Pandangan Islam
Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullaahu
1. Kisah yang dibenarkan oleh Islam, maka hal tersebut adaah haq.
Contohnya: Imam Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayaAtkan dari Ibnu Mas’ud
radhiyallaahu ‘anhu, dia mengatakan: “Datang salah seorang pendeta Yahudi
kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: ‘Wahai
Muhammad, sesungguhnya kami menjumpai (dalam kitab suci kami, pent.) bahwa
Allah ‘Azza wa Jalla akan meletakkan semua langit di atas satu jari, semua bumi
di atas satu jari, pohon-pohon di atas satu jari, air di atas satu jari, tanah di atas
satu jari dan seluruh makhluk di atas satu jari, maka Allah berfirman: ‘Akulah
Raja.’’ Mendengar hal tersebut, tertawalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
sehingga nampak gigi-gigi geraham beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena
membenarkan ucapan pendeta Yahudi itu. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi
wa sallam membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla:
عّما
َ حاَنُه َوَتَعاَلى
َ سْب
ُ ۚ ت ِبَيِمْيِنِه
ٌ طِوّيا
ْ ت َم
ُ سَماَوا
ّ ضُتُه َيْوَم اْلِقَياَمِة َوال
َ جِمْيًعا َقْب
َ ض
ُ لْر
َ ق َقْدِرِه َوا
ّح
َ ل
َ َوَما َقَدُروا ا
َ شِرُكو
ن ْ ُي
2. Kisah yang diingkari oleh Islam dan dipersaksikan bahwa kisah tersebut
adalah dista, maka ini adalah bathil. Contohnya, Imam Bukhari meriwayatkan
dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: “Dahulu orang Yahudi apabila
‘mendatangi’ istrinya dari belakang berkata: ‘Anaknya nanti bermata juling’,
maka turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla:
شْئُتْم
ِ حْرَثُكْم َأّنى
َ ث ّلُكْم َفْأُتوا
ٌ حْر
َ ساُؤُكْم
َ ِن
Bercerita dengan kabar seperti ini boleh apabila tidak ditakutkan menyebabkan
terjatuhnya seseorang ke dalam larangan, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallambersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat dan tidak mengapa
kalian menceritakan tentang Bani Israil. Barangsiapa sengaja berdusta atas
namaku maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-
Bukhari)
Kebanyakan berita yang diriwayatkan dari Ahlul Kitab dalam hal ini tidak
mempunyai manfaat untuk urusan agama, seperti penetuan warna anjing
Ashhabul Kahfi dan yang lainnya.
Adapun bertanya kepada Ahlul Kitab tentang suatu perkara agama maka
hukumnya haram, berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dari Jabir bin ‘Abdillahradhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda:“Jangan kalian bertanya sesuatu kepada Ahlul Kitab
karena mereka tidak akan memberi petunjuk bagi kalian dan sungguh mereka
telah tersesat, karena bisa jadi kalian akan membenarkan sesuatu yang batil
atau mendustakan yang haq. Seandainya Musa ‘alaihis salaam hidup di antara
kalian, maka tidak halal baginya kecuali mengikutiku.”
Para ulama terutama ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam menyikapi berita-
beritaisrailiyat, mereka terbagi menjadi tiga kelompok:
3. Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan kisah-kisah ini lalu ada ulama
yang mengkritik sebagian riwayatnya bahwa itu dhaif atau mungkar. Contohnya
Ibnu Katsir.
4. Di antara mereka ada yang berlebihan dalam menolak kisah-kisah israiliyat dan
sama sekali tidak menyebutkan dalam kitab tafsir Al-Qur’an-nya. Contohnya
Muhammad Rasyid Ridha.
Footnote:
[1] Ini bahasa kiasan yang sering dipakai ulama kita bagi seorang yang menempuh
langkah atau bicara asal-asalan yang akan membahayakan dirinya, sebab malam
gelap boleh jadi dia mengambil ular sedangkan dikiranya kayu bakar,
wallahu a’lam, ed.