Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Muhammad Thoriq Bahri

NIM :09/283034/SP/23654

JURUSAN :HUBUNGAN INTERNASIONAL

REVIEW KAPITALISME GLOBAL

Sebuah bahan bacaan yang ditulis oleh Vedi R Hadiz lebih banyak mengatakan,gagalnya
kapitalisme sebagai sebuah system perekonomian yang selama ini dianut dan diterapkan oleh banyak
negara barat.Sejak beberapa tahun lampau,Negara-negara yang dimana kapitalisme itu berkembang
mulai merasakan efek negative dari system perekonomian yang sebenarnya sudah dianggap rapuh dan
tidak bisa mengakomodir kepentingan dari rakyat.Dimana ketamakan adalah unsur utama dari
kapitalisme ini.Ketamakan yang akan menjadi sebuah bibit panghancur bagi system kapitalisme itu
sendiri karena tidak adanya toleransi dan membuat persaingan yang menomorsatukan egoisme dan sifat
ingin memiliki yang berlebihan.Keruntuhan bank-bank yang dianggap teraman yang sekarang
melacurkan diri pada pemerintah cukup menjadi bukti dahsyatnya efek dari keruntuhan kapitalisme
ini,ribuan pekerja dan pensiunan yang kehilangan uangnya juga amat membuat kita sadar akan efek
negatif dari system kapitalis yang telah menjadi “tuhan”bagi perekonomian eropa dan amerika yang
semakin menurun dan akan hancur dengan sendirinya.Sangat fantastis memang,dari
Eropa,Asia,Australia,dan Amerika sebagai pusat dari kapitalisme ini juga mengalami sebuah goncangan
hebat,dimana perekonomian dilumat habis dalam waktu singkat.

Sebenarnya sudah ada sebuah buku yang ditulis untuk menganalisis kapitalisme yang terjadi di
eropa sekarang ini,dimana karl Marx adalah penulis dari buku tersebut.Beliau memberikan beberapa
analisis yang berkaitan dengan kapitalisme di eropa.Salah satu ketepatan pengamatan Marx adalah
bahwa keruntuhan kapitalisme akan terjadi langsung kepusatnya,seperti di Amerika yang merupakan
pusat dari kapitalisme dunia.Bila kita lihat krisis yang terjadi di Asia beberapa waktu lalu tidak begitu
terasa dampaknya,hal ini cukup memperihatkan ketajaman analisis Marx yang dimana Asia merupakan
daerah pinggiran sedangkan pusatnya adalah Amerika tentunya.Selain itu adanya penguburan-
penguburan hubungan social dimana saat ini manusia lebih memilih egoismenya amat mempengaruhi
hancurnya kapitalisme global ini,dimana kekuasaan dan hubungan antarbenda,sehingga harga barang
yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan tenaga yang dikeluarkan,dimana contohnya adalah penjualan
yang hanya ditentukan oleh secarik kertas yang mengatur harga dan kesepakatan dari perjanjian
penjualan tersebut,selain itu seorang tokoh ekonomi,Walden Bello,menulis bahwa terjadi pemisahan
ekonomi financial dengan ekonomi riil yang cenderung stagnan,dimana hal tersebut membuat ekonomi
financial tumbuh pesat tetapi amat berkebalikan dengan ekonomi riil yang berkembang amat lambat.

