Anda di halaman 1dari 39

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1. Letak dan Luas Wilayah Daerah Kabupaten Sleman

3.1.1. Letak Wilayah Daerah Kabupaten Sleman

Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 107° 15' 03" dan 107°

29' 30" Bujur Timur, 7° 34' 51" dan 7° 47' 30" Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten

Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah,

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah

barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten

Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota

Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi

D.I.Yogyakarta.

3.1.2. Luas Wilayah Daerah Kabupaten Sleman

Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 km2 atau

sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogjakarta 3.185,80 km2,dengan

jarak terjauh Utara - Selatan 32 km,Timur - Barat 35 km. Secara administratif terdiri

17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.

3.2. Sejarah Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

44
45

Sejarah merupakan perjalanan yang rumit. Setidaknya pengalaman tersebut

dapat dipetik dari upaya Dati II Sleman untuk menentukan hari jadinya. Setelah

melalui penelitian, pembahasan, dan perdebatan bertahun-tahun, akhirnya hari jadi

Kabupaten Dati II Sleman disepakati. Perda No.12 tahun 1998 tertanggal 9 Oktober

1998, metetapkan tanggal 15 (lima belas) Mei tahun 1916 merupakan hari jadi

Sleman. Di sini perlu ditegaskan bahwa hari jadi Sleman adalah hari jadi Kabupaten

Sleman, bukan hari jadi Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman. Penegasan ini

diperlukan mengingat keberadaan Kabupaten Sleman jauh sebelum Proklamasi 17

Agustus 1945 sebagai wujud lahirnya negara Indonesia modern, yang memunculkan

Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman.

Keberadaan hari jadi Kabupaten Sleman memiliki arti penting bagi

masyarakat dan pemerintah daerah untuk memantapkan jati diri, sebagai landasan

yang menjiwai gerak langkah ke masa depan. Penetapan hari jadi ini akan melengkapi

identitas yang saat ini dimiliki Kabupaten Sleman. Penentuan hari jadi Kabupaten

Sleman dilakukan melalui penelaahan berbagai materi dari berbagai sumber informasi

dan fakta sejarah.

Secara administratif, keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada

Rijksblad no. 11 tahun 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta

(Mataram) dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian

disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Secara hirarkis

Kabupaten membawahi distrik yang dikepalai seorang Panji.


46

Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4

distrik yakni: Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kelurahan), Distrik

Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kelurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6

onderdistrik dan 58 kelurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55

kelurahan).

Pada tahun yang sama, berturut-turut dikeluarkan Rijksblad no.12/1916, yang

menempatkan Gunung Kidul sebagai kabupaten keempat wilayah Kesultanan

Yogyakarta. Kemudian disusul dengan Rijksblad no. 16/1916 yang mengatur

keberadaan Kabupaten Kota. Sedangkan Rijksblad 21/1916 mengatur keberadaan

kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian, pada tahun tersebut wilayah Kesultanan

Yogyakarta berkembang dari 3 kabupaten menjadi 6 Kabupaten.

Pembagian wilayah Kesultanan Yogyakarta tersebut, ternyata pada tahun

1927 mengalami penyederhanaan melalui munculnya Rijksblad no. 1/1927. Enam

Kabupaten yang terdapat di wilayah kesultanan disederhanakan menjadi empat

kabupaten yakni: Kabupaten Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo

dan Gunung Kidul. Dalam hal ini, Kabupaten Sleman mengalami penurunan status

menjadi distrik Kabupaten Yogyakarta.

Pada tahun 1940, wilayah Kesultanan Yogyakarta mengalami re-organisasi

dengan munculnya Rijksblad Van Jogjakarta no. 13/1940 tanggal 18 Maret 1940.

Rijksblad tersebut membagi wilayah kesultanan Yogyakarta tetap dalam 4 Kabupaten


47

dengan pemampatan pada distrik masing-masing kabupaten.

1. Kabupaten Yogyakarta, terdiri 2 (dua) distrik (Distrik Kota

dan Distrik Sleman).

