Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III

FARMAKOTERAPI HEMATOLOGI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK C-2
1. Ikhwan Yuda K G1F007065
2. Farikhah Arinda R G1F007066
3. Anggraeni Restu P G1F007067
4. Fitri Fauziyah Hayati G1F007068
5. Lina Nurfadhila G1F007069
6. Lia Ruby F G1F007070
7. Rizki Khotimah G1F007071
8. Resti Susanti G1F007072
9. Wahyu Indra A G1F007073
10. Intan Mega G1F007074
11. Toix Nur Arifiani G1F007075
12. Mega Sekar L G1F007076

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2010
FARMAKOTERAPI HEMATOLOGI

A. KASUS
Inisial : Ny. B
Umur : 35 tahun
RPD :-
RO :-
R. Alergi : -
Keluhan : Sudah sekitar sebulan merasa nyeri di sendi, seluruh organ menjadi sakit.
Sering mengalami demam. Terjadi kelelahan yang berkepanjangan. Menjadi
sensitive terhadap cahaya. Ny. B juga mengalami kerontokan rambut.

DIAGNOSA :
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

PERTANYAAN
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, susunlah terapi farmakologi, non
farmakologi, monitoring dan evaluasi pada Ny. B!

B. DATA BASE PASIEN


Subyektif
Inisial : Ny. B
Umur : 35 tahun
RPD :-
RO :-
R. Alergi : -
Keluhan : Sudah sekitar sebulan merasa nyeri di sendi, seluruh organ menjadi sakit.
Sering mengalami demam. Terjadi kelelahan yang berkepanjangan. Menjadi
sensitive terhadap cahaya. Ny. B juga mengalami kerontokan rambut.

C. DATA KLINIK DAN LABORATORIUM


Obyektif
- Fluorescent Antinuclear Antibodies (ANA) positif.
- Ditemukan protein dalam urin.
D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
 Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Patofisiologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Penyakit Lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak
sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit
Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Awalnya penderita
penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi.
Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan,
rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit lupus adalah
penyakit sistem daya tahan, atau penyakit autoimun, artinya tubuh pasien lupus membentuk
antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah
merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri
ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang terjadi karena
produksi antibodi terhadap komponen inti sel tubuh sendiri yang berkaitan dengan manifestasi
klinik yang sangat luas pada satu atau beberapa organ tubuh, dan ditandai oleh inflamasi luas
pada pembuluh darah dan jaringan ikat, bersifat episodik diselangi episode remisi dan
eksaserbasi, serta bersifat kronis dan ada kalanya progresif.
Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus-menerus, dengan
kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan akibat proses radang yang
ditimbulkannya. Gejala utama Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah kelemahan umum,
anoreksia, rasa mual, demam, dan kehilangan berat badan. Sekitar 80% kelainan melibatkan
jaringan persendian, kulit, dan darah; 30–50% menyebabkan kelainan ginjal, jantung dan
sistem saraf; serta 10–30% menyebabkan trombosis arteri dan vena yang berhubungan dengan
antibodi antikardiolipin 1,2,4,5.
Manifestasi klinis SLE pada sistem saraf dapat berupa neuropsikiatrik psikosis, kejang,
stroke, kelumpuhan saraf kranial, maupun mielopati. Angka kejadian mielopati transversa
pada SLE sekitar 1-2 %, sedangkan insiden kejadian mielopati transversa pada populasi umum
1,34/satu juta. Prevalensi SLE di antara etnik adalah wanita kulit hitam 1: 250, wanita kulit
putih 1: 4300, dan wanita cina 1 : 10001.
Penyebab dan mekanisme terjadinya systemic lupus erythematosus (SLE) belum
diketahui pasti. Diduga mekanisme terjadinya SLE melibatkan beberapa faktor : factor
genetic, sinar ultraviolet.
Sebuah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan
peradangan pada tulang sendi , otot , kulit dan jaringan penghubung lainnya , dan organ .
Lupus menyebabkan sistem kekebalan memproduksi antibodi antibodi yang menyerang sel
sel dan jaringan jaringan yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri antibody sel jaringan
sendiri.
Diduga terbentuknya komplek imun (DNA dan anti-DNA) merupakan ciri
imunopatologis lupus. Antibodi yang mengikat nukleosum (DNA dan histon) dapat terjadi di
ginjal dan membentuk kompleks imun in situ. Baik komplek imun yang dibentuk dalam
sirkulasi atau insitu berperan dalam terjadinya kerusakan ginjal, kulit, pleksus koroid di otak
dan jaringan lainnya.

Etiologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)


Sampai saat ini penyebab SLE belum diketahui. Diduga faktor genetik, infeksi dan
lingkungan ikut berperan. Faktor keluarga yang kuat terutama pada keluarga dekat, resiko
meningkat 25–50% pada kembar identik dan 5% pada kembar dizygotic, menunjukkan
kaitannya dengan faktor genetik
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan
jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara
terus menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga
mencetuskana penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakana multi organ.
  Fakta bahwa sebagian kasus bersifat sporadis tanpa diketahui faktor predisposisi
genetiknya, menunjukkan faktor lingkungan juga berpengaruh. Infeksi dapat menginduksi
respon imun spesifik berupa molecular mimicry yang mengacau regulasi sistem imun. Faktor
lingkungan yang mencetuskan SLE, bisa dilihat pada tabel berikut :
 
Faktor Lingkungan yang mungkin berperan dalam patogenesis Lupus Eritematous Sistemik
(dikutip dari Ruddy: Kelley's Textbook of Rheumatology, 6th ed 2001
o Definite
Sinar ultraviolet B. Sinar ultraviolet mengurangi supresi imun sehingga terapi kurang efektif,
SLE akan kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokin dan
prostaglandin sehingga terjadi inflamasi ditempat tersebut maupun secara sistemik melalui
peredaran di dalam tubuh.
o Probable
Hormon sex, estrogen menambah resiko SLE, sedangkan androgen mengurangi resiko
rasio penderita wanita : pria = 9:1; rasio penderita menarche : menopause = 3:1
o Possible
Faktor diet
Alfalfa sprouts dan sprouting foods  yang mengandung L-canavanine; Pristane atau bahan
yang sama; Diet tinggi saturated fats
Faktor Infeksi
DNA bakteri; Human retroviruses; Endotoksin, lipopolisakarida bakteri
Faktor paparan dengan obat tertentu
(Hidralazin, Prokainamid, Isoniazid, Hidantoin, Klorpromazin, Methyldopa, D-
Penicillamine, Minoksiklin, Antibodi anti-TNF, Interferon)
Faktor Stres. Stres berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudang memiliki
kecenderungana akan penyakit ini

