerik)
Perbedaan hasil klinis
Keslahan dalam uji hipotesis
 Hipotesis nol (H0) : menyatakan tidak ada
perbedaan
 Kesalahan tipe I (a) : besarnya peluang untuk
menolak h0 pada sampel , padahal dalam
populasi H0 benar (positif semu)
 Kesalahan tipe II (b) : besarnya peluang untuk
tidak menolak H0 yang sebenarnya harus
ditolak (negatif semu)
Power penelitian
Power suatu penelitian klinis, analog dengan
sensitivitas pada uji diagnostik.
 Kemampuan suatu penelitian untuk mendapatkan beda

yang secara statistik bermakna, bila dalam populasi


tersebut ada.
 Kekuatan untuk menolak hipotesis nol pada data

penelitian, apabila dalam populasi terdapat perbedaan


hasil klinis.
 Nilai power adalah sebesar (1-b), bila b = 20% maka

power = 80% (peluang mendeteksi perbedaan hasil


klinis).
 Makin besar power yang diinginkan, makin kecil b atau

makin besar zb, dan makin bertambah besar sampel yang


diperlukan
Simpang Baku
 Nilai simpang baku diperolah dari penelitian
terdahulu (baik data sendiri atau data pustaka),
atau dari pengalaman.
 Simpang baku mempengaruhi besar sampel;
makin besar simpang baku (variabilitas nilai
numerik lebih besar), makin besar sampel yang
diperlukan.
 Besar sampel berbanding lurus dengan varians
(kuadrat simpang baku s2)
Frekuensi atau proporsi
 Studi deskriptif, proporsi variabel yang diteliti
diperkirakan dari pustaka
 Studi komparatif (misalnya uji klinis yang
membandingkan proporsi kesembuhan subyek
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan),
proporsi kesembuhan kelompok kontrol diperoleh
dari pustaka atau pengalaman, sedangkan
perbedaan proporsi kesembuhan ditentukan
berdasar judgment klinis
 Makin kecil beda proporsi dua kelompok, makin
besar sampel diperlukan
Interval kepercayaan
Lebar interval kepercayaan bergantung pada 3 faktor :
 Besar sampel > interval makin lebar dengan

berkurangnya besar sampel yang sekaligus


menunjukkan power yang kecil
 Karakteristik data > simpang baku (untuk data

numerik) dan proporsi (nominal),


simpang baku yang lebih besar akan memperlebar
interval kepercayaan, proporsi yang makin
menjauhi nilai 0,50 akan menghasilkan interval
kepercayaan yang makin asimetris
 Derajat interval kepercayaan
A. Besar sampel untuk data numerik
 Simpang baku nilai rerata dalam populasi, s
(dari pustaka)
 Tingkat ketepatan absolut yang dinginkan, d

(ditetapkan)
 Tingkat kemaknaan, a (ditetapkan)

Rumus:
1. Uji hipotesis terhadap rerata dua
populasi independen
 Simpang baku kedua kelompok, s (dari
pustaka)
 Perbedaan klinis yang diingikan, x1-x2 (clinical

judgment)
 Kesalahan tipe I, (ditetapkan)

 Kesalahan tipe II, (ditetapkan)

Rumus:
2. Uji hiotesis terhadap rerata dua
populasi berpasangan
 Simpang baku dari rerata selisih, sd (dari
pustaka)
 Selisih rerata kedua kelompok yg bermakna, d

(clinical judgment)
 Kesalahan tipe I, (ditetapkan)

 Kesalahan tipe II, (ditetapkan)

Rumus:
B. Basar sampel untuk data nominal

1.Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu


populasi
 Proporsi penyakit atau keadaan yang akan

dicari, P (dari pustaka)


 Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki,

d (ditetapkan)
 Tingkat kemaknaan, a (ditetapkan

Rumus:
2. Besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2
proporsi
a.Dua kelompok independen
 Proporsi efek standar P1 (dari pustaka), serta

proporsi efek yang diteliti P1 (clinical


judgment)
 Tingkat kemaknaan, a (ditetapkan)

 Power atau zb (ditetapkan)

Rumus:
Catatan :
P=1/2 (P1+P2)
b. Dua kelompok berpasangan
 Proporsi subyak dengan respons yang
diskordan, yakni jumlah subyak yang memberi
respons berbeda dibagi dengan jumlah seluruh
subyek; pada tabel 2X2 untuk hasil uji
proporsi berpasangan proporsi diskordan =
(b+c)/n
 Kesalahan tipe I, (ditetapkan)
 Power atau zb (ditetapkan)
 d = beda proporsi yang klinis penting (slinical
judgment)
C. Besar Sample Untuk Studi Kohort

1. Estimasi Interval kepercayaan resiko relatif

Anda mungkin juga menyukai