2. Kabupaten Sleman yang terdiri 4 (empat) distrik.

3. Kabupaten Kulon Progo terbagi 2 (dua) distrik.

4. Kabupaten Gunung Kidul terbagi 3 (tiga) distrik.

Pembagian wilayah tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1942

dengan Jogjakarta Kooti, Kesultanan Yogyakarta lebih memerinci wilayahnya

sebagai berikut:

1. Kabupaten Yogyakarta dengan Bupati KRT. Harjodiningrat.

Kabupaten Yogyakarta dibagi menjadi 3 (tiga) Kawedanan,

yakni kawedanan Sleman dengan penguasa R. Ng. Pringgo

Sumadi dan Kawedanan Kalasan dengan penguasa R. Ng.

Pringgo Biyono.

2. Kabupaten Bantul (Ken) dengan Bupati KRT. Dirjokusumo

dan wilayahnya dibagi menjadi 4 (empat) kawedanan yakni

Bantul, Kotagede, Godean dan Pandak.

3. Kabupaten Gunung Kidul dengan Bupati KRT.

Djojodiningrat dan wilayahnya terbagi menjadi 3 (tiga)


48

kawedanan yakni Wonosari, Playen dan Semanu.

4. Kabupaten Kulon Progo dengan Bupati KRT.

Pringgohadingrat, dengan wilayah yang terbagi menjadi 2

(dua) kawedanan yaitu Nanggulan dan Sentolo.

Pada tanggal 8 April 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan

penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei 2.

Dalam Koorei tersebut dinyatakan wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi

lima Kabupaten yakni Kabupaten Kota Yogyakarta (Yogyakarta Syi), Kabupaten

Sleman (Sleman Ken), Kabupaten Bantul (Bantul Ken), Kabupaten Gunung Kidul

(Gunung Kidul Ken) dan Kabupaten Kulon Progo (Kulon Progo Ken). Penataan ini

menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten.

3.3. Visi, Misi, dan Filosofi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

3.3.1. Visi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2005-

2010 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu:

“Terwujudnya Masyarakat Sleman yang Lebih Sejahtera Lahir dan Batin tahun

2010”.

Perwujudan keadaan masyarakat yang maju dan tercukupi kebutuhan lahiriah

dan batiniah yang ditandai dengan meningkatnya kualitas hidup dan kehidupan
49

masyarakatnya.Visi ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang akan menjadi

tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Sleman yang terdiri dari

aparatur pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi politik,

organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi,

lembaga pendidikan, dunia usaha, dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan cita-cita

masa depan.

3.3.2. Misi

Misi Kabupaten Sleman adalah :

1. Menjaga terselenggaranya tata pemerintahan yang baik.

Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Sleman dalam terus

menjaga cita-cita mulia yang memerlukan dukungan dari seluruh

komponen masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan yang mengedepankan partisipasi, transparansi,

responsibilitas, berorientasi pada konsensus bersama, adil, efektif,

efisien, akuntabel, dan penegakan supremasi hukum sebagai sarana

untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta

kehidupan bermasyarakat yang demokratis. Penegakan supremasi

hukum dilakukan untuk menjaga norma/kaidah hukum dalam

masyarakat serta mempertahankan nilai-nilai sosial dan rasa keadilan

masyarakat. Misi ini menjiwai implementasi misi-misi yang lain.


50

2. Menjaga keberlanjutan kegiatan perekonomian masyarakat.

Misi ini merupakan upaya pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten

Sleman dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat terutama

kesejahteraan di bidang ekonomi yang dicapai melalui pertumbuhan

ekonomi yang stabil dan berkelanjutan dengan mekanisme pasar yang

berlandaskan persaingan sehat serta memperhatikan nilai-nilai keadilan,

kepentingan sosial, dan berwawasan lingkungan.

3. Meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat.

Misi ini merupakan upaya Kabupaten Sleman dalam membangun

sumberdaya manusia yang sehat, cerdas, produktif, kompetitif, dan

berakhlak mulia sebagai kunci dari keberhasilan pelaksanaan misi yang

lainnya. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan akses,

pemerataan, relevansi mutu pelayanan dasar.

