Anda di halaman 1dari 7

Reproduki aseksual pada Aspergillus sp terjadi dengan pembentukan konidium dalam

rantai pada konidiofor tegak.. Ujung konidiofor seperti bola dengan sejumlah cabang yang
masing-masing menyangga ranting konidium (Tjitrosomo, 1985). Perpanjangan konidiofor
Aspergillus sp distimulasi oleh rangsangan cahaya. Dinding selnya terdiri atas amilum, glikogen,
fruktosa dan dextrin yang merupakan sumber-sumber carbon yang lebih cocok dibanding dengan
glukosa, yang mana diketahui dapat menghasilkan lemak (Domsh, et.al. 1980).
Aspergillus sp. mempunyai konidiofor tidak bercabang yang muncul dari sel kaki
sehingga vesikel yang menyebabkan munculnya stigmata berbentuk botol, rantai-rantai konidia
terbentuk pada konidia sekunder (cabang-cabang stigma primer). Kepala spora pada beberapa
jenis spesies menghasilkan askospora bebentuk bundar sampai lonjong di setiap askus. Askus-
askus tersebut tertata secara tidak teratur di seluruh peritesium. Sporanya berwarna-warni dan
karena itulah kapang-kapang ini mempunyai warna yang khas masing-masing (Pelczar dan Chan,
1986). Jamur Aspergillus sp. yang sudah menghasilkan spora yang warnanya coklat kehijau-
hijauan atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah tidak nampak lagi
(Dwijosepoetro, 1994).
Aspergillus sp. Memiliki reproduksi aseksual yang terjadi dengan pembentukan
konidium dalam rantai pada konidiofor tegak.. Ujung konidiofor seperti bola dengan sejumlah
cabang yang masing-masing menyangga ranting konidium (Tjitrosomo, 1986). Perpanjangan
konidiofor Aspergillus sp. distimulasi oleh rangsangan cahaya. Dinding selnya terdiri atas
amilum, glikogen, fruktosa dan dextrin yang merupakan sumber-sumber carbon yang lebih
cocok dibanding dengan glukosa, yang mana diketahui dapat menghasilkan lemak (Tjitrosomo,
1986).
Penicillium sp mempunyai struktur reproduksi yang sama dengan Aspergillus sp, tetapi
konidiofor Penicillium sp bercabang dan masing-masing menyangga sekumpulan cabang yang
pendek yang membentuk konidium (Dwijoseputro, 1978).

Tjitrosomo, S. S. 1986. Botani Umum. Angkasa. Bandung.


Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Gramedia. Jakarta.

Nama Preparat : Fusarium sp.


Perbesaran : 10 x 10

Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Classis : Ascomycetes
Ordo : Hypocreales
Familia : Hectariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp.
(Alexopoulus et al., 1996)

Nama Preparat : Aspergillus sp.


Perbesaran : 10 x 10

Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Classis : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
(Alexopoulus et al., 1996)

Keterangan gambar :
1. Konidia
2. Sterigma
3. Vesikel
4. Konidiofor
sel kaki

Alexopoulos, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology 3rd Edition. John Wiley and
Sons, Inc., New York.

Alexopoulos, C.J., C.W. Mims, M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology 4rd Edition. John
Wiley and Sons, Inc., New York.

Gandjar et.al. (1999) ciri-ciri dari Rhizopus sp. antara lain ; koloni semula berwarna
keputihan kemudian menjadi coklat keabu-abuan.Tinggi bisa mencapai 1mm, sporangiofor
tunggal dan berkelompok dengan dinding halus berwarna subhialin. Sporangia berbentuk bulat
berwarna hitam pada saat matang dengan diameter 100-180 μm. Klamidospora banyak
membentuk rantai pendek terdapat pada daerah hifa dan sporangiofor. Spesies ini memiliki suhu
petumbuhan optimum sekitar 30-350C minimum 120C dan maksimum 420C. Habitat spesies ini
telah diisolasi dari tempe. Kolumela berbentuk bulat, semi bulat atau ovoid dan berdiameter 70-
160 μm. Sporangiospora berbentuk tidak teratur, seringkali poligonal, atau ovoid, bulat, elips dan
memiliki garis pada permukaannya.

Fusarium sp. merupakan jamur dari kelas Ascomycetes dengan ciri khasnya adalah
memiliki ascus. Ascus merupakan sel yang membesar dan di dalamnya membentuk spora yang
disebut dengan ascospora. Mycelium termasuk ke dalam jamur tingkat tinggi dengan cara
hidupnya sebagai saproba dan ada pula yang sebagai parasit (Tjitrosomo, 1986).
Kelas Ascomycetes merupakan sekumpulan jamur yang mempunyai ciri-ciri askokarp
dengan tipe peritecium atau seringkali kleistocium yang mungkin dibentuk dari sebuah stroma
yang terbanam di dalam subiculum atau diistilahkan dengan pengkhususan dari struktur somatik.
Askus berbentuk ovoid sanpai silinder unitunikat, biasanya dibentuk dari hifa askogenus dan
crozier dalam sebuah hymenium. Hamatecium yang mungkin terdiri dari satu atau beberapa hifa
steril dan jaringan pseudoparenkim. Sel dari askospora mempunyai beberapa bentuk. Contoh dari
kelas ini adalah Xilaria sp., jamur ini mempunyai askus dan spora yang merupakan alat
reproduksi. Dinding terlihat jelas dengan adanya leher yang sedikit menonjol pada peritecium,
askus mempunyai rambut-rambut pada ujungnya dan askus ini berwarna gelap (Alexopoulos et
al., 1996).