 GEJALA KLINIK/SYMPTOM
Gejala penyakit dikenal sebagai Systemik Lupus Erythematosus (SLE) alias Lupus,
Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai
organ tubuh. Gejala-gejala umum dijumpai adalah:
o Penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal,
kehilangan nafsu makan, nyeri otot, radang sendi, ulkus pada mulut dan hidung.
Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif.
o Kulit.
Sebesar 2 sampai 3% lupus discoid terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Sekitar 7%
Lupus diskoid akan menjadi SLE dalam waktu 5 tahun, sehingga  perlu dimonitor
secara rutin hasil pemeriksan laboratorium menunjukkan adanya antibodi antinuclear
(ANA) yang disertai peningkatan kadar IgG yang tinggi dan lekopeni ringan. Pada
penderita SLE dijumpai kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta
timbulnya gangguan pencernaan. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang
membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash) yang
menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang
bersisik. Manifestasi kulit sering pada lupus dan kadang2 dapat  menyebabkan parut.
Pada discoid lupus, hanya kulit yang terlibat. Skin rash pada discoid lupus sering
ditemukan pada wajah dan kulit kepala. Biasanya berwarna merah dan mempunyai
tepi yang menaik. Rash pada discoid lupus, biasanya tidak sakit dan tidak gatal, tetapi
parutnya dapat menyebabkan kerontokan rambut permanen. 5%-10% pasien dengan
discoid lupus bisa menjadi SLE.
o Serositis (pleuritis dan perikarditis).
Gejala klinisnya berupa nyeri waktu inspirasi dan pemeriksaan fisik dan radiologis
menunjukkan efusi pleura atau efusi parikardial.
o Ginjal
Pada sekitar 2/3 dari anak dan remaja SLE akan timbul gejala lupus nefritis. Lupus
nefritis akan diderita sekitar 90% anak dalam tahun pertama terdiagnosanya SLE.
Berdasarkan klasifikasi WHO, urutan jenis lupus nefritis yang terjadi pada anak
berdasarkan prevalensinya adalah:
(1) Klas IV, diffuse proliferative glomerulonephritis (DPGN) sebesar 40%-50%;
(2) Klas II, mesangial nephritis (MN) sebesar 15%-20%;
(3) Klas III, focal proliferative (FP) sebesar  10%-15%; dan
(4) Klas V, membranous pada > 20%.
o Hematologi
Kelainan hematologi yang sering terjadi adalah limfopenia, anemia, trombositopenia,
dan lekopenia. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan
oleh penyakit lupus.
o Pneumonitis interstitialis
Merupakan hasil infiltrasi limfosit. Kelainan ini sulit dikenali dan sering tidak dapat
diidentifikasi. Biasanya terdiagnosa setelah mencapai tahap lanjut.
o Susunan Saraf Pusat (SSP)
Gejala SSP bervariasi mulai dari disfungsi serebral global dengan kelumpuhan dan
kejang sampai gejala fokal seperti nyeri kepala dan kehilangan memori. Diagnosa
lupus SSP ini membutuhkan evaluasi untuk mengeksklusi ganguan psikososial reaktif,
infeksi, dan metabolik.  Trombosis vena serebralis bisanya terkait dengan antibodi
antifosfolipid. Bila diagnosa lupus serebralis sudah diduga, konfirmasi dengan CT
Scan perlu dilakukan.
o Arthritis
Dapat terjadi pada lebih dari 90% anak dengan SLE. Umumnya simetris, terjadi pada
beberapa sendi besar maupun kecil. Biasanya sangat responsif terhadap terapi
dibandingkan dengan kelainan organ yang lain pada SLE. Berbeda dengan JRA,
arthritis SLE umumnya sangat nyeri, dan nyeri ini tak proporsional dengan hasil
pemeriksaan fisik sendi. Pemeriksaan radiologis menunjukkan osteopeni tanpa adanya
perubahan pada tulang sendi. Anak dengan JRA polyarticular yang beberapa tahun
kemudian dapat menjadi SLE.
o Fenomena Raynaud
Ditandai oleh keadaan pucat, disusul oleh sianosis, eritema dan kembali hangat.
Terjadi karena disposisi kompleks imun di endotelium pembuluh darah dan aktivasi
komplemen lokal.

CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS
Tidak ada gejala atau tanda-tanda tunggal yang cukup untuk menegakkan diagnosa.
Bila seorang anak diduga LES, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah: darah lengkap dan
hitung jenis, trombosit, LED, ANA, urinalisis, serta pemeriksaan laboratorium tambahan
lainnya seperti sel LE, antibodi anti-ds DNA, dan sebagainya. Mendiagnosa LES pada anak
bisa memakai kriteria ARA, seperti berikut :
Kriteria:         
 malar rash       
 discoid rash    
 fotosensitivitas   
 ulkus oral dan nasofaring
 artritis non erosif pada 2 atau lebih dengan ciri-ciri bengkak atau efusi
 serositis (pleuritis atau perikarditis atau efusi perikardial)
 kelainan ginjal (proteinuria (> 0.5 g/d atau > 3+) atau adanya cellular casts
 kelainan neurologis, kejang tanpa sebab lain, atau psikosa tanpa sebab lain
 kelainan hematologi :
 anemia hemolitik
 lekopenia (< 40 per µL); limfopenia (< 1500 per µL); trombositopenia (< 1000 per
µL) yang bukan karena obat-obatan
 kelainan imunologis
 sel LE positif; antibodi anti-ds DNA /anti-Sm positif; antinuclear
antibodies (ANA). Titer ANA abnormal yang bukan karena obat yang menginduksi
peningkatan ANA.
Interpretasi:
Bila 4 kriteria atau lebih didapatkan, diagnosa LES bisa ditegakkan dengan spesifitas 98%
dan sensitivitas  97%.
 
KOMPLIKASI
Komplikasi LES pada anak meliputi:
 Hipertensi (41%)
 Gangguan pertumbuhan (38%)
 Gangguan paru-paru kronik (31%)
 Abnormalitas mata (31%)
 Kerusakan ginjal permanen (25%)
 Gejala neuropsikiatri (22%)
 Kerusakan muskuloskeleta (9%)
 Gangguan fungsi gonad (3%).

Sistem mukokutaneus
1. Kutaneus lupus akut
malar rash (butterfly rash) merupakan tanda spesifik pada SLE, yaitu bentukan ruam
pada kedua pipi yang tidak melebihi lipatan nasolabial dan di tandai dengan adanya
ruam pada hidung yang menyambung dengan ruam yang ada di pipi. Bentuk akut
kutaneus lain yaitu bentuk morbili, ruam makular, fotosensitif, papulodermatitis,
bulosa, toksik epidermal nekrolitik. Pada umumnya ruam akut kutaneus ini bersifat
fotosensitif
2. Kutaneus lupus subakut simetrikal eritema sentrifugum, anular eritema, psoriatik,
pitiriasis dan makulo papulo fotosensitif. Manifestasi subakut lupus ini sangat erat
hubungannya dengan antibody Ro lesi subakut umumnya sembuh tanpa meninggalkan
scar.
3. Kutaneus lupus kronis
Bentuk yang klasik adalah lupus dikoid yang berupa bercak kemerahan denga kerak
keratotik pada permukaannya. Bersifat kronik dan rekuren pada lesi yang kronik
ditandai dengan parut dan atropi pada daerah sentral dan hiperpigmentasi pada daerah
tepinya. Lesi ini sering dijumpai pada kulit kepala yang sering menimbulkan
kebotakan yang irreversible. Daun telinga leher, lengan dan wajah juga sering terkena
panikulitis lupus atau lupus profundus di tandai dengan inflamasi pada lapisan bawah
dari dermis dan jaringan subkutan. Gambaran klinisnya berupa nodul yang sangat
dalam dan sangat keras, dengan ukuran 1-3cm. Hanya di temukan sekitar 2 % pada
penderita SLE.
4. Nonspesifik kutaneus lupus
vaskulitis cutaneus. Ditemuka hampir pada 70% pasien. manifestasi kutaneus
nonspesifik lupus tergantung pada pembuluh darah yang terkena. bentuknya
bermacam macam antara lain :
o Urtikaria
o Ulkus
o Purpura
o Bulosa (bentuk ini akibat dari hilangnya integritas dari dermal dan
epidermal junction)
o Splinter hemorrhage
o Eritema periungual
o Nailfold infar (bentuk vaskulitis dari arteriol atau venul pada tangan)
o Eritema pada tenar dan hipotenar mungkin bisa dijumpai. pada umumnya
biopsi pada tempat ini menunjukkan leukosistoklasik vaskulitis
o Raynould phenomenon. Gambaran khas dari raynouls phenomenon ini
adanya vasospasme, yang ditandai dengan sianosis yang berubah menjadi
bentuk kemerahan bila terkena panas. Kadang disertai dengan nyeri.
Raynould phenomenon ini sangat terkait dengan antibodi U1 RNP
o Alopesia. Akibat kerontokan rambut yang bersifat sementara terkai dengan
aktifitas penyakit. Biasanya bersifat difus tanpa adanya jaringan parut.
Kerontokan rambut biasanya di mulai pada garis rambut depan. Pada
keadaan tertentu bisa menimbulkan alopecia yang menetap di sebabkan oleh
diskoid lupus yang meninggalkan jaringan parut.
Ruam dan hipersensitivitas terhadap cahaya (photosensitivity) cahaya matahari
memiliki sinar ultraviolet (UV), sinar UV merusak sel dari kulit (keratinosit) dan
menyebabkan sel menjadi mati. Kulit lebih sensitif terhadap sunburn dan dengan adanya
peningkatan kejadian yang menyebabkan kematian sel (apoptosis) yang tidak dibersihkan
secara efisien akibatnya isi dari sel yang mati dapat dilepaskan dan menyebabkan inflamasi.
Komplikasi dari organ-organ yang terkena dapat menyebabkan gejala-gejala lanjut
yang tergantung pada organ yang terkena dan beratnya penyakit