3.3.3. Slogan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan, diperlukan suatu acuan

untuk memotivasi dan mengerahkan seluruh potensi masyarakat. Berkenaan dengan

hal tersebut Kabupaten Sleman pada tanggal 2 Maret 1991 mencanangkan slogan
51

gerakan pembangunan desa terpadu SLEMAN SEMBADA.

Dasar hukum, landasan kekuatan slogan tersebut adalah Perda No. 4 Tahun

1992 tentang Slogan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu SLEMAN SEMBADA.

Gerakan pembangunan desa terpadu SLEMAN SEMBADA merupakan gerakan dari,

oleh dan untuk masyarakat Sleman dengan kekuatan sendiri. Artinya, hasil-hasil dari

dinamika tersebut diharapkan dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk kepentingan

masyarakat. Tak dapat dipungkiri, SLEMAN SEMBADA merupakan slogan baru.

Akan tetapi nilai-nilai yang dikandungnya bukanlah sesuatu yang baru karena slogan

tersebut merupakan kristalisasi dan formulasi dari nilai-nilai budaya dan kehidupan

keseharian masyarakat Sleman.

Kata SEMBADA memiliki makna utuh sebagai sikap dan perilaku rela

berkorban dan bertanggungjawab untuk menjawab dan mengatasi segala masalah,

tantangan, baik yang datang dari luar maupun dalam, untuk kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, kata SEMBADA merupakan sikap yang

SEMBADA (Bahasa Jawa) yang merupakan kepribadian pantang menyerah, tabu


52

berkeluh kesah, menepati janji, taat azas dan bertekad bulat.

Secara harafiah Slogan SLEMAN SEMBADA diartikan sebagai kondisi:

S : Sehat

E : Elok dan Edi

M : Makmur dan Merata

B : Bersih dan Berbudaya

A : Aman dan Adil

D : Damai dan Dinamis

A : Agamis

Dengan nilai-nilai tersebut diharapkan dapat menciptakan Dati II Sleman yang

Sejahtera, LEstari dan MANdiri.

Ujung tombak gerakan slogan SLEMAN SEMBADA berada di tingkat

dusun, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja LKMD bersama

tokoh masyarakat dan semua lembaga masyarakat yang di tingkat dusun. Sedangkan

pelaksanaan di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten pada hakekatnya merupakan

pendukung pelaksanaan slogan SLEMAN SEMBADA di tingkat dusun.

Dalam kehidupan sehari-hari, Slogan SLEMAN SEMBADA diharapkan


53

mewujud dalam: pembangunan berwawasan lingkungan, budaya hidup bersih dan

sehat, memberikan motivasi dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Sleman

yang bersih dan sehat.

3.4. Kelembagaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2003

tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2000 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman maka kelembagaan

Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dibagi atas beberapa instansi, yaitu:

1. Sekretariat Dewan

2. Sekretariat Dewan

3. Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah, dan Perhubungan

4. Dinas Pengairan, Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam

5. Dinas Pertanian dan Kehutanan

6. Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal

7. Dinas Kesehatan

8. Dinas Pendidikan

9. Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Keluarga Berencana


54

10. Dinas Polisi Pamong Praja dan Ketertiban Masyarakat

11. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

12. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

13. Badan Pengawasan Daerah

14. Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

15. Badan Pengendalian Pertanahan Daerah

16. Badan Kepegawaian Daerah

17. Rumah Sakit Umum Daerah

18. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

19. Kantor Telekomunikasi dan Informatika

20. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan

21. Kantor Pengelolaan Pasar

22. Kantor Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil

23. Balai Latihan Kerja

24. Kecamatan

Penelitian ini mengambil lokasi di Badan Pengelolaan Keuangan dan


55

Kekayaan Daerah Kabupaten Sleman yang berkedudukan sebagai unsur penunjang

pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Oleh karena itu pengajian data selanjutnya

akan lebih difokuskan kepada bagian tersebut.

3 Struktur Organisasi dan Job Description Badan Pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan Daerah Kabupaten Sleman

Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah mempunyai tugas

membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah daerah di bidang keuangan

dan kekayaan daerah. Dalam menyelenggarakan tugasnya maka Badan Pengelolaan

Keuangan dan Kekayaan Daerah mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan

kekayaan daerah.

b. Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi tersebut

maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman telah menetapkan Keputusan Bupati

tentang Struktur Organisasi, Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi, Serta Tata Kerja

Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah.


