Anda di halaman 1dari 13

Studi Polusi Udara Di Kota Shanghai Menggunakan

Teknik Analisis Nuklir

Oleh :

Nama : Haris Kusaeri

NIM : 061810301102

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2010
BAB I

Pendahuluan

Polusi udara saat ini sangat serius difokuskan perhatiannya karena efeknya
yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Sebagaimana telah diketahui, partikel
yang terhirup PM10 (diameter aerodinamis partikel <10 m) dan PM2.5 mempunyai
dampak serius bagi kesehatan manusia. Partikulat materi yang berukuran lebih
kecil, dimana masuk lebih dalam ke dalam paru-paru menjadi masalah tersendiri.
PM2.5 yaitu partikulat materi (PM) yang ukurannya dibawah 2.5 m, dapat
menjangkau gelembung paru-paru dan aliran darah. Konsekuensi dari hal tersebut
diatas yaitu dapat menyebabkan sakit pada paru-paru dan penyakit batang
tenggorok yang dikenal sebagai penyakit epidemiological. Meningkatnya
kematian dan keadaan tidak sehat yang mengakibatkan komplikasi saluran paru-
paru, sangat berhubungan dengan tingkat konsentrasi partikulat di lingkungan.
Hal itu telah dilaporkan bahwa tingkat kematian meningkat 1.28% saat
konsentrasi PM2.5 meningkat 1.26 g/m3 pada enam kota di USA.

Beberapa logam berat dalam PM dapat menyebabkan penyakit tertentu,


sebagai contoh timbal yang terkandung dalam PM2.5 atau PM10 mempengaruhi
anak-anak, bahkan janin, masalah pembelajaran dan mengurangi tingkat IQ. Hal
ini telah dilaporkan bahwa tingkat IQ menurun 4-7 poin dengan meningkatnya 10
g/100mL kandungan timbal dalam darah. Anemia dan gangguan syaraf pada
anak-anak seperti keterlambatan mental dan kacaunya perilaku dapat dihubungkan
dengan banyaknya timbal yang masuk dalam tubuh. Oleh karena itu sangat
penting mempelajari PM (partikulat matter).

Shanghai merupakan kota industri dan perdagangan paling besar di China,


memiliki populasi 19 juta orang dan 2.5 kendaraan. Sehingga kualitas udara di
daerah ini mendapat banyak perhatian. Ada banyak metoda yang dapat digunakan
untuk mempelajari PM. Jika dibandingkan dengan metaoda lain, metoda analisa
teknik nuklir lebih sensitif dan tidak bersifat merusak. Berdasar pada akselerasi,
keberadaan partikel terinduksi emisi sinarX (particle-induced X-ray
emission/PIXE), -PIXE, struktur halus absorpsi sinarX (X-ray absorption fine
structure/XAFS) dan flourosensi sinarX (X-ray flourescene/XRF). Spektroskopi
Mӧssbauer dan metode radiosiotop labelling adalah metode teknik analisis nuklir
lainnya.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Teknik-Teknik Analisa Nuklir

2.1.1 PIXE, -PIXE Dan Sidik Jari

Emisi sinarX partikel terinduksi merupakan metode analisa nuklir yang


bermanfaat untuk analisa trace elemen. Berkas sinar proton dari sedikit MeV
(million electron volts) sering digunakan untuk menghasilkan karakteristik sinarX
dari atom sampel dengan pengawasan, untuk menganalisis secara kuantitas
elemen sampel dengan spektra sinarX. Berkas sinar proton dapat difokuskan
menjadi ukuran m sebagai proton microprobe atau -PIXE. Dalam eksperimen
ini, analisis elemen partikel PM10 telah dilakukan oleh SINAP pada 4UH pelletron
akselerator dengan proton micropobe-nya yang meliputi sistem pembangkit
microbeam dan sistem komputer SUN-S10 berbasis MPSYS akuisisi data. Suatu
detektor Si atau Li (ORTEC) dengan resolusi energi sebesar 150 eV sampai 5.9
keV dan area permukaan aktif seluas 70 mm2 yang digunakan untuk menangkap
sinarX. Proton dari 3 MeV difokuskan pada spot area seluas 1 m dengan rata-
rata 100-200 pA arus berkas cahaya, 30 nC sumber berkas cahaya yang
dibutuhkan untuk pemisahan sampel PM10, dimana dapat dikarakterisasi
berdasarkan spektra -PIXE yang didapat selama terekamnya sidik jari sampel.

