mukararn, mukhaiyar, dan mujzak. Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-nilai fihi
dan sif-at-sifat insaniah. Seperti dha’if "lemah" (an-Nisaa’:2 8), jahula "bodoh" (al-
mengingkari nikmat” (al-lsraa’.67), syukur (al-lnsaan:3), serta fujur dan taqwa( asy-
Syams:8).
memiliki arti yang hakiki, yaitu menegakkan khilafah. Keberadaannya tidaklah untuk huru-
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya" dan dipikulah amanat itu oleh manusia – Sesungguhnya manusia
“ Manusia adalah makhluk pilihan dan makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT
dan kemudian memilihnya Allah SWT telah menciptakan manusia dengan ahsanu
taqwim, dan telah rnenundukkan seluruh alam baginya agar ia mampu rnemelihara
dan memakmurkan serta melestarikan kelangsungan hidup yang ada di alam ini.
Dengan akal yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu memilah dan memilih
nilai-nilai kebenaran, kebaikan" dan keindahan yang tertuang dalam risalah para
rasul. Dengan hatinya, ia mampu memutuskan sesuatu yang sesuai dengan iradah
gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya seperti ahsanu
Maka, dengan sederet sifat-sifat kemuliaan dan sifat-sifat insaniah yang berkaitan
kepada manusia untuk menguji dan mengetahui siapa yang jujur dalarn beriman dan
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah rnenguji orang
orang yang sebelum mereka" maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." ( al-Ankabuut:2 -3).
Oleh karena itu, ia harus benar-benar mampu menjabarkan kehendak kehendak
Manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi utama; misi fungsional;
dan
misi operasional.
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama. yaitu beribadah
kepada Allah SWT. Maka setiap langkah dan gerak-geriknya harus searah dengan garis
yang telah ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras dengan kebijakan-kebijakan
ilahiah serta setiap detak jantung dan keinginan hatinya harus seirama dengan alunan
alunan kehendak-Nya. Semakin rnantap langkahnya dalarn merespon seruan Islam dan
semakin teguh hatinya dalam mengimplementasikan apa yang telah menjadi tugas dan
kewajibannya maka ia akan mampu menangkap sinyal-sinyal yang ada di balik ibadahnya.
Karena, dalarn setiap ibadah yang telah diwajibkan oleh Islam memuat nilai filosofis,
seperti nilai filosofis yang ada dalam ibadah shalat, yaitu sebagai "aun (pertolongan) bagi
Adapun nilai fllosofis ibadah puasa adalah untuk menghantarkan manusia muslim
rnenuju gerbang ketaqwaan, dan ibadah-ibadah lain yang bertujuan untuk rnelahirkan
manusia-manusia muslim yang berakhlak mulia (al-Baqarah : 183 dan aat-Taubah : 103).
Maka, apabila manusia mampu menangkap sinyal-sinyal nilai filosofis dan kemudian
mengaplikasikan serta mengekspresikannya dalam bahasa lisan maupun perbuatan, ia
akan sampai gerbang ketaqwaan. Gerbang yang dijadikan satu satunya tujuan
penciptaannya.
Namun, tidak semua manusia di dunia ini mengikuti perintah dan merespon risalah
yang di bawa oleh para Rasul. Bahkan, banyak di antara mereka yang berpaling dari
ajaran ajaran suci yang didakwahkan kepada mereka. Ada juga yang secara terang-
91).
Hal ini bisa terjadi pada manusia karena dalam dirinya ada dua kekuatan yang
sangat dominan mempengaruhi setiap pikiran dan perbuatannya "kekuatan taqwa dan
kekuatan fujur. Kekuatan taqwa didorong oleh nafsu mutmainnah (jiwa yang tenang) untuk
selalu menterjemahkan kehendak ilahiah dalam realitas kehidupan, dan kekuatan fujur
yang di dominasi oleh nafsu amarah( nafsu angkara murka) yang senantiasa
mementahkan manusia untuk masuk dalam dunia kegelapan. Maka dalam bingkai misi
utama ini, manusia bisa diklasifikasikan menjadi tiga yaitu sabiqun bil khairat,
muqtashiduru dan dzalimun linafsihi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai
berikut.
