Anda di halaman 1dari 5

Surah Al A’Raf 7:129

Mereka mengeluh kepada Musa a.s. bahwa nasib mereka sama saja, baik sebelum
kedatangan Musa a.s. untuk menyeru mereka kepada agama Allah dan melepaskan mereka
dari perbudakan Firaun sesudahnya, mereka merasa tidak mendapat faedah dari
kedatangan Nabi Musa itu. Dahulu mereka diazab dan diperbudak oleh Firaun, anak-anak
mereka dibunuh, mereka disuruh kerja paksa, sekarangpun demikian. Keluhan ini
menunjukkan kekerdilan jiwa dan kelemahan daya juang dan tidak adanya kesabaran pada
mereka. 
Mendengar keluhan ini, maka Nabi Musa berkata, "Mudah-mudahan Allah membinasakan
musuh kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat
bagaimana perbuatanmu", maksudnya, biarpun yang terjadi demikian akan tetapi adalah
menjadi harapan bahwa Allah akan membinasakan musuh-musuhmu dan menjadikan kamu
berkuasa di bagian bumi yang telah dijanjikan Tuhanmu, yaitu sekarang Firaun melarang
kamu pergi ke sana. Maka Tuhan akan melihat bagaimana tindakan kamu nanti bila kamu
telah berkuasa. 
Ucapan Nabi Musa ini selain menimbulkan harapan tentang pertolongan Allah serta rahmat-
Nya untuk membebaskan mereka dari kekejaman Firaun serta menjadikan Bani Israel
sebagai penguasa di belakang hari di bagian bumi yang telah dijanjikan Tuhan kepada
mereka, juga mengandung suatu peringatan yang sangat penting bagi kaumnya, yaitu
apabila di belakang hari mereka menjadi penguasa janganlah berbuat sewenang-wenang
seperti Firaun dan para pembesarnya, karena Allah senantiasa mengawasi perbuatan dan
tindak tanduk dari setiap makhluk-Nya. Oleh sebab itu, apabila mereka berkuasa dan
melakukan kelaliman pula, pastilah Allah mendatangkan azab kepada mereka. 
Ayat ini mengandung pelajaran yang sangat berharga tentang sikap manusia pada waktu ia
sedang menghadapi penderitaan tersebut atau sebelum mereka memperoleh rahmat Allah
dan pada waktu setelah memperoleh rahmat tersebut. Sikap yang amat tercela ialah
berkeluh-kesah dan memohon pertolongan Allah pada waktu memperoleh kesusahan dan
kemudian mengingkari atau melupakan rahmat Allah setelah memperolehnya. 
Sedang sikap yang seharusnya ialah sabar dan tawakal serta memohon pertolongan Allah
pada waktu menghadapi kesukaran dan mensyukuri rahmat Allah setelah diperoleh
kebahagiaan. Mensyukuri rahmat Allah, tidak hanya dengan ucapan, melainkan yang
terpenting ialah melaksanakan dengan perbuatan. Sebab itu, apabila seseorang beroleh
kekuasaan, kemudian kekuasaan-Nya digunakan untuk berbuat kelaliman atau
memperkaya diri sendiri atas kerugian orang lain, maka ini berarti bahwa ia tidak
mensyukuri rahmat Allah yang diperolehnya, yaitu pangkat dan kekuasaan karenanya,
sepatutnyalah bila Allah menimpakan azab kepadanya. 
Di dalam ucapan kepada kaumnya, Nabi Musa a.s. memakai ungkapan "mudah mudahan".
Ia memakai ungkapan tersebut untuk tidak memastikan datangnya pertolongan dan rahmat
Allah kepada mereka. Sebab andai kata ia menggunakan ungkapan yang memastikan,
boleh jadi umatnya akan mengabaikan kewajiban kewajiban yang perlu mereka lakukan
untuk memperoleh pertolongan Allah, karena pertolongan Allah kepada hamba-Nya tidaklah
diberikan begitu saja, melainkan tergantung kepada usaha-usaha yang dilakukan umat
yang bersangkutan, misalnya: kesungguhan, disiplin, persatuan dan sebagainya.
Surah Sad 38:26

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan pengangkatan Nabi Daud sebagai penguasa, dan
pengangkatannya sebagai penegak hukum di kalangan rakyatnya. Allah SWT menjelaskan
dan menyatakan bahwa dia mengangkat Daud sebagai penguasa yang memerintah
kaumnya. Pengertian penguasa diungkapkan dengan khalifah, yang artinya pengganti,
adalah sebagai isyarat agar Daud dalam menjalankan kekuasaannya selalu dihiasi dengan
sopan santun yang baik, yang diridai Allah, dan dalam melaksanakan peraturan hendaknya
berpedoman kepada hidayah Allah. Dengan demikian sifat-sifat khalifah Allah tergambarlah
pada diri pribadinya. Maka rakyatya pun tentu akan menaati segala peraturannya dan
tingkah lakunya yang patut diteladani. 
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia menyuruh Daud agar memberi keputusan
terhadap perkara yang terjadi antara manusia dengan keputusan yang adil dengan
berpedoman pada wahyu yang diturunkan kepadanya. Dalam wahyu itu terdapat hukum
yang mengatur kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat. Dan
melarangnya memperturutkan hawa nafsunya dalam melaksanakan segala macam urusan
yang berhubungan dengan kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat. 
Dalam ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan pengangkatan Daud sebagai Rasul dan
tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang Rasul serta mengandung
pelajaran bagi para pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya. 
Pada akhir ayat Allah SWT menjelaskan akibat dari orang yang memperturutkan hawa nafsu
dan hukuman apa yang pantas dijatuhkan kepadanya. 
Memperturutkan hawa nafsu meyebabkan seorang kehilangan kesadaran. Dengan demikian
ia akan kehilangan kontrol pribadi, akhirnya sesatlah ia dari jalan yang diridai Allah.
Kemudian apabila kesesatan itu telah menyelubungi hati seseorang, lupalah ia akan
keyakinan yang melekat dalam hatinya bahwa di atas kekuasaannya masih ada yang lebih
berkuasa. Itulah sebabnya maka orang yang memperturutkan hawa nafsu itu diancam
dengan ancaman yang keras, yang akan mereka rasakan deritanya di hari pembalasan, hari
diperhitungkannya seluruh amal manusia guna diberi balasan yang setimpal.
Surah An Nisa 4:1

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia agar bertakwa kepada-Nya, Yang
memelihara manusia dan melimpahkan nikmat karunia-Nya. Dialah Yang menciptakan
manusia dari seorang diri yaitu Adam. Dengan demikian Adam adalah manusia pertama
yang dijadikan oleh Allah SWT. (Menurut Jumhur Mufassirin) 
Kemudian dari diri yang satu itu Allah menciptakan pula pasangannya yaitu Hawa. Dari
kedua Adam dan Hawa berkembang biaklah manusia. Kemudian sekali lagi Allah
memerintahkan kepada manusia untuk bertakwa kepada-Nya dan seringkali
mempergunakan nama-Nya dalam berdoa untuk memperoleh kebutuhannya. Menurut
kebiasaan orang Arab jahiliah bila menanyakan sesuatu atau meminta sesuatu kepada
orang lain mereka mengucapkan nama Allah. Dan juga Allah SWT memerintahkan supaya
manusia selalu memelihara silaturrahmi antara keluarga-dengan membuat kebaikan dan
kebajikan yang merupakan salah satu sarana pengikat silaturrahmi. Ketahuilah bahwa Allah
pengawas terhadap perbuatan manusia apakah ia telah memenuhi hak Allah dengan tulus
ikhlas atau tidak. 
Suarh Al Baqarah ayat 151-152