Gambar 1. menunjukkan spektra khusus -PIXE dari partikel tunggal


PM10 dari pembakaran batubara, pabrik besi baja, pembebasan timbal dari sistem
pembakaran kendaraan berturut-turut. Suatu algoritma pattern recognition (PR)
telah digunakan untuk mengidenifikasi sumber asli partikel PM10 dengan
memisahkan beberapa ribu partikel PM10 dari lokasi monitoring dan sumber emisi
secara berturut-turut. Menurut algoritma PR, spektra -PIXE dapat diperlakukan
sebagai n-komponen vektor kolom dalam suatu n-dimensi ruang Euclidean. Jika
sudut Euclidean antara dua vektor spektra cukup kecil, maka kedua spektra -
PIXE dianggap sama. Fungsi diskriminatif-nya dapat dituliskan sebagai :
Cos  = ⃗
X ’ ⃗ X ’ ⃗
Y /[(⃗ Y’  ⃗
X )(⃗ Y )]1/2

Dimana :

X ’ dan ⃗
⃗ Y ’ adalah transposisi dari ⃗
X dan ⃗
Y berturut-turut

Tingkat kesamaan dari dua spektra -PIXE ditunjukkan dengan cos ,


dimana mendekati 1 atau 2 spektra yang memiliki bentuk sama.

2.1.2 Spektroskopi XAFS

XAFS merupakan teknik yang sangat bagus untuk mempelajari spesies-


spesies kimia. Sebuah atom memiliki tepi serapan sinarX dan peebedaannya
dengan spesies kimia lain dari suatu unsur dengan membedakan struktur halus
pada tepi spektra serapannya karena gangguan antar unsur sangat kecil. XAFS
dilakukan pada fasilitas radiasi synchroton yang menyediakan intensitas tinggi
sinarX monokromatik sehingga dapat diselesaikan secara konvensional dengan
hasil yang presisinya tinggi.

Studi XAFS pada eksperimen ini telah diselenggarakan oleh BSRF


(Beijing Synchroton Radiation Facility) yang menjalankan berkas elektron sampai
2.2 GeV dalam energi yang ada dalam ruang penyimpan dengan rata-rata arus
berkas elektron sampai 100 mA. XANES (X-rays absorption near-edge structure)
spektra dari atom S, Cr, Mn, Zn dan Pb yang terkandung dalam PM dipisahkan
pada XAFS station dengan kristal monokromator Si(III) dobel, dengan sinarX
monokromatik pada tiap unsur dapat dipisahkan berdasarkan tingkat energi
absorpsi-nya. Sekitar 200 pemisahan unsur telah selesai dilakukan berdasarkan
tingkat energi dan pada tiap pemisahan hanya membutuhkan waktu 3-4 detik.

2.1.3 Spektroskopi Mӧssbouer

Emisi bebas hentakan balik dan resonansi absorpsi dari sinar gamma
nuklir pada media padat telah ditemukan oleh Rudolf L. Mossbouer selama masa
kerja setelah lulus di Heidelberg pada tahun 1957. Peristiwa ini dikenal sebagai
efek Mossbouer mulai saat itu. Lebar garis spektrum yang ditemukan pada
spektroskopi Mossbouer hampir tepat dengan prediksi wktu hidup di suatu
wilayah, dibandingkan dengan karakteristik lebar garis yang lebih besar ketika
nukleus menghentak-balik secara individu. Oleh karena itu, resolusi energi

spektroskopi mossbouer sangat tinggi (∆E/E=10-13-10-15) ini dapat mendeteksi


perubahan energi sinarX yang berkaitan dengan materi kimia maupun fisik di
sekitar resonansi inti.

Spektroskopi Mossbouer merupakan alat yang berguna untuk mempelajari


struktur kristal, spesi kimia bermuatan pada ion atau senyawa, medan kristal
57
internal dan momen dipol. Inti Fe dengan 14.4 keV garis transisi adalh isotop
yang umum digunakan. Studi yang telah dilakukan yaitu ukuran partikel besi,
kimia valensi besi, senyawa besi dengan konsentrasi dalam PM sangat bagus
dianalisis dengan metode ini.