E. KOMPOSISI TERAPI
R/ Aspirin 500 mg No.
S 3 dd 1 tab pc
R/ Prednison 5 mg No.
S 1 dd 2 tab pc
F. PEMBAHASAN TERAPI
 Tujuan Terapi:
- Mengurangi gejala (demam dan nyeri)
- Menghambat progresivitas penyakit

 Sasaran Terapi:
- Simptom (demam, nyeri dan kerontokan rambut)

 Terapi Non Farmakologi:


- Edukasi pada pasien SLE dan psikososial support
- Mengatur keseimbangan pola makan
- Olahraga ringan secara teratur
- Gejala yang sering muncul pada penderita SLE adalah lemah sehingga diperlukan
keseimbangan antara istirahat dan kerja, dan hindari kerja yang terlalu berlebihan untuk
mengatasi fatigue yang umumnya dialami oleh pasien SLE.
- Tidak ada diet yang spesifik untuk penderita SLE . Tetapi penggunaan minyak ikan
pada pasien SLE yang mengandung vitamin E 75 IU and 500 IU/kg diet dapat
menurunkan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-4, IL-6, TNF-a, IL-10, dan
menurunkan kadar antibodi anti-DNA.
- Penggunaan sunblock (SPF 15) dan menggunakan pakaian tertutup untuk penderita SLE
sangat disarankan untuk mengurangi paparan sinar UV yang terdapat pada sinar
matahari ketika akan beraktivitas di luar rumah
- menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan stress karena dapat memicu terjadinya
SLE
- hindari pemejanan sinar matahari langsung untuk memblokir paparan dari sinar UV,
karena sensitif terhadap cahaya
- untuk mencegah kerontokan rambut digunakan vitamin rambut dan shampoo
- perbanyak konsumsi buah-buahan sebagai antioksidan
- hindari merokok, terkait dengan kandngan hydrazine yang terkadung dalam rokok dan
dapat menjadi faktor pencetus SLE

 Terapi Farmakologi
1. Aspirin
Obat-obat anti-inflamasi membantu meringankan banyak gejala lupus dengan
mengurangi peradangan dan nyeri. Anti-inflamasi adalah obat yang paling umum digunakan
untuk mengobati lupus, khususnya gejala seperti demam, arthritis atau radang selaput dada,
yang biasanya membaik dalam beberapa hari awal pengobatan. Aspirin meringankan rasa
sakit dan juga anti-radang yang merupakan salah satu dari obat-obatan pertama yang terbukti
bagi pengobatan lupus. Karena dosis tinggi aspirin dapat menyebabkan banyak efek samping,
aspirin biasanya digunakan dalam lupus hanya dalam dosis rendah untuk mengurangi resiko
penggumpalan darah - sebuah komplikasi umum pada lupus.

 Mekanisme kerja :