151

Dalam ayat ini diterangkan bahwa peralihan kiblat adalah-suatu nikmat, tetapi nikmat ini kelak akan disempurnakan
lagi. Tetapi di samping itu sudah ada nikmat yang paling besar, yaitu kedatangan Rasul itu sendiri. Dengan
berpegang teguh kepada ajaran yang dia bawa, derajatmu akan lebih baik lagi. Dari lembah jahiliyah dan kegelapan,
kamu dinaikkan Tuhan ke atas martabat yang tinggi, dengan ayat-ayat, dengan Kitab dan dengan hikmat. Dan tidak
cukup hingga itu saja, bahkan banyak lagi perkara-perkara yang tadinya tidak kamu ketahui, akan kamu ketahui juga
berkat bimbingan dan pimpinan Rasul itu.

Maka banyaklah soal-soal besar yang dulunya belum diketahui, kemudian jadi diketahui, berkat pimpinan Rasul.
Ada yang diketahui karena ditunjukkan oleh wahyu ilahi, seumpama kisah Nabi-nabi yang dahulu dan ummat yang
dibinasakan Tuhan lantaran menentang ajaran seorang Rasul. Dan ada soal soal besar yang diketahui setelah melalui
berbagai pengalaman, baik karena berperang ataupun karena berdamai. Dan diketahui juga beberapa rahasia yang
hanya diisyaratkan secara sedikit oleh al-Quran; lama kemudian baru diketahui artinya.

BerNabi, berQuran, berkiblat sendiri yang tertentu, kemudian disuruh berlomba-lomba berbuat kebajikan. Dan
tidaklah boleh takut atau berjiwa kecil menghadapi berbagai rintangan dan halangan. Dengan beginilah akan kamu
penuhi tugas yang ditentukan Tuhan sebagai ummat yang menempuh jalan tengah.

Dengan ini telah timbul satu ummat dengan cirinya yang tersendiri, untuk jadi pelopor menyembah Allah Yang Esa.
Ada orang yang hendak mencoba menimbulkan keraguan orang yang bukan Arab daripada isi ayat ini. Karena
disebutkan bahwa Allah mengutus seorang Rasul di antara kamu. Kata mereka, ayat ini menunjukkan bahwa beliau
hanya diutus kepada orang Arab, sebab yang dimaksud dengan karnu di sini ialah bangsa Arab.

Penafsiran yang seperti ini salah, ataupun disalah-artikan. Kalau difaham kan secara demikian, tentu batallah
maksud ayat-ayat yang lain, yang mengan dung seruan kepada Bani Adam, atau kepada al-Insan, atau kepada an-
Nas. Tentu batal pula ayat-ayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. diutus Tuhan adalah untuk Rahmat
bagi seluruh alam Rahmatan lil-`Alamin.

Tentu orang-orang sebagai Shuhaib yang berbangsa Rum, ataupun Salman yang berbangsa Persia tidak akan
menyambut seruan ini. Dan tentu Abdullah bin Salam orang Yahudi, atau Tamim ad-Dari dan Adi bin Hatim orang
Nasrani tidak masuk Islam.

Yang dirnaksud dengan di antara kamu di sini, bukanlah di antara orang Arab saja, atau di antara Quraisy saja,
melainkan lebih luas. Yaitu mengenai manusia seluruhnya. Nabi Muhammmad diutus dalam kaiangan manusia dan
dibangkitkan di antara manusia sendiri; bukan dia Malaikat yang diutus dari langit. Dengan sebab beliau diutus di
antara manusia, maka mudahlah bagi manusia meniru me-neladan sikap beliau.

152

Dalam ayat ini diterangkan bahwa peralihan kiblat adalah-suatu nikmat, tetapi nikmat ini kelak akan disempurnakan
lagi. Tetapi di samping itu sudah ada nikmat yang paling besar, yaitu kedatangan Rasul itu sendiri. Dengan
berpegang teguh kepada ajaran yang dia bawa, derajatmu akan lebih baik lagi. Dari lembah jahiliyah dan kegelapan,
kamu dinaikkan Tuhan ke atas martabat yang tinggi, dengan ayat-ayat, dengan Kitab dan dengan hikmat. Dan tidak
cukup hingga itu saja, bahkan banyak lagi perkara-perkara yang tadinya tidak kamu ketahui, akan kamu ketahui juga
berkat bimbingan dan pimpinan Rasul itu.