Gandjar, I, R.A Samson, K.V.D.T Vermeulen, A. Oetari dan I. Santoso. 1999. Pengenalan
Kapang Tropik Umum. UI Press, Jakarta.
.

Penggunaan kriteria yang ditetapkan untuk klasifikasi dan nomenklatur dimaksudkan


untuk mengidentifikasi mikoorganisme dengan membanding-bandingkan ciri-ciri yang ada pada
satuan yang belum diketahui dengan satuan-satuan yang sudah dikenal. Identifikasi
mikroorganisme yang baru diisolasi memerlukan pencirian, deskripsi dan pembandingan yang
cukup dengan deskripsi yang telah dipublikasikan untuk jasad renik yang serupa (Pelczar dan
Chan, 1986).

Pelczar, M. J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I. UI Press, Jakarta.
Kebanyakan fungi tumbuh dengan baik pada pH 4,5 – 6, tetapi hampir semua spesies
sanggup tumbuh kurang lebih dalam kondisi media lebih asam atau lebih basa (sekitar pH 3 atau
8). Media yang bersifat asam organik (misal asam asetat dan asam laktat) lebih menghambat
pertumbuhan fungi dibandingkan dengan media yang bersifat asam karena asam mineral (misal
hidroklorida, dan asam forofik). Hal ini karena proses penyatuan asam organik dapat
menurunkan pH intraseluler mengikuti translokasi melewati membran plasma fungi. Bentuk ini
merupakan bentuk dasar asam lemah yang mempertahankan penghambatan perusakan makanan
untuk pertumbuhan fungi (Walker, 1998). Pengaruh pH pada fungi secara tidak langsung pada
permukaan dinding sel yaitu, dalam kondisi asam atau basa akan mempengaruhi kondisi dinding
sel karena komponen dinding sel akan rusak dalam kondisi asam atau basa tertentu. Selain itu
juga perubahan pH dapat mempengaruhi pompa proton. Pertumbuhan fungi juga dipengaruhi
faktor lingkungan yang lain seperti suhu, gas dan cahaya (Griffin, 1993).
Griffin, D.H. 1993. Fungal Physiology 2nd edition. Singapore : Willey Liss.
Walker, S.M. 1998. Yeast Physiology and Biotechnology. England : John Willey and Sons.

Cawan pertama : Trichoderma sp.


Klasifikasi menurut Alexopoulus dan Mims (1996) :
Kingdom : Mycetae
Phylum : Amastigomycota
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.

Trichoderma sp. mempunyai koloni seperti kipas dengan diameter 5 mm dalam


waktu 9 hari, semula berwarna hialin kemudian putih kehijauan, miseliumnya terdiri atas hifa
yang berseptat dan menjalar. Konidiofor mampu bercabang hingga menyerupai piramid pada
bagian bawahnya, fialid tampak langsing, konidia berbentuk semi bulat berdinding halus.
Klamidospora ditemukan pada miselia yang tua, terletak interkalar kadang terminal,
umumnya berbentuk bulat, warna hialin dan halus. Cendawan ini berkembangbiak secara
aseksual menghasilkan spora aseksual, konidia yang akan berkecambah dan selanjutnya
membentuk individu baru. Habitat spesies ini kosmopolit dan dapat diisolasi dari tanah, biji-
bijian, kertas, textil, rhizosfer, kentang, rumput dan kayu. Spesies ini memiliki suhu
pertumbuhan optimum 150-300C. Trichoderma sp. merupakan cendawan selulotik sehingga
memiliki kemampuan mendegradasi selulosa. Trichoderma sp. mempunyai banyak material
untuk menyerang fungi lainnya agar tanaman dan akarnya dapat tumbuh. Beberapa metode
yang dilakukan adalah biokontrol, spesies ini sangat rumit dan harus ada seratus gen terpisah
dan gen yang menghasilkan antibiotik (Alexopoulus dan Mims, 1996).
PENGENALAN JAMUR
Bold, H. C: C. J. Alexopoulus and T. Delevoryas. 1987. Morphology of Plants and Fungi. Harper
and Row Publisher, New York.

Bold. 1980. Morphology of Plant and Fungi. Harper and Raw Publisher, New York.

Alexopoulos, C.J and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology 3rd ed. John Willey and Sons,
Inc., New York

Alexopoulos, C.J, and C.W. Mims, M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology 4th ed. John
Wiley and Sons, Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai