PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-
tiba,dimana kehilangan pendengaran 30 dB atau lebih pada 3 frekuensi
audiometrik yang berdekatan dan telah berlangsung selama kurang dari 3 hari.
Ketulian mendadak adalah suatu keadaan kegawatdaruratan otology dengan
diagnosa serta pengobatan yang belum diketahui secara pasti. Pertama kali
dikemukakan oleh De Klevn pada tahun 1944.
Ketulian mendadak umumnya ditujukan pada ketuliansensorineural murni.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketulian mendadak, tapi sebagian
besar kasus rata-rata idiopatik. Dilaporkan pula etiologi dari ketulian mendadak
hanya dapat ditegakkan pada 10 % kasus tersebut. Dugaan penyebab ketulian
mendadak idiopatik antara lain infeksi virus, imunologis, kelainan vaskuler dan
ruptur membran intra troklearis. Namun tidak satupun diantaranya yang dapat
menjelaskan dengan pasti proses patofisiologi dari ketulian mendadak idiopatik.
Kira-kira dari 15.000 laporan kasus ketulian mendadak diseluruh dunia
setiap tahunnya 4000 diantaranya terjadi di AS. 1 dari 10.000 -15.000 orang akan
mengalami hal ini, dimana insiden tertinggi antara usia 50-60 tahun. Sedangkan
insiden terendah antara usia 20-30 tahun. 2 % dari pasien ketulian mendadak
tersebut sifatnya bilateral dan insidennya sama antara pria dan wanita. Penyebab
pasti kadang sulit untuk diketahui umumnya diakibatkan gangguan pada saraf
telinga (pada rumah siput/koklea) ,oleh berbagai hal seperti trauma kepala, bising
yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan adanya kelainan darah,
autoimun, obat autotoksik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami serta mendapatkan
pemecahan masalah mengenai trauma pada telinga.
2. Tujuan Khusus
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan
trauma telinga.?
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga, bagian ini disebut pars flaksida sedangkan bagian bawah pars tensa
(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjola bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai
2) Frostbite
a) Etiologi
Sengatan pada suhu yang dingin pada aurikula timbul dengan cepat pada
lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat.
b) Gambaran klinis
Sengatan pada suhu yang dingin pada aurikula timbul dengan cepat pada
lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat. Sehingga
mengalami Vasokontriksi hebat pembuluh darah telinga bagian luar yang di
ikuti priode dilatasi yang berlangsung lebih lama.
c) Pengobatan/penatalaksanaan
• Pemanasan yang cepat 100-108 F/ tidak > 37 C.
• Berikan analgesik
• Jika menimbulkan infeksi yang nyata secara klinis, berikan antibiotic.
3) Hematoma
a) Etiologi
Gumpalan darah yang diakibatkan oleh luka dalam yang sering terjadi
pada petinju dan pegulat.
b) Gambaran klinis
Jika terjadi penimbunan darah di daerah yang cedera tersebut, maka akan
terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu
kemerahan.
Darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga.
Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada
pegulat dan petinju.
c) Penatalaksanaan
Untuk membuang hematoma, biasanya digunakan alat penghisap dan
penghisapan dilakukan sampai hematoma betul-betul sudah tidak ada lagi
(biasanya selama 3-7 hari). Dengan pengobatan, kulit dan perikondrium
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA TELINGA
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dan
diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan
dengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-
lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan
memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi
keluhan.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ;
1) Apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini ?.
2) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi,
kejang ?,
3) Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan benda asing yang
dapat mengakibatkan lesi (luka) ?
4) Bagaima klien mengobati luka tersebut pada telinga ?
5) Apakah pernah menggunakan obat tetes telinga atau salep?
6) Apakah pernah keluar cairan dari dalam telinga ?
7) Bagaimana karakteristik dari cairannya (warna, bentuk, dan bau) ?
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti
klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatus
auditorius eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga,
penumpukan serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk halus, serta adanya
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b/d proses inflamasi
2. Gangguan sensori persepsi : pendengaran b/d adanya benjolan atau furunkel
3. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan
C. Intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adams, George L. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
Fakultas Universitas Indonesia. 1990. Buku Ajar ilmu Penyakit THT. Jakarta:
Balai penerbit FKUI.
Iskandar, Nurbaiti. 1993. Apa yang perlu diketahui Tentang Penyakit THT.
Jakarta: FKUI.
Iskandar, Nurbaiti. 1993. Ilmu Penyakit THT untuk Perawat. FKUI. Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyah. 1995. Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok. Jakarta:
FKUI.