Hal ini amat berkebalikan dengan keadaan sepuluh tahun yang lalu dimana Negara-negara G-20
termasuk Indonesia didalamnya,Dimana baru-baru ini mengadakan sebuah pertemuan di London untuk
membahas sebuah kebijakan baru untuk memulihkan dampak keruntuhan kapitalisme yang telah
menghancurkan ekonomi global,dalam bentuk susunan langkah-langkah yang akan diambil oleh
masyarakat dunia dimana sebenarnya tujuan ,mereka adalah membuat rintangan-rintangan
perekonomian baru yang dimana bertujuan untuk menguntungkan mereka sendiri,yaitu agar Negara
lain diluar G-20 tetap bergantung pada mereka,seperti IMF yang mengeluarkan kebijakan yang tidak lain
bertujuan untuk membuat Negara-negara Asia dan Afrika tetap bergantung pada IMF dan sekutu-
sekutunya,tetapi Amerika latin menjadi pemenang utama dalam pertemuan G-20 ini,karena diberi kuasa
untuk menentukan jumlah dana yang akan dibutuhkan Negara-negara disana untuk bertahan dari krisis
ekonomi yang notabene adalah buatan manusia sendiri,selain itu sebenarnya kebijakan yang diterapkan
pada pertemuan G-20 ini amatlah mengecewakan bagi banyak pihak,karemna tidak transparannya pola
konsumsi dan produksi di Negara-negara maju.

Sedangkan dampak runtuhnya kapitalisme tersebut bagi Indonesia amatlah dahsyat dibandingkan
dengan Negara-negara lain yang ikut mengalami krisis ini,karena sebagian besar masyarakat Indonesia
masih awam dari hal bursa saham dan minimalnya masyarakat yang terkait dengan instrument ekonomi
global dimana dampaknya amatlah besar daripada krisis di tahun 1990-an.Walaupun sebagian
masyarakat Indonesia belum mengenal pasar saham,tetapi dampak yang yang ditimbulkan lebih
disebabkan oleh merosotnya permintaan ekspor yang juga mempengaruhi perekonomian
masyarakat,bahkan ekspor Indonesia pada Febuari 2009 merosot sebesar 28% ,dan berdampak langsung
pada merosotnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6%,sehinngga tinggal menyisakan
3%.Dampak lainnya adalah menambah angka kemiskinan dan pengangguran yang ada di Negara yang
notabene adalah Negara Gemah ripah loh jinawi ini.Tetapi krisis ini juga memunculkan kesadaran baru
yang dimana selama ini masyarakat indonesia menelan mentah-mantah pengetahuan ekonomi tanpa
melihat apa yang sebenarnya terjadi dalam perekonomian global yang semakin memburuk,bahkan
semakin menggunungnya utang luar negeri Indonesia,padahal solusi untuk keluar dari krisis adalah
mengurangi jumlah utang agar dapat terlepas dari jeratan IMF dan lembaga keuangan internasional
yang cenderung merugikan Indonesia.

Hutang yang semakin menumpuk akan membuat Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari belenggu
krisis yang menjerat dan membuat Indonesia tidak bisa bangkit dari keterpurukan ini.Berbagai fasilitas
social yang amat dibutuhkan oleh si miskin pun tidak bias terpenuhi dan akhirnya akan berdampak pada
kemunduran kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya.Selain itu,hal tersebut juga akan
mengganggu kemampuan pemerintah untuk berinvestasi secara lebih baik karena setiap investasi
digunakan untuk membayar hutang luar negeri yang menumpuk sejak jaman Suharto.Sehingga
Indonesia tidak bisa membatalkan sebagian maupun seluruh utang yang ada karena Indonesia sudah
ada dalam genggaman kapitalisme global yang sebenarnya memeiliki dampak buruk bagi perekonomian
dunia.Dampak kapitalisme ini membuat sebuah pemikiran tentang system perekonomian dimasa
lampau kembali mencuat ke permukaan,yaitu pemikiran John Mynard Keynes dimana sudah lama
terkubur beberapa decade terakhir ini,seakan-akan pemikiran dari Milton Freidman tentang
Monoteirisme dalam Chicago schoolnya yang amat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi tahun
1970an-1980an.