Maka banyaklah soal-soal besar yang dulunya belum diketahui, kemudian jadi diketahui, berkat pimpinan Rasul.
Ada yang diketahui karena ditunjukkan oleh wahyu ilahi, seumpama kisah Nabi-nabi yang dahulu dan ummat yang
dibinasakan Tuhan lantaran menentang ajaran seorang Rasul. Dan ada soal soal besar yang diketahui setelah melalui
berbagai pengalaman, baik karena berperang ataupun karena berdamai. Dan diketahui juga beberapa rahasia yang
hanya diisyaratkan secara sedikit oleh al-Quran; lama kemudian baru diketahui artinya.

BerNabi, berQuran, berkiblat sendiri yang tertentu, kemudian disuruh berlomba-lomba berbuat kebajikan. Dan
tidaklah boleh takut atau berjiwa kecil menghadapi berbagai rintangan dan halangan. Dengan beginilah akan kamu
penuhi tugas yang ditentukan Tuhan sebagai ummat yang menempuh jalan tengah.

Dengan ini telah timbul satu ummat dengan cirinya yang tersendiri, untuk jadi pelopor menyembah Allah Yang Esa.
Ada orang yang hendak mencoba menimbulkan keraguan orang yang bukan Arab daripada isi ayat ini. Karena
disebutkan bahwa Allah mengutus seorang Rasul di antara kamu. Kata mereka, ayat ini menunjukkan bahwa beliau
hanya diutus kepada orang Arab, sebab yang dimaksud dengan karnu di sini ialah bangsa Arab.

Penafsiran yang seperti ini salah, ataupun disalah-artikan. Kalau difaham kan secara demikian, tentu batallah
maksud ayat-ayat yang lain, yang mengan dung seruan kepada Bani Adam, atau kepada al-Insan, atau kepada an-
Nas. Tentu batal pula ayat-ayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. diutus Tuhan adalah untuk Rahmat
bagi seluruh alam Rahmatan lil-`Alamin.

Tentu orang-orang sebagai Shuhaib yang berbangsa Rum, ataupun Salman yang berbangsa Persia tidak akan
menyambut seruan ini. Dan tentu Abdullah bin Salam orang Yahudi, atau Tamim ad-Dari dan Adi bin Hatim orang
Nasrani tidak masuk Islam.

Yang dirnaksud dengan di antara kamu di sini, bukanlah di antara orang Arab saja, atau di antara Quraisy saja,
melainkan lebih luas. Yaitu mengenai manusia seluruhnya. Nabi Muhammmad diutus dalam kaiangan manusia dan
dibangkitkan di antara manusia sendiri; bukan dia Malaikat yang diutus dari langit. Dengan sebab beliau diutus di
antara manusia, maka mudahlah bagi manusia meniru me-neladan sikap beliau.

Bersyukurlah atas nikmat-nikmat yang Dia limpahkan, yaitu dengan jalan berterima-kasih dan mengucap syukur,
Ucapan itu bukan semata mata dengan mulut, melainkan terbukti dengan perbuatan.

Karena suatu nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi. Dan janganlah sampai berbudi
rendah, tidak mengingat terima kasih. Tidak syukur atas nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah
dianugerahkan Allah tidak disyukuri, mudah saja bagi Allah mencabutnya kembali, dan menghidupkan kita di dalam
gelap.

Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Qura'n sudah diwahyukan, hikmat sudah diajarkan dan kiblat
sudah terang pula, semuanya tidak akan ada artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur. Orang
yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan rnerasai nikmat Islam itu. Maka zikir dan
syukur, adalah dua pegangan teguh yang banyak diterangkan di dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.

Anda mungkin juga menyukai