Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Mengidentifikasi Sektor

dan Tanggungjawab Industri”. Penulisan makalah ini merupakan tugas

kelompok untuk mata pelajaran K3LH.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasakan masih banyaknya kendala

dan kekurangan, baik pada teknik penulisan maupun bahan materi yang telah

dikumpulkan, karena mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan, agar kami termotivasi

untuk penyusunan yang lebih baik dimasa yang akan dating.s

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber bacaan yang

berguna pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya kami. Semoga apa yang

menjadi tujuan dan harapan kami dapat tercapai, Amiin.

Sukabumi, 30 Oktober 2010

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semenjak runtuhnya rezim orde baru (orba), masyarakat bebas beraspirasi

dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia usaha (bisnis) di

Indonesia. Masyarakat semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial

terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku usaha untuk menjalankan

usahanya dengan semakin baik dan bertanggungjawab. Pelaku usaha tidak hanya

dituntut untuk memperoleh keuntungan (profit) dari lapangan usahanya,

melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi yang baik terhadap

lingkungan sosialnya.

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadararan

baru tentang pentingnya tangungjawab industri terhadap lingkungan sekitarnya

atau dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman tersebut

memberikan acuan bahwa perusahaan bukan lagi sebagai kumpulan orang dengan

kegiatan didalamnya (entitas) yang hanya mementingkan dirinya sehingga

tertutup dan terasing (alienasi) atau mengasingkan diri dari lingkungan

masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan sebuah kelompok usaha yang

diharuskan melakukan penyesuaian adat kebiasaan terhadap lingkungan

sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi industri

a. Pengertian industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau

barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual untuk

mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan (assembling), perbaikan (repairing),

pengangkutan (transportation), dan pariwisata (tourism) sebagian dari banyaknya

industri di Indonesia. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam

bentuk jasa.

b. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku

1. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya

diambil langsung dari alam sekitar, seperti pertanian, perkebunan,

perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain.

2. Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan bakunya didapat

dari tempat lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah

berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya, seperti

asuransi, perbankan, transportasi, pariwisata, dan lain-lain.


c. Jenis industri berdasarkan permodalan

1. Padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal

yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun

pembangunannya

2. Padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan pada

sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja (labor) dalam

pembangunan serta pengoperasiannya.

d. Jenis industri berdasarkan klasifikasi berdasarkan SK Menteri

Perindustrian No.19/M/I/1986

1. Industri kimia dasar, seperti industri semen, obat-obatan,

kertas, pupuk, dan sebagainya.

2. Industri mesin dan logam dasar seperti, industri pesawat

terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dan lain-lain.

3. Industri kecil seperti, industri roti, kompor minyak,

makanan ringan, es, minyak goreng curah, dan lain-lain.

4. Aneka industri seperti, industri pakaian, industri makanan,

minuman, dan lain-lain.

e. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

1. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah

karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.


2. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan /

tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau industri menengah adalah industri

yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99

orang.

4. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan /

tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

f. Jenis industri berdasakan pembagian/pemilihan lokasi

1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar

(market oriented industri) adalah industri yang didirikan sesuai

dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan

mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada.

Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.

2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga

kerja (man power oriented industry) adalah industri yang berada

pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis

industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk

lebih efektif dan efisien.

3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan

baku (supply oriented industry) adalah jenis industri yang

mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas

atau memotong biaya pengangkutan yang besar.


g. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan

1. Industri primer adalah industri yang barang-barang

produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih

dahulu, seperti hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan,

perikanan, dan sebagainya.

2. Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah

sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali,

seperti pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan

sebagainya.

3. Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya

berupa layanan jasa, seperti telekomunikasi, transportasi,

perawatan kesehatan, dan sebagainya.

2.2 Tanggungjawab sosial industri

Tanggungjawab sosial dewasa ini sudah menjadi bagian daripada

orientasi usaha. Prinsip ketergantungan dan manfaat bersama ternyata menjadi

landasan utama dalam penyelenggaraan atau implementasi program

tanggungjawab sosial. Terminologi Tanggungjawab Sosial (social responsibility)

sendiri terkait dengan banyak istilah.

Waddock dalam Meehan (2006) menjelaskan 9 istilah yang berkaitan

dengan tanggungjawab sosial: 1) corporate social responsibility (CSR),

2) corporate social perfomance (CSP), 3) alternative CSR3c, 4)


Corporate responsibility, 5) Stakeholder approcah, 6) Business ethics and

values, inclding nature-based values, 7) Boundary-spanning functions

including, 8) Corporate Community Involvement (CCI), dan 9) Corporate

Citizenship (CC).

Substansi daripada istilah ini dari masa ke masa mengalami perubahan.

