Dari studi sejarah peradaban arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian bangsa arab
pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha tiap pedagang arab untuk mngetahi dan
menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat sampai pulang kembali.
Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan pada keuangannya. Setelah
berkembangnya negeri, bertambahnya kabilah-kabilah, masuknya imigran-imigran dari
negri tetangga, dan berkembangnya perdaganan serta timbulnya usaha-usahainterven si
perdagangan, semakin kuatlah perhatian bangsa arab terhadap pembukuan dagang untuk
menjelaskan utang piutang. Orang-orang yahudipun (pada waktu itu) sudah biasa
menyimpan daftar-daftar (faktur) dagang. Semua telah nampak jelas dalam sejarah
peradaban bangsa arab. Jadi, konsep akuntansi dikalangan bangsa arab pada waktu itu
dapat dilihat pada pembukuan yang berdasarkan metode penjumlahan statistik yang
sesuai dengan aturan-aturan penjumlahan dan pengurangan.Untuk mengerjakan
pembukuan ini, ada yang dikerjakan oleh pedagang sendiri dan ada juga yang menyewa
akuntan khusus. Pada waktu itu seorang akuntan disebut sebagai katibul amwal (pencatat
keuangan) atau penanggung jawab keuangan.
Dengan melihat sejarah peradaban islam diatas, jelaslah bahwa ulama-ulama fiqih telah
mengkhususkan masalah keuangan ini kedalam pembahasan khusus yang meliputi
kaidah-kaidah, hukum-hukum, dan prosedur-prosedur yang harus di ikuti.
Organization for Islamic Financial just Iflution (AAOIFI) menerbitkan sebuah standard
akuntansi untuk lembaga keuangan syariah yang disebut, Accounting, Auditing, and
Governance Standard for Islamic Institution.Mungkin secara teori akuntansi islam yang
sekarang ini berkembang masih belum matang. Tetapi tugas kitalah, sebagai seorang
akademisi akuntansi muslim untuk menyempurnakannya
Sumber : himasi.blogspot.com