56

1. Bagan Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan Daerah Kabupaten Sleman

Struktur organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

Kabupaten Sleman terdiri dari:

a. Kepala Badan,

b. Sekretariat, terdiri dari:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian,

2. Sub Bagian Keuangan,

3. Sub Bagian Perencanaan,

c. Bidang Pendapatan, terdiri dari:

1. Sub Bidang Pendaftaran dan Pendataan,

2. Sub Bidang Penetapan,

3. Sub Bidang Penagihan,

4. Sub Bidang Pendapatan Daerah lainnya,

d. Bidang Belanja, terdiri dari:

1. Sub Bagian Anggaran,


57

2. Sub Bagian Perbendaharaan,

3. Sub Bagian Permodalan,

e. Bidang Kekayaan, terdiri dari:

1. Sub Bagian Pengadaan,

2. Sub Bagian Pemanfaatan dan Pengendalian,

3. Sub Bagian Perawatan,

f. Bidang Pembukuan dan Pelaporan, terdiri dari:

1. Sub Bagian Verifikasi,

2. Sub Bagian Pembukuan,

3. Sub Bagian Pelaporan,

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sekretariat dan bidang masing-masing dipimpin oleh seorang sekretaris dan

kepala yang bertanggung jawab kepada kepala badan. Sub bagian dan sub bidang

masing-masing dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab kepala

sekretaris dan kepala bidang. Kelompok jabatan fungsional bertanggung jawab

kepada kepala badan yang dalam melaksanakan tugas dikoordinasi oleh seorang
58

koordinator.

Bagan struktur organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan

Daerah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:


59

2. Job Description Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan

Daerah Kabupaten Sleman

Pembagian tugas pokok dan fungsi di tiap-tiap bagian atau bidang dari

struktur organisasi akan membantu kelancaran tugas pokok dan fungsi dari

organisasi. Adapun uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap bagian organisasi

adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum,

kepegawaian, keuangan, dan perencanaan. Untuk melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud maka sekretariat mempunyai empat fungsi,

yaitu:

a. Penyelenggaraan urusan umum,

b. Penyelenggaraan urusan kepegawaian,

c. Penyelenggaraan urusan keuangan,

d. Penyelenggaraan urusan perencanaan.


60

Masing-masing sub bagian dari secretariat mempunyai tugas sebagai

berikut:

(1) Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian mempunyai tugas

melaksanakan urusan surat

menyurat, kearsipan, kepustakaan,

dokumentasi, perlengkapan, rumah

tangga, menerima dan mencatat

tanda terima benda berharga dan

bukti penerimaan serta pengeluaran

benda berharga, menghitung dan

merinci persediaan benda berharga,

serta menyiapkan bahan

penyusunan rencana kebutuhan

pegawai, pengembangan pegawai,

kepangkatan, hak dan kewajiban

pegawai, pembinaan pegawai dan

tata usaha kepegawaian Badan

Pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan Daerah.

(2) Sub Bagian Keuangan mempunyai


61

tugas melaksanakan pengelolaan

anggaran, perbendaharaan, dan

pembukuan keuangan Badan

Pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan Daerah.

(3) Sub Bagian Perencanaan

mempunyai tugas menyusun

program kerja, rencana kegiatan,

penyajian data, evaluasi dan

penyusunan laporan Badan

Pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan Daerah.

2. Bidang Pendapatan

Bidang Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah di bidang

pengelolaan pendapatan daerah. Untuk melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud maka bidang pendapatan mempunyai fungsi

sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah

dan wajib retribusi daerah,


62

b. Penyelenggaraan penghitungan penetapan pajak daerah dan

retribusi daerah,

c. Penyelenggaraan penagihan pajak daerah, retribusi daerah, dan

pendapatan daerah lainnya,

d. Pengelolaan pendapatan daerah lainnya,

e. Penyelenggaraan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah, dan

pendapatan daerah lainnya,

f. Penyelenggaraan pengkajian dan pengembangan pendapatan

daerah.

