FARMAKOTERAPI ENDOKRIN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C-2
1. Ikhwan Yuda K G1F007065
2. Farikhah Arinda R G1F007066
3. Anggraeni Restu P G1F007067
4. Fitri Fauziyah Hayati G1F007068
5. Lina Nurfadhila G1F007069
6. Lia Ruby F G1F007070
7. Rizki Khotimah G1F007071
8. Resti Susanti G1F007072
9. Wahyu Indra A G1F007073
10. Intan Mega G1F007074
11. Toix Nur Arifiani G1F007075
12. Mega Sekar L G1F007076
PURWOKERTO
2010
FARMAKOTERAPI ENDOKRIN
A. KASUS
Nama : Julaikah
Umur : 40 tahun
TB/BB : -/-
Alamat : Kalianak Timur Blok 38-A sby
Status : Menikah
No. DMK :10538979
MRS :31/11/05
KRS :15/11/05
PROFIL PENYAKIT
- Keluhan Utama : bengkak di kaki, sejak 1 minggu yang lalu, trauma (-); Nyeri
(+): demam (-): tidak bisa buat jalan.
- Riwayat penyakit sekarang :
o Nyeri di telapak kaki kanan sejak 10 hari yang lalu, jika dibuat jalan
seperti ada duri
o Malam hari diberi ramuan oleh suami, pagi hari bengkak, kulit kemerah-
merahan serta nyeri walaupun tidak dibuat jalan
o Dibawa ke klinik swasta tapi tidak mampu menghilangkan rasa nyeri
o + 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh banyak minum, kencing dan berat
badan menurun
o + 1bulan yang lalu, mengeluh batuk biasa, dada terasa nyeri bi;a batuk
dan ada dahak namun susah keluar, jika malam hari pasien mengeluh
keluar keringat malam hari, tidak pernah sembuh, nafsu makan berkurang
dan berat badan menurun, sering kencing dan banyak minum
o Tengah malam mengeluh keluar keringat.
Data Laboratorium
Tahun 2005
Jenis Nilai
Tanggal : Ket
Pemeriksaan Normal
31/10 05/11 06/11 11/11 14/11
Glukosa <200 306
Darah acak
(mg/dl)
GDP 70-110 170 175
(mg/dl)
Gula Darah <125 323 153
2jpp (mol/l)
Bilirubin 1,0-10,5 0,03 0,05
Direk
(mg/dl)
Albumin 3,8-4,4 3,8 3,6 Saat
(g/dl) tanggal 11
PO2 80-104 66
D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Diabetes Melitus
Patofisiologi Diabetes Melitus
Penderita diabetes selalu cenderung untuk mengalami kadar gula darah yang
tinggi atau hiperglikemia, sekalipun sudah mendapatkan pengobatan insulin. Beberapa
keluhan hiperglikemia adalah:
- rasa capai tidak semestinya
- nafsu makan bertambah dan rasa haus;
- sering kencing, terutama pada malam hari;
- penglihatan kabur;
- kulit kering;
- luka yang sukar sembuh; da
- berat badan menurun.
Gejala yang paling umum dari tipe 1 diabetes mellitus (DM) adalah poliuria,
polidipsia, dan polyphagia, bersama dengan keletihan, mual, dan penglihatan kabur,
semua yang disebabkan oleh hiperglikemia sendiri. Permulaan penyakit mungkin tiba-
tiba, dengan penyajian infeksi. Tipe 1 DM untuk menyebabkan ketoasidosis, hal itu
mungkin terjadi de novo atau mengembangkan dengan stres penyakit . Sebuah ledakan
onset gejala pada pasien kurus muda dengan ketoasidosis selalu dianggap diagnostik
DM tipe 1.
enuresis sekunder untuk poliuria bisa menjadi indikasi awal diabetes pada anak
muda.
gejala gastrointestinal: mual, perut tidak nyaman atau sakit, dan perubahan
buang air besar mungkin menyertai DKA akut. fatty liver akut dapat
menyebabkan distensi dari kapsul hati, menyebabkan nyeri kuadran kanan atas.
sakit perut terus menerus dapat menunjukkan penyebab lain perut serius DKA,
misalnya, pancreatitis,gejala kronis gastrointestinal pada tahap selanjutnya dari
diabetes karena neuropati otonom mendalam.