Aspirin termasuk golongan OAINS non selektif. OAINS non-selektif memasuki kanal
kedua enzim (COX-1 dan COX-2) . kemudian, apirin mengurangi sintesis prostaglandin
dengan penghambatan jalur siklooksigenase. Secara spesifik terjadi penghambatan
transformasi asam arakidonat menjadi endoperoksida siklik, PGG 2 dan PGH2, yang
menghasilkan prostaglandin; PGE1, PGE2, PGF2αdan PGD2, dan juga prostasiklin PGI2 dan
tromboksan (TxA2 dan TxB2). Adanya inhibisi COX-2 dari aspirin adalah untuk efek
antiinflamasi karena penghambatan sintesis prostaglandin dapat mempengaruhi mediator
inflamasi lain seperti kinin, menyebabkan aksi tak langsung yang akan memperkuat aksi
langsung (Mengurangi rasa nyeri).
Alasan : Pasien pada kasus ini, mengalami gejala musculoskeletal (nyeri sendi). Dan
mekanisme kerja NSAID mem-blok mediator-mediator nyeri. Jadi, dapat digunakan sebagai
alternative terapi pada pasien SLE.
 Stabilitas penyimpanan : Stabil pada udara kering. Lembab, panas & perubahan pH
dapat menghidrolisis Aspirin. Asprin stabil pada pH rendah (2-3). Simpan pada suhu
2-15°C & jauhkan dari jangkauan anak-anak.
 Ikatan protein : Tinggi (99.5%), terikat pada albumin.
 Efek samping : Iritasi lambung karena bersifat asam
 Interaksi dengan makanan : Menurunkan efek merugikan terhadap saluran cerna

2. Prednison (Prednisol Berlico)


- Komposisi: prednisone
- Indikasi: RA, Demam rematik akut, asma bronkial, SLE.
- Dosis: 10-20 mg/hari diminum 1 x sehari setelah makan (Dipiro,
- Mekanisme kerja: glukokortikoid dapat menurunkan jumlah limfosit secara cepat
terutama bila diberikan dalam dosis besar. Efek ini, yang berlangsung beberapa jam,
diduga terjadi akibatredistribusi limfosit. Setelah 24 jam, jumlah limfosit dalam
sirkulasi biasanya kembali ke nilai sebelumnya. Studi terbaru menununjukkan bahwa
kortikosteroid menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan ekspresi
gen yang menyandi berbagai sitokin (IL-1, IL-2, IL-6, IFN-α, dan TNF-α). Terdapat
bukti bahwa berbagai gen sitokin memiliki glucocorticoid response element yang bila
berikatan dengan kortikosteroid akan menyebabkan hambatan transkripsi gen IL-2.
(Farmakologi dan terapi edisi 5 FKUI)
- KI: ulkus gaster, osteoporosis, DM, TB aktif, Hipertensi, gangguan neurologi,
gangguan hati dan ginjal, infeksi jamur sistemik, hamil. (MIMS)
- ESO: mengakibatkan peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah,
osteoporosis, peningkatan risiko diabetes, peningkatan risiko infeksi, perubahan
bentuk tubuh, susah tidur, selulit, penipisan kulit, katarak, psikosis, depresi, jerawat
dan timbul rambut pada wajah, nekrosis avaskular, dan memar.
- Peringatan: Efek jangka pendek, menengah dan panjang dari Prednison, Prednisolon
atau Metilprednisolon sangatlah buruk dan merugikan. Obat-obat ini digunakan
sebagai pilihan terakhir dan “obat dewa” saat tidak ada lagi obat yang dapat
digunakan. Akan tetapi jika digunakan dengan tepat dan adekuat dalam kurun waktu
yang singkat, obat- obat ini sangat bermanfaat bagi pasien dalam mengendalikan
gejala dan tanda dari penyakit.
- Alasan pemilihan: Prednison oral merupakan obat standar lini pertama yang diberikan
untuk semua pasien lupus. Prednison merupakan kortikosteroid yang memiliki efek
imunosupresan. untuk mengurangi inflamasi dan menekan aktivitas sistem imun.
- efek samping seperti mengakibatkan peningkatan berat badan, peningkatan tekanan
darah, osteoporosis, peningkatan risiko diabetes, peningkatan risiko infeksi, perubahan
bentuk tubuh, susah tidur, selulit, penipisan kulit, katarak, psikosis, depresi, jerawat dan
timbul rambut pada wajah, nekrosis avaskular, dan memar.
G. MONITORING
 Monitoring
 Pemeriksaan laboratorium dan klinik secara berkala.
 Melakukan evaluasi efek farmakologis obat yang telah diberikan kepada pasien
 Pasien perlu dipantau apakah gejala berkurang selama pengobatan diihat dari tanda-
tanda seperti demam, nyeri di sendi dan kerontokan rambut.
 Monitoring efek samping dari masing-masing obat yang diberikan.
 Monitoring terjadinya pendarahan lambung (efek samping Aspirin pada lambung),
jika terjadi aspirin dihentikan, dilakukan konsultasi dengan dokter dan apoteker.
 Menghentikan aspirin ketika pasien sudah tidak demam dan nyeri sendi
 Monitoring glukosa darah setiap 3-6 bulan
 Monitoring protein dalam urin
 Monitoring protein dalam darah
 Mengidentifikasi problem obat yang timbul maupun yang berpotensi untuk timbul
 Monitoring pengobatan kompleks yang diberikan kepada penderita SLE. Hal ini
penting mengingat SLE adalah penyakit dengan banyaknya manifestasi klinik yang
muncul maka diperlukan penguasaan yang baik mengenai penggunaan obat di
lapangan yang data-datanya dapat diperoleh melalui studi penggunaan obat.