Masing-masing sub bidang dari bidang pendapatan mempunyai tugas

sebagai berikut:

(1) Sub Bidang Pendaftaran dan

Pendataan mempunyai tugas

melaksanakan pendaftaran dan

pendataan wajib pajak daerah dan

wajib retribusi daerah, melakukan

pemeriksaan lapangan terhadap

objek dan subjek pajak daerah dan

retribusi daerah, serta


63

menyelenggarakan pengawasan

terhadap penyediaan dan

penggunaan benda berharga.

(2) Sub Bidang Penetapan mempunyai

tugas melaksanakan perhitungan

dan penetapan pajak dan retribusi

daerah, serta menerbitkan surat

ketetapan pajak daerah dan surat

penggunaan benda berharga.

(3) Sub Bidang Penagihan mempunyai

tugas melaksanakan pencatatan

penerimaan dan tunggakan pajak

daerah, retribusi daerah, dan

pendapatan daerah lainnya,

melaksanakan penagihan, dan

melayani permintaan keberatan atas

penetapan pajak daerah dan retribusi

daerah.

(4) Sub Bidang Pendapatan Daerah

Lainnya mempunyai tugas


64

melaksanakan pengelolaan,

pengkajian, dan pengembangan

pendapatan daerah lainnya, serta

pengkajian pendapatan daerah.

3. Bidang Belanja

Bidang Belanja mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan

Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah di bidang pengelolaan

belanja daerah. Dalam melaksanakan tugas ini, maka bidang belanja

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pengelolaan anggaran daerah,

b. Penyelenggaraan dan pembinaan perbendaharaan daerah,

c. Penyelenggaraan permodalan daerah,

Masing-masing sub bidang dari bidang belanja mempunyai tugas

sebagai berikut:

(1) Sub Bidang Anggaran mempunyai

tugas melaksanakan pengkajian

kebijakan belanja daerah,

penyusunan anggaran daerah,

penyusunan juklak APBD, dan


65

penyusunan standarisasi harga

barang dan jasa.

(2) Sub Bidang Perbendaharaan

mempunyai tugas melaksanakan

pengujian dan analisa surat

permintaan pembayaran,

menerbitkan surat perintah

membayar uang, pengendalian kas

dan menyimpan uang milik daerah

pada bank.

(3) Sub Bidang Permodalan

mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan penyertaan modal

daerah.

4. Bidang Kekayaan

Bidang Kekayaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah di bidang

pengelolaan kekayaan daerah. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

maka bidang kekayaan daerah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan kebutuhan aktiva tetap,


66

b. Pelaksanaan inventarisasi dan pengadaan aktiva tetap,

c. Pengendalian, pemanfaatan, dan merawat kekayaan daerah,

d. Pelaksanaan pengelolaan tanah dan bangunan milik daerah,

e. Penyimpanan seluruh bukti sah kepemilikan kekayaan daerah.

Masing-masing sub bidang dari bidang kekayaan mempunyai tugas

sebagai berikut:

(1) Sub Bidang Pengadaan mempunyai

tugas melaksanakan pengkajian dan

analisis kebutuhan, dan pengadaan

aktiva tetap.

(2) Sub Bidang Pemanfaatan dan

Pengendalian mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan,

pemanfaatan, penyimpanan,

pendistribusian, penghapusan, dan

pengendalian aktiva tetap, serta

seluruh bukti sah kepemilikan

kekayaan daerah.

(3) Sub Bidang Perawatan mempunyai


67

tugas melaksanakan perawatan

aktiva tetap.

5. Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Bidang Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah di

bidang pembukuan dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana yang dimaksud, maka bidang ini mempunyai fungsi

sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan verifikasi keuangan daerah,

b. Penyelenggaraan pembukuan pendapatan dan belanja daerah,

c. Penyelenggaraan pelaporan keuangan dan kekayaan daerah.