Neuropati perifer: ini menyajikan sebagai mati rasa dan kesemutan di kedua
tangan dan kaki, dalam pola sarung tangan dan kaus kaki. Hal ini bilateral,
simetris, dan naik neuropati, yang hasil dari banyak faktor, termasuk akumulasi
sorbitol dalam saraf sensoris perifer karena hiperglikemia berkelanjutan.
Gejala pada saat presentasi klinis pertama biasanya dapat ditelusuri kembali
beberapa hari sampai beberapa minggu, bulan namun, kerusakan sel beta
mungkin sudah mulai, atau bahkan bertahun-tahun, sebelum timbulnya gejala
klinis.
Selulitis Pedis
Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama
kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya
faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang.
Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut,
penggunaan obat golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis insulin.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
Tanda dan gejala yang dapat terjadi
Keluhan-keluhan yang terjadi diantaranya:
- nafas yang cepat dan dalam, bau nafas keton / manis; atau
E. KOMPOSISI TERAPI
R/ Ceftriakson 2 gram No. I
S Pro Injeksi
R/ Fluimucil 200 mg No.XV
S 3 dd 1 cap pc
R/ Martos 10 Injection Otsuka No. I
S pro injeksi
R/ Actrapid HM No. I
S pro injeksi
R/ Ibuprofen 400 mg No. XV
S 3 dd 1 pc
R/ Becomin Syirup No. I
S 2 dd 1 cth pc
F. PEMBAHASAN TERAPI
Terapi Non Farmakologi:
Perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal
sebagai terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi berbagai masalah
yang berkaitan dengan penyakit diabetes.
Terapi gizi medis (pengaturan pola makan) :
1. Bahan makanan yang diperbolehkan
* Bahan makanan segar, seperti beras, ubi, mie, maizena, hunkwee, terigu, gula
pasir.
* Kacang-kacangan dan hasil olahnya, seperti kacang hijau, kacang merah dll.
* Lauk hewani dan nabati dalam jumlah yang cukup sesuai yang dianjurkan
* Aneka ragam sayuran untuk memberikan rasa kenyang dan kandungan serat
tinggi.
* Sayuran dan Buah-buahan segar dalam jumlah cukup,
(Meningkatkan asupan kalium, kalsium dan magnesium dengan cukup makan
sayuran dan buah-buahan)
2. Batasi penggunaan karbohidrat kompleks seperti: nasi, lontong, roti, ketan,
jagung, kentang, dll dikurangi jumlahnya dan kebiasaan sehani-hari.
3. Hindari penggunaan sumber karbohidrat sederhana/mudah diserap seperti gula
pasir, gula jawa, sirup, selai, manisan buah-buahan, susu kental manis, minuman
botol ringan, dodol, es knim, kue-kue manis, bolu, tarcis, abon, dendeng, dan
sarden.
Karbohidrat.
Pada pasien diabetes tidak boleh lebih dari 55-65% dari total kebutuhan
energy sehari atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan
pemberian dengan asam lemak tak jenuh rantai tunggal. Jumlah serat 25-50
gram per hari. Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perludibatasi,
namun jangan sampai lebih dari total kalori perhari. Sebagai pemanis dapat
digunakan pemanis non-kalori seperti sakarin, aspartame, acsesulfam dan
sukralosa.Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari.
Jumlah makanan yang dimakan dalam satu hari dibagi dan diatur dengan baik
terutama bagi penderita yang menggunakan obat dan suntikan insulin.
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan
siang (30%), makan malam (25%)serta 2-3 porsi ringan (10-15%) diantara
makan besar.
Untuk mengganti gula dapat digunakan sakarin dengan perbandingan 1 gelas
minuman digunakan 2 tablet sakarin atau 1/4 sendok teh sakarin kristal. Bila
menggunakan sakarin jangan dipanaskan karena dapat memberi rasa pahit.
Lemak. Konsusmsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam
lemak tak jenuh rantai panjang (maksimal 10% dari asupan kalori per hari).
4. Tips perawatan kaki yang dianjurkan
Inspeksi kaki tiap hari terhadapa adanya lesi, perdarahan diantara jari-jari.
Gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan tumit
Cuci kaki tiap hari dengan air sabun dan keringkan, terutama diantara jari
Gunakan krim atau losion pelembab
Jangan gunakan larutan kimia/ asam untuk membuang kalus
Potong kuku dengan hati-hati, hindari terjadinya luka
5. Hindari merokok
6. Hindari suhu yang terlalu panas
Terapi Farmakologi
1. Ceftriaxone
- Indikasi :Pengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah, Otitis
media bakteri akut, Infeksi kulit dan struktur kulit, Infeksi tulang dan
sendi, Infeksi intra abdominal, Infeksi saluran urin, Bakterial septicemia
dan meningitis.
- Efek Samping :Nyeri selama injeksi (I.V ), rasa hangat, tightnes selama
injeksi diikuti injeksi I.M.,
2. Asetilsistein (Fluimucil)
- Komposisi: N-Asetilsistein
- Indikasi : Sebagai mukolitik (pencair dahak) pada infeksi saluran nafas dengan
sekresi mukus yang banyak, dan juga meupakan antioksidan
- Dosis : Oral yang efektif yaitu 200 mg 1 kapsul 2-3 kali sehari sesudah makan
- Efek samping : Bronkospasme, gangguan saluran cerna, sakit kepala, mual dan
muntah
- Alasan Pemilihan
Asetilsistein efektif dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak.
Perbaikan klinik pengobatan dengan N-asetilsistein lebih baik bila dibandingkan
dengan bromheksin
Bromheksin dan metabolitnya (ambroksol) jika digunakan bersama dengan
antibiotik (Amoxicillin, Cefuroxime, Doxycycline) yang merupakan golongan
beta-laktame terdapat interaks yang menyebabkan peningkatan konsentrasi
antibiotik di jaringan paru.
4. Insulin (Actrapid)
Insulin Eksogen kerja cepat ( insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI )
- Interaksi obat :
- Dosis : 8-10 U sedang diberikan 20-30 menit sebelum makan pagi dan 4-5 U
sebelum makan malam.
- Farmakokinetika :
5. Ibuprofen
- Farmakokinetika :
- Efek Samping :
Pada uji klinis, dosis lebih besar dari 400 mg tidak lebih efektif
dibanding dosis 400 mg.
- Kontra Indikasi :
- Indikasi:
Untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan vitamin B kompleks seperti pada
keadaan sakit atau masa penyembuhan.
- Interaksi obat :-
G. MONITORING
Monitoring
Pemeriksaan Laboratorium dan klinik secara berkala.
Melakukan evaluasi efek farmakologis obat yang telah diberikan kepada
pasien
Pasien perlu dipantau apakah gejala berkurang selama pengobatan diihat dari
tanda-tanda seperti demam, sakit, purulensi dahak, dan hasil laboratorium
seperti leukosit.
Menghentikan Iburofen ketika pasien sudah tidak merasa nyeri lagi
Monitoring terhadap antibiotik yang diberikan terhadap hasil kultur bakteri
Monitoring kadar gula darah
Monitoring efek samping dari masing-masing obat yang diberikan.
SARAN
1. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Makan- makanan yang sehat dan bergizi dengan kontrol pada zat gizi
karbohidrat, protein dan lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta :
Media Aesculapius.
Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, 37, Erlangga, Jakarta.
http://jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-06-vol-xxxvi-2010/202-kegiatan/321-
optimalisasi-terapi-antibiotik-dengan-antioksidan-n-asetilsistein diakses tanggal 19
November 2010
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/07PenatalaksanaanBatuk084.pdf/07PenatalaksanaanBatuk
084.html diakses tanggal 19 November 2010
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3541/1/biokimia-mutiara2.pdf
http://drugbank.ca/drugs/DB00071
http://andre774158.wordpress.com/2009/12/03/tugas-farter-ggk/
http://els.fk.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=3758&parent=28417
http://emedicine.medscape.com/article/117739-overview
http://badanideal.blogspot.com/2008/09/saran-diet-untuk-penderita-hipertensi_08.html
http://www.merck.com/mmhe/sec13/ch165/ch165a.html
http://www.naturindonesia.com/diabetes-militus/insulin.html