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan
di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
(Faathiir : 32)
Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang tidak
hanya puas melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya,
namun ia terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunnah sunnah yang telah
digariskan, dan menjauhi hal-hal yang dimakruhkan. Akal sehatnya menerawang jauh ke
depan untuk menggagas karya-karya besar dan langkah-langkah positif. Hati sucinya
menerima pilihan-pilihan akal selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Inilah
hamba yang selalu melihat kehidupan dengan cahaya bashirah. Hamba yang hatinya
senantiasa dihiasi ketundukan cinta pengagungan, dan kepasrahan kepada Allah SWT.
Muqtashidun
Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia muslim yang puas
ketika mampu rnengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Dalam
benaknya, tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam memperluas wilayah iman ke
wilayah ibadah yang lebih jauh lagi, yaitu wilayah sunnah. Imannya hanya bisa menjadi
benteng dari hal-hal vang diharamkan dan belum mampu membentengi hal-hal yang
dirnakruhkan.
Dzalimun linafsihi
SWT, ia juga masih sering berkubang dalam kubangan lumpur dosa. jadi, dalam diri
seorang hamba ada dua kekuatan yang mempengaruhinya, tergantung kekuatan mana
yang lebih dominan, dan dalam kelompok ini. nampaknya kekuatan syahwat yang
penyakit, sedangkan durhaka kepadanya adalah obat mujarab dan terapi yang manjur"
Apabila manusia mengikuti libido, mengekor nafsu angkara murka dan menjadi
budak syahwatnya, maka ia akan keluar dari poros yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Disini, manusia akan bergeser dari gelar khairul barriah "Sebaik-baik makhluk" dan
ahsanu taqwim ke gelar baru, yaitu syarrul barriah "seburuk-buruk rnakhluk", asfalus
saafilin "tempat yang paling rendah", al-an’aam "binatang ternak", kera, babi, batu, dan
kayu yang berdiri. Inilah manusia-manusia yang memiliki hati, mata dan telinga namun ia
tidak pernah berfikir, tidak pernah melihat kebenaran, dan tidak pernah mendengar ayat-
ayat Qur"aniah dan Kauniah dengan tiga faktor tersebut. Mereka adalah sebuah
komunitas dari manusia-manusia yang dungu, buta tuli, dan bisu dari nilai-nilai Islam (al-
Bayyinah : 6-7, al-A"raaf. 179, al-Maidaah: 60, al- Munaafiquun: 4, dan al-Baqarah: 74)
Ali bin Abu Thalib ra. berkata" "Ada dua masalah yang saya takutkan menimpa
kamu. Pertama, mengikuti hawa nafsu- Kedua banyak rnenghayal. Karena, yang pertama
akan menjadi tembok penghalang antara dirinya dan kebenaran, dan yang kedua
mengakibatkan lupa akan akhirat." Sebagian ahli hikmah berkata "Akal merupakan teman
setia dan hawa nafsu adalah musuh yalng ditaati". Sebagian ahli hikmah yang lain
berkata, "Hawa nafsu adalah raja yang bengis dan penguasa yang lalim" (Adab ad-Diinw a
ad-Dunya)
Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga mempunyai misi
fungsional sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini, kecuali ia istiqamah di
atas rel rel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa khianat dari kamus
kehidupannya Khianat lahfu dari rahim syahwat, baik syahwat mulkiah "kekuasan",
dibenarkan oleh lslam. Ia senantiasa melakukan makar, adu domba dan konspirasi politik
Adapun ketika jiwa manusia terbelenggu oleh syahwat syaithaniah dan bahaimiah
rakus serta tamak akan harta. Tidak ada sorot mata persahabatan dan sentuhan kasih
dalam dirinya. Ia bersenang-senang di atas rakyat dan tak pemah berhenti mengeruk
kekayaan rakyat.