Masing-masing sub bidang dari bidang pembukuan dan pelaporan

mempunyai tugas sebagai berikut:

(1) Sub Bidang Verifikasi mempunyai

tugas melaksanakan verifikasi atas

pertanggungjawaban pendapatan

dan belanja daerah, serta pembinaan

administrasi bagi pemegang kas.

(2) Sub Bidang Pembukuan mempunyai


68

tugas melaksanakan pembukuan

realisasi pendapatan dan belanja

daerah, analisis realisasi pendapatan

dan belanja daerah, serta memberi

bahan pertimbangan penerbitan

surat perintah membayar.

(3) Sub Bidang Pelaporan mempunyai

tugas melaksanakan pelaporan

keuangan dan kekayaan daerah serta

evaluasi laporan keuangan daerah.

3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

3.6.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan

dari dana yang tersedia dalam APBD, kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

selaku pejabat pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi

keuangan, aset, utang dan ekuitas dana yang berada dalam tanggung jawabnya.

Penyelenggaraan akuntansi merupakan pencatatan atau penataan atas transaksi

keuangan di lingkungan SKPD dan menyiapkan laporan keuangan sehubungan

dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya. Selanjutnya Laporan


69

Keuangan SKPD ini disusun menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang

terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Surplus

dan Defisit dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah disampaikan dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.

3.6.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sleman adalah:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

3.7. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

3.7.1. Kebijakan Umum Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pada dasarnya kebijakan anggaran pendapatan merupakan rencana sebagai

upaya pencapaian target pendapatan daerah dalam rangka memperkuat pelaksanaan

pembangunan daerah dalam upaya mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran yang
70

diinginkan, sehingga kebijakan anggaran pendapatan daerah diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan daerah, melalui peningkatan efektifitas dan optimalisasi

sumber-sumber pendapatan daerah. Kebijakan Pendapatan Daerah diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan daerah, melalui peningkatan efektivitas dan optimalisasi

sumber-sumber pendapatan daerah. Peningkatan efektivitas dan optimalisasi sumber-

sumber pendapatan daerah tersebut dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

pendapatan daerah dengan pendataan, pemantauan, penagihan dan penertiban kepada

wajib pajak dan wajib retribusi secara intensif, termasuk penertiban terhadap petugas

pengelola pendapatan.

Progran intensifikasi dan ektensifikasi sumber-sumber pendapatan ini

dilakukan melalui bermacam-macam kegiatan, antara lain:

a. Pendataan, pemeriksaan dan intensifikasi wajib pajak

daerah;

b. Operasional pemungutan retribusi;

c. Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan dan bagi hasil

pajak;

d. Pembinaan dan operasional Bea Perolehan Hak atas

tanah dan bangunan;

e. Pengkajian reklame;
71

f. Penagihan pajak daerah;

g. Penghitungan potensi retribusi parkir dan retribusi

pasar;

h. Evaluasi dan sosialisasi pendapatan daerah.

3.7.2. Kebijakan Umum Pengelolaan Belanja Daerah

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah, pengelolaan keuangan daerah perlu

diselenggarakan secara profesional, partisipatif, transparan dan akuntabel sesuai

dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya konkrit untuk

mewujudkan pengelolaan keuangan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel

dalam pengelolaan keuangan daerah telah ditetapkan arah dan kebijakan umum

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Arah dan Kebijakan Umum Belanja

Daerah ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi belanja daerah dalam

rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja

perangkat daerah. Arah dan Kebijakan Umum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Partisipatif

Pelaksanaan partisipatif sudah dilaksanakan sejak proses perencanaan

APBD melalui public hearing. Unsur-unsur utama partisipatif dalam

proses perencanaan adalah keterwakilan dan keterlibatan.


72

a. Keterwakilan

Keterwakilan warga menjadi salah satu unsur penting dalam

partisipatif karena merupakan aspek penting dari keadilan dan

demokrasi. Ini berarti bahwa ada peluang yang sama untuk

memberikan suara dan menyatakan pilihan bagi semua warga

masyarakat tanpa pengecualian.

b. Keterlibatan

Adanya keterlibatan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan

yang merasakan langsung dari efek kebijakan merupakan hal

mutlak yang diperlukan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya

yang menjadi kepedulian utama dalam kebijakan publik adalah

masalah publik itu sendiri.