 Konseling, Informasi dan Edukasi


 Memberikan informasi agar pasien Ny. B mengindari paparan sinar matahari
langsung
 Menginformasikan mengenai efek samping obat
 Menginformasikan tentang penggunaan obat
- Cara pemakaian :
 Aspirin : diminum 3 x sehari @500 mg setelah makan
 Prednison : diminum 1 x sehari @10 mg setelah makan
- Jeda atau jarak waktu dari masing-masing pemberian obat
 Hubungi dokter atau apoteker jika terjadi ESO.
 Menentukan jadwal pertemuan dengan pasien untuk melakukan konseling,
monitoring dan evaluasi pada terapi yang sedang dijalankan.

H. KESIMPULAN DAN SARAN


 KESIMPULAN
1. Ny. B (35 tahun) menderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
2. Terapi farmakologi untuk Ny. B :
 Aspirin : diminum 3 x sehari @500 mg setelah makan
 Prednison : diminum 1 x sehari @10 mg setelah makan
3. Monitoring efek pengobatan dilakukan dengan cara pemeriksaan laboratorium dan
klinik secara berkala (kontrol gula darah), monitoring efek samping obat (ESO) dan
monitoring kepatuhan pasien.

 SARAN
1. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Makan-makanan yang sehat dan bergizi dengan kontrol pada zat gizi karbohidrat,
protein dan lemak.
3. Mengindari paparan sinar matahari langsung
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: UI Press.


Anonim. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Depkes RI .
Anonim, 2008. Data Obat Di Indonesia Edisi 11. Jakarta: PT. Muliapurna Jayaterbit.
Anonim. 2008. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8. Jakarta : BIP.
Dipiro,J.T.Talbert, G.C.Yee, G.R.Matzke, BG.Wells,L.M. 2005. Pharmacoterapy A
Pathophysiologic Approach Sixth Edition.McGrawHikk Canpantes,Inc:United State Of
America
Hoan, Tan Tjay dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex
Komputindo.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta :
Media Aesculapius.
Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, 37, Erlangga, Jakarta.

http://atangwala.blogspot.com/clipped from Google - 12/2010


http://ratihastarida.wordpress.com/.../systemic-lupus-erythematosus-sle/
http://astriwidia87.wordpress.com/.../sistemic-lupus-erythematosus-sle-2/ -
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&ved=0CCEQFjAC&url=http
%3A%2F%2Fwww.lupusarthritisindonesia.org%2Fid%2Fdownload
%2Fmi02.pdf&rct=j&q=prednison%2Blini%20pertama
%20lupus&ei=FgD6TPCKDIrrAf7q7y8CA&usg=AFQjCNFiwzysCFkW-
zC44UnfQ0kvJI_Kww&cad=rja

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=9&ved=0CE4QFjAI&url=http
%3A%2%2Fimages.darfiansyah.multiply.multiplycontent.com%2Fattachment
%2F0%2FR3%404AAoCjsAAEYFZ2k1%2Fmakalah%2520lupus.rtf%3Fnmid
%3D76194716&rct=j&q=terapifarmakologi prednison pada lupus&ei=
wz5TIqTMc3srQetzdG7Cw&usg=AFQjCNHT_kDlNIOX7evjljqoflh1s_LwYw&cad=rja

Anda mungkin juga menyukai