Jumhur ulama berpendapat bahwa shalat dhuha adalah sunnah, sementara para
ulama Maliki dan Syafi’i berpendapat bahwa ia sunnah muakkadah. Hal itu
didasari apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzarr dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, "Setiap pagi dari persendian
masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid
adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap
amar ma'ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua
rakaat dhuha."
Juga apa yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
berkata,"Kekasihku (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) telah berwasiat
kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga aku
meninggal dunia, yaitu shaum tiga hari pada setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur
dengan shalat witir terlebih dahulu."
Adapun waktu pelaksanaan shalat dhuha maka menurut jumhur ulama adalah dari
matahari mulai meninggi kira-kira sepenggalah hingga sedikit menjelang
masuknya waktu zhuhur, yaitu dimulai sekitar 15 menit setelah waktu syuruq
hingga sekitar 15 menit sebelum masuknya waktu zhuhur.
Mengeluarkan sedekah untuk setiap ruas tulang badan merupakan ungkapan rasa
syukur atau terimakasih kepada Allah ta’aala atas tubuh yang manusia miliki.
Alangkah tidak berterimakasihnya seorang Muslim bilamana ia selama ini telah
memanfaatkan tubuhnya untuk melakukan aneka aktifitas melelahkan namun
tidak pernah seharipun menegakkan Sholat Dhuha. Wahai saudaraku, tegakkanlah
Sholat Dhuha. Tunjukkanlah rasa syukur kepada Allah ta’aala atas seluruh ruas
tulang tubuh yang selama ini telah kita pakai sampai seringkali menjadi sakit dan
perlu perawatan kesehatan karena lelah bekerja...! Ingatlah, bahwa semakin sering
kita bersyukur kepada Allah ta’aala, maka semakin banyak kenikmatan yang
Allah ta’aala janjikan akan kita terima.
َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد
Dan sebaliknya, semakin jarang kita bersyukur, apalagi jika malah bersikap kufur
maka Allah ta’aala mengancam dengan azabNya yang pedih. Pengertian azab
tidak perlu ditunggu di alam kubur atau di akhirat saja. Artinya, orang yang kufur
ni’mat akan mendapati -cepat atau lambat- sesuatu yang asalnya merupakan
ni’mat malah berubah menjadi beban atau kutukan bagi hidupnya...! Contoh akan
hal ini sangat banyak kita jumpai dalam realitas hidup kita.
Saudaraku, saya yakin semua kita bersepakat bahwa mengerjakan dua rakaat pada
waktu dhuha bukanlah suatu perkara yang berat dan sulit. Maka, marilah kita
ungkapkan rasa syukur kepada Allah ta’aala atas pemberianNya berupa 360 ruas
tulang badan yang kita miliki. Marilah kita berlomba menjadi hamba-hamba Allah
ta’aala yang rajin bersyukur.