Seorang ahli ekonomi politik dari Flipina juga memberikan gambaran yang sama dengan
Keynes,beliau bernama Walden Wallo ,pandangan beliau adalah”dunia sejak decade 1980an mengalami
proses neoliberalism restruchturing dengan bentuk thatcherisme dinegara-negara maju di belahan
dunia utara.Sedangkan Margareth Trechter adalah seorang perdana menteri Inggris yang mengubur
dalam-dalam welfare state yang berdiri di negaranya dan sikapnya sangat anti serikat buruh,sedangkan
Negara yang lebih terbelakang system ekonominya cenderung dikontrol oleh IMF dan hanya dijadikan
sebuah boneka ekonomi.Indonesia sendiri mencapai sebuah tingkat kemakmuran dikarenakan adanya
boom minyak ditahun 1970an,dimana setelah berakhirnya hal tersebut Indonesia mengganti sitem
ekonomi menjadi deregulasi pada tahun 1980an>Dampak dari kebijakan tersebut Indonesia menjadi
lebih kokoh hubungannya dengan berbagai Negara didunia,tetapi dampak negatifnya adalah semakin
menumpuknya utang luar negeri karena Indonesia merasa memiliki kemudahan dalam melakukan
transaksi utang diluar negeri.Sedangkan rekontruksi ala neoliberal lebih mengaggap kaum kaya akan
menginvestasikan uangnya dan meningkatkan perekonomian Negara,padahal kenyataanya mereka
cenderung membuat spekulasi yang menyebebkan krisis seperti sekarang ini,kesimpulannya Negara
harus tetap mengontrol perekonomian secara keseluruhan dan berkala agar tak terjadi monopoli oleh
perusahaan swasta yang cenderung merugikan Negara dan rakyat.Dimana Negara perlu membuat
sebuah kebijakan yang menyelamatkan perekonomian dengan mengurangi monopoli swasta walaupun
hal tersebut cukup membuat perusahaan yang berkaitan terlukai,tetapi kebijakan tersebut diambil
dengan tujuan menyelamatkan perekonomian dalam skala yang lebih besar.

Peran Negara yang amat vital dalam menyelamatkan ekonomi dapat kita lihat di Negara Amerika
Serikat pada tahun 1930an yang dimana para investor diambil alih oleh Negara segala hak dan
kewajibannya agar bisa membuat Negara terlepas dari krisis yang berkepanjangan,dimana dalam hal ini
kita bisa melihat sebuah solusi baru untuk menyelamatkan diri dari dampak kapitalisme dengan teori
yang menjadi pandangan Karl Marx dan Keynes,walaupun kedua teori tersebut telah diciptakan jauh
sebelum masa krisis kapitalisme terjadi dan menghancurkan perekonomian dunia saat ini,sekaligus
menghancurkan benteng ideology yang dimana memandang kapitalisme sebagai system perekonomian
terbaik yang pernah diciptakan,selain itu akan terdapat regionalism yang dimana ,mereka akan lebih
memikirkan Negara sendiri daripada Negara lain,contohnya adalah Negara Eropa yang akan menentang
amerika demi menyelamatkan perekonomian negaranya.

Sedangkan di Indonesia sendiri semua dimulai dari pada saat boom minyak dimana Negara
memanfaatkannya untuk menggeser peran para konglomerat dan swasta yangh kadang ikut
menentukan kebijakan ekonomi Indonesia.Tetapi Indonesia setelah itu malah memilih kebijakan
deregulasi dimana dengan kebijakan deregulasi itu membuat Indonesia dipuji oleh bank dunia,yang
sebenarnya bank dunia hanya menginginkan Indonesia untuk terus bergantung pada IMF dan World
Bank,selain itu kebijakan tersebut juga membuat bank-bank dapat digunakan sebagai sapi perahan para
konglomerat demi mengembangkan kepentingan pribadinya tanpa mengindahka peraturan perbankan
yang ada,dimana dapat kita lihat sekarang ini hutang Indonesia yang semakinmenumpuk dan tak
terkendali,bisakah suatu saat nanti Indonesia bebas hutang?.

Anda mungkin juga menyukai