Manusia diciptakan di bumi ini, selain untuk beribadah dan sebagai khalifah, juga
harus bisa bermain cantik untuk memakmurkan bumi (Huud:61). Kerusakan di dunia
didarat, maupun di lautan bukan karena binatang ternak yang tidak tahu apa-apa, tetapi ia
lahir dari tangan-tangan jahil manusia yang tidak pernah mengenal rambu-rambu
Tuhannya. Benar semua yang ada di bumi ini diciptakan untuk manusia namun ia tidak
bebas bertindak diluar ketentuan dan rambu ilahi (ar-Ruum:41). Oleh karena itu, bumi ini
membutuhkan pengelola dari manusia-manusia yang ideal. Manusia yang memiliki sifat
Sabar (lbrahim: 5)
Maka manusia yang sadar akan misi sucinya harus mampu mengendalikan nafsu
dan rnenjadikannya sebagai tawanan akal sehatnya dan tidak sebaliknya, diperbudak
hawa nafsu sehingga tidak mampu menegakkan tonggak misi-misinya. Hanya dengan
peradaban manusia kembali. Inilah sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini.
KEWAJIBAN MANUSIA
Kewajiban manusia sebagai kholifah Allah di bumi adalah tidak lain hanya untuk
menyembah Allah semata. Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang
mernbuatnya menjadi manusia sempurna, yaitu terdiri dari jasmani dan rohani, disamping
itu manusia juga telah dikaruniai fitrah. Kita hidup di dunia ini bisa menyaksikan sendiri
ada persamaan-persamaan yang dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan, kasih sayang,
A. Jasmani
Sungguh beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. kaki, tangan,
lidah, mata hidung, telinga, perut dan faraj adalah pemberian Allah yang harus kita syukuri
laranganNya. Dengan jasmani kita bisa merasakan kenikmatan hidup di dunia ini.
B.Rohani
Yaitu unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani rnenjadi
manusia yang hidup. Dalam buku yang ditulis Barmawie Umary, rohani terdiri dari:
dunia. Berkat akal pula kehidupan manusia bisa jadi lebih mudah. Apa yang ada
dihadapan anda sekarang ini adalah bukti kemampuan yang dikaruniakan Allah
hanya kepada manusia, yaitu akal. Dengan Akal pulalah perbedaan antara hewan
2. Nafsu : adalah suatu bagian rohani yang dimiliki manusia untuk berkehendak atau
berkeinginan. Tanpa nafsu barangkali takkan ada kernajuan dalam hidup manusia.
Akan tetapi seringkali nafsu mengalahkan hati dan akal sehingga yang terjadi
adalah kerusakan. Masih dari buku karya Barmawie, tersebut bahwa nafsu
dikategorikan menjadi :
Nafsul Ammarah : Yaitu jiwa yang belum mampu mernbedakan yang baik
Nafsul Lawwamah :Yaitu jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan menyesal
Nafsul Musawwalah : Jiwa yang telah bisa membedakan yang baik dan
buruk, telah bisa menggunakan akalnya untuk menirnbang mana yang baik
Nafsu Mulhamah : Adalah jiwa yang memperoleh ilham dari Allah swt
Nafsu Raadliyah : Yaitu jiwa yang ridho kepada Allah, selalu bersyukur
kepadaNya.
3. Qolbu (hati): Dari hatilah segala kepribadian manusia muncul. Apabila hati selalu
dibina secara baik sesuai Syari’at maka manusia akan berakhak mulia, Akan tetapi
ditambah bisikan-bisikan syetan sehingga yang muncul bukanlah cahaya Ilahi akan
tetapi bisikan syetan. Oleh karenanya hati harus selalu disirarni tuntunan Islarn
dengan selalu berzdikir kepada Allah. Dalam rnenjaga hatinya seorang muslim
harus selalu wasapada terhadap terjangkitnya penyakit hati. Penyakit hati sungguh
4. Roh : Seorang mukmin percaya bahwa manusia hidup karena roh yang ada dalarn
jasadnya. Akan tetapi bagaimana bentuk atau wujudnya itu bukanlah urusan
(Muhammad) tentang roh ; katakanlah: “ Roh itu urusan Rabb ku dan kamu tidak