2.2 Metode Radioisotop Labelling

Metode dengan menggunakan radioisotop untuk me-replace atau me-link


atom lain dalam molekul atau senyawa biasa disebut radioisotop labelling.
Radioisotop labelling adalah suatu cara yang unik untuk merunut jejak suatu
molekul dalam sel atau organisme. Tingkat sensitivitasnya yang tinggi karena
125
hanya sinarX dengan energi yang terbatas yang terdeteksi. I yang memiliki
waktu paruh 65 hari dan energi sinar gamma sebesar 27.5 keV secara ekstensive
digunakan dalam radioimunoassay.

BAB III
Metode Dan Aplikasi Sebagian Kecil Sampel

3.1 Spesiasi Unsur-Unsur Di Atmosfer Dalam Pertikulat Matter


Menggunakan XANES

Sebagaimana telah diketahui pengaruh partikulat matter (PM) di atmosfer


dengan kesehatan manusia tidak hanya berhubungan dengan konsentrasi
unsurnya, tetapi lebih kuat berkaitan dengan spesies kimianya. Sebagai contoh,
toksisitas dari Cr dan As tergantung pada besarnya tingkat oksidasi, Cr(VI) dan
As(III) lebih beracun dibandingkan Cr(III) dan As(V). Studi tentang spesiasi
unsur, kemudian dapat membantu untuk memahami mekanisme penyebab suatu
penyakit oleh PM. Disini ditunjukkan spesiasi dari Cr, Mn, Cu dan Zn dalam
PM10 dan PM2.5 dikumpulkan dari dua tempat di Shanghai, satu di Wusong (Ws),
sebuah daerah pabrik besi baja dan tempat satunya di Nanhui (NH), sebuah daerah
pertanian. Sampel diambil menggunakan penjerab udara pada kecepatan 5-15
L/min selama 24 jam untuk tiap sampel. Partikulat matter dijerat pada millipore
filter dengan diameter 47 mm.
Gambar 2. Menunjukkan spektra XANES dari Cr, Mn, Cu dan Zn diambil
dari PM dan dibandingkan dengan unsur acuan. Gambar 2A, menunjukkan
spektra XANES atom Cr ditemukan bahwa spektra dari material acuan CrO3
(Cr(VI)) muncul puncak yang halus dan ini menunjukkan karakter Cr(VI),
berbeda dengan spektra bentuk puncak Cr(III). Spektra XANES dari dua PM
sampel tidak memiliki karakter puncak khusus dari Cr(VI) dan hampir sama
dengan Cr2O3, jadi tingkat oksidasi Cr dalam PM seperti trivalen. Sementara itu
spektra XANES dari sampel lebih mirip dengan kromat, oleh karena itu
komponen Cr dalam sampel mungkin kromat atau oksida kromat.

Gambar 2B, menunjukkan spektra XANES dari Mn, spektra acuannya dari
material MnO2 (Mn(IV)) memiliki karakteristik puncak pre-edge dan berbeda
dengan material acuan lainnya MnSO4|2O (Mn(II)). Spektra dari dua PM sampel
lebih mirip dengan MnSO4|5H2O. Oleh karena itu Mn dalam PM terutama ada
sebagai bivalen yaitu sulfat atau senyawa lain Mn(II).

Gambar 2C, menunjukkan spektra XANES dari Cu, ada perbedaan antara
dua senyawa acuan Cu2O (Cu(I)) dan CuO (Cu(II)). Spektra Cu2O memiliki
puncak pre-edge yang jelas dan bentukny mirip dengan spektra CuO, jadi Cu
dalam sampel terutama ada sebagai bivalen.

Gambar 2D menunjukkan spektra dari Zn, spektra Zn pada PM 2.5 sampel


sangat mirip dengan senyawa acuan ZnSO4|7H2O dan berbeda dengan ZnO, jadi
di dalam sampel terutama mungkin ada sebagai sulfat.

3.2 Studi Polusi Udara Menggunakan Spektroskopi Mossbouer Pada Tiga


Tempat Spesial Di Shanghai

Dalam rangka mengetahui perbedaan karakter dari kendaraan yang


menjadi sumber emisi, dipilih setiap 3 km dipilih sebuah model kendaraan
berturut-turut. PM10 dikumpulkan dari terowongan pendek, pintu masuk dan area
terbuka (500m dari pintu masuk). Sampel dipisahkan menggunakan spektroskopi
Mossbouer pada 293K dan 15K berturut-turut. Pemisahan Mossbouer telah
50
dilakukan di geometri transmisi dengan akselerasi konstan. Co (Pd) telah
digunakan sebagai sumber Mossbouer dan 1mm suatu scintillator Na(Ti)
berpasangan, photoelectric EMI19750B digunakan sebagai detektor. Data
eksperimen diolah dengan least-squares fitting program.

Gambar 3, menunjukkan spektra Mossbouer diambil pada 293K dan 15K


dari terowongan pendek, pintu masuk dan area terbuka. Ditemukan spektra yang
terambil pada perbedaan temperatur memberikan perbedaan yang jelas. Spektra
pada 15K menampakkan pemisahan yang halus dari enam splitting yang lebih
kuat daripada 293K. Hal ini menunjukkan bahwa partikel yang mengandung PM
sangat kecil, menunjukkan perilaku superparamagnetikpada RT dan
ferromagnetik pada 15K. Seperti perilaku partikel yang ditunjukkan spekra
Mossbouer khususnya ultrafine ferromagnetik atau antiferromagnetik dari
partikel.

Spektra Mossbouer telah dicoba pada dua Doublets (quadrapole splitting


QS) dan dua sextet magnetik pada RT, dan satu sextet lainnya ditambahkan pada
15K. Hasilnya ditunjukkan tabel 1, ditemukan bahwa intensitas komponen
doublet (D2) dan M1 tidak berubah dengan tempat dan temperatur. M1 memiliki
IS dan magnetik hiperfine field (Hf) yaitu 0.40 mm/s dan 51.4 T pada RT berturut-
turut. Komponen ini mungkin dikontribusi oleh -Fe2O3 (hematit). Doublet (D2)
yang memiliki IS= 0.36 mm/s dan QS= 0.68 mm/s pada suhu ruangan, dinaikkan
menjadi doublet dengan IS= 0.42 mm/s dan QS= 0.67 mm/s dan secara parsial
magnetik komponen M2 memiliki tiga magnetik hiperfine spliting dengan Hf=
51.4 pada 15K. Telah diketahui bahwa Fe3O4 (magnetit) dapat lebih mudah
mengalami splitting menjadi tiga sextet dari dua sextet pada suhu rendah karena
adanya transisi Verwey. Penggabungan dengan nilai IS dan Hf yang teramati,
dapat ditentukan komponen M2 sebagai Fe3O4. Kenyataannya bahwa bagian dari
intensitas D2 dipindahkan ke Fe3O4 pada 15K.

Berdasarkan tabel 1, dapat dipilih (relative fraction) atau daerah hematit


lebih dekat dan relatif sama pada 3 daerah pengambilan sampel, yaitu 33%, 42%
dan 44% dari terowongan pendek, pintu keluar dan area terbuka. Selengkapnya
dapat diamati pada tabel 1berikut :
3.3 Distribusi Sumber Pencemar Timbal Di Atmosfer Dalam Partikel Aerosol
Di Shanghai

Daerah kerja pada 19 tempat monitoring (gambar 4), merupakan daerah


pemukiman penduduk dan termasuk daerah industri, area pemerintahan dan area
lalu lintas padat. Sampel aerosol dikumpulkan selama musim dingin dan musim
panas pada 2003-2004. Identifikasi sumber asli dari partikel PM10 telah dilakukan
dengan -PIXE dan runutan sidik jari. Konsentrasi Pb di atmosfer dan rasio isotop
207
timbal Pb/206Pb serta 208
Pb/206Pb telah ditentukan dengan ICP-MS (inductively
coupled plasma-mass spectrometry).

Konsentrasi rata-rata timbal PM10 dari 19 tempat monitoring dan rata-rata


persentase kontribusi tiap sumber emisi partikel dari GC dan WS ditunjukkan
tabel 2, berikut :
Kontribusi dari semen dan tanah sebesar 2% dan 15% berturut-turut,
berdasarkan analisis ICP-MS, konsentrasi timbal di 14 sampel produk semen
tersedia di Shanghai dan rata-rata 103 g/g. Sementara konsentrasi timbal di
sampel tanah dari 6 tempat monitoring selama tahun 2004 rata-rata 11.7 g/g.
Kandungan lebih rendah yaitu semen dan tanah yang berkonribusi pada timbulnya
partikel timbal di udara, sementara pembakaran batubara, debu peleburan logam
dan buangan kendaraan yang mungkin berkontibusi sangat besar dalam polusi
timbal di atmosfer Shanghai.

Anda mungkin juga menyukai