Pada tahun 60an, tanggungjawab sosial lebih berintikan kegiatan amal (charity)

perusahaan kepada lingkungan yang mengambil berbagai bentuk, berbeda antara

satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Sudah tentu, model charity seperti itu

susah untuk dievaluasi manfaat dan dampaknya. Model piramida yang

dikembangkan Carrol sangat dominan dalam penjelasan tanggungjawab sosial,

Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang tanggungjawab sosial korporasi

dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah satu yang dominan

dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang dikembangkan yaitu

model pendekatan stakeholder. Model ini menjelaskan rinci peran pemangku

kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan. Dengan identifikasi peran dan

kepentingan, maka perusahaan dapat mengintegrasikannya ke dalam satu

pencapaian tujuan. Sementara Meehan sendiri lebih menggunakan model 3C-SR,

dimana inti dari 3C adalah Commitment, Consistency dan Connection, dan patut

dicatat tidak kedua model ini sesungguhnya berbeda pandangna, pada model 3C

lebih menekankan konsep yang kemudian diurut menjadi operasional.

Di Indonesia, masalah tanggungjawab sosial bisnis menjadi isu yang

belum terslesaikan dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun 2007, tentang

Perseroan Terbatas telah dinyatakan bahwa tanggungjawab Sosial adalah


bagian daripada tugas perseroan, oleh karena itu perseroan harus menyediakan

dana. Artinya komponen biaya tanggungjawab sosial bukan lagi didasarkan

kepada skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di awal perusahaan

telah diharuskan mencantumkan dana tanggungjawab sosial. Konsep ini

menjustifikasi anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat

pengesahan. Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan.

Selain aturan ini masih ada program lain bersifat insentif dan fasilitatif,

yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang

dimaksudkan untuk mendorong perusahaan peserta meningkatkan prestasi mereka

dalam program lingkungan hidup secara luas. Sesuai dengan prinsip dasar

PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup mendorong penataan perusahaan

dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan diseinsentif reputasi

dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai wujud dari pelaksanaan UU

Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2 tentang hak

masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan

terbuka, yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung.

Walau program ini tidak bisa disamakan dengan program tanggungjawab sosial,

karena kecenderungan pada program ini adalah masalah lingkungan.

Bersamaan dengan pandangan ini dikenal istilah stakeholder dalam

terminologi Indonesia dikenal sebagai pemangku kepentingan . Jadi kalau tuga

perusahaan pada awalnya adalah untuk menciptakan keuntungan kepada pemilik


saham (shareholder), maka tugas ini telah berobah menjadi memberikan manfaat

kepada stakeholder. Dari hasil penelusuran studi literatur diketahui bahwa banyak

penulis mengacu kepada pendapat Carol (1979) yang mengidentifikasi bahwa

tanggungjawab sosial perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2) legal, 3) ethical, 4)

diskresionary. Masing-masing tanggungjawab sosial ini dijelaskan sebagai

berikut (Jamali, D. 208)

1. Ekonomi mislanya berkaitan dengan menyediakan ROI kepada

pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil,

menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan

teknologi lanjutan, inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang

baru.

2. Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran

sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini masyarakat

mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang

diusungnya.

3. Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja

dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang

diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan

masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat,

menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana

bagi masyarakat.

4. Berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal

kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat.


Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan dengan pemangku

kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al. (2000)

laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard, menunjukkan

bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi:

pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang

berorienatasi keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan

perusahaan yang berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa

manajemen yang menerapkan visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder

daripada pemegang saham. Laporan ini senada dengan hasil penelitian tentang

Living Company (1997) dimana ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi

kepada pemangku kepentingan tetap berada pada hubungan yang harmonis

dengan lingkungan nya dengan tetap menjada hubungan kuat dengan

lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang diterima

perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat yang

berkelanjutan terhadap perusahaan .


BAB III
KESIMPULAN

Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sesuatu, menciptakan adanya

usaha dan berkembang menjadi industri. Banyaknya jenis industri merupakan

gambaran hidup keinginan manusia yang beraneka ragam.

Sebagai perwujudan keinginan manusia, Industri yang dibangun disuatu

tempat harus bisa menyesuaikan diri terhadap manusia lainnya atau lingkungan

sosial sekitarnya, karena manusia dan industri mempunyai keterikatan seperti

diatas disebutkan. Hubungan sosial yang baik antar manusia akan sangat

mendukung hubungan yang lainnya


TUGAS MAKALAH AKUNTANSI

MENGIDENTIFIKASI SEKTOR DAN TANGGUNGJAWAB


INDUSTRI

disusun oleh:

Ana Safriana
Anisa Yuliani
Irnawati Dewi
Nur Fitri Verawati
Silvia Putriani
Siska Aprilia
SMK PGRI 1 SUKABUMI
Jalan Pelabuhan II Cipoho Indah Sukabumi Telp. (0266) 224277

Anda mungkin juga menyukai