2. Transparansi

Dua aspek penting dalam pelaksanaan transparansi dalam kebijakan

pengelolaan keuangan adalah aksesibilitas dan akurasi informasi.

Aksesibilitas pengelolaan keuangan dilakukan melalui penyajian

informasi baik melalui media masa maupun melalui website. Secara

konkrit aksesibilitas ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Sleman dengan cara:


73

a. Membuat laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD di beberapa media masa,

baik skala nasional maupun lokal;

b. Membuat annual report yang kemudian

didistribusikan ke beberapa departemen di

pemerintah pusat, beberapa universitas,

asosiasi, LSM maupun stake holder lainnya;

c. Menyajikan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD di website.

Akurasi diartikan bahwa informasi yang disampaikan adalah sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Sejak tahun anggaran 2003

pelaksanaan APBD Kabupaten Sleman telah diaudit BPK Perwakilan

III Yogyakarta. Hal itu juga digunakan untuk menjamin bahwa

pelaksanaan APBD sudah mendasarkan pada ketentuan yang berlaku.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas disini dapat diartikan sebagai suatu kewajiban dari

pemerintah Kabupaten Sleman untuk mempertanggungjawabkan

segala aktifitas kepada publik. Wujud dari pelaksanaan akuntabilitas

adalah sebagai berikut:


74

a. Pelaksanaan pembukuan atas dasar

pelaksanaan APBD dilakukandengan sistem

double entry oleh setiap entitas akuntansi

(Satuan Kerja Perangkat Daerah);

b. Penyusunan laporan keuangan dengan

didasarkan pada PP No. 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintah;

c. Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten

Sleman disusun dengan didasarkan pada

laporan keuangan SKPD.

3.7.3. Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah

Laporan keuangan Kabupaten Sleman disusun dengan menggunakan sistem

desentralisasi yaitu setiap satuan perangkat daerah membuat laporan keuangan satuan

kerja perangkat daerah yang menjadi kewenangannya. Kebijakan akuntasi yang

diberlakukan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Sleman adalah:

1. Periode Akuntansi

Periode Akuntansi adalah jangka waktu satu Tahun Anggaran, dimulai


75

tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan adalah

menggunakan basis akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi atau

peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara

kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta

dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

Laporan Perhitungan Anggaran dikecualikan dari basis akrual dan

menggunakan basis kas. Hal tersebut disebabkan karena APBD

Kabupaten Sleman Tahun Anggaran sebelumnya menggunakan basis

kas. Basis kas dalam Laporan Perhitungan Anggaran berarti bahwa

transaksi atau peristiwa lain, diakui pda saat kas atau setara kas diterima

atau dibayarkan dari rekening kas daerah.

3. Pengakuan Pendapatan dan Biaya

Pada Laporan Surplus dan Defisit, pendapatan dan biaya diakui pada

saat diyakini adanya suatu hak dan kewajiban tanpa memperhatikan saat

kas dan setara kas diterima atau dibayarkan tanpa memperhatikan

apakah kas sudah diterima atau dibayarkan kepada pihak ketiga. Hal itu

berarti berbeda dengan pendapatan dan belanja daerah pada Laporan

Perhitungan Anggaran yang diakui dengan basis kas. Pendapatan diakui


76

secara bruto yaitu dengan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah

netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). Pendapatan Pajak

Daerah diakui pada saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD), kecuali untuk pajak daerah yang bersifat official assesment.

Demikian juga untuk pendapatan Pajak Penerangan Jalan, yaitu diakui

pada saat diterimanya kepastian akan hak dari pemerintah daerah yaitu

pada saat diterima Surat Pemeritahuan dari PLN.

4. Kas dan Setara Kas

Kas dan setara kas adalah alat pembayaran yang sah dan dinilai dalam

mata uang rupiah. Kas dan setara kas terdiri dari:

a. Kas adalah sisa uang untuk dipertanggungjawabkan dan sisa kas

yang masih berada di pemegang kas per tanggal 31 Desember 2006;

b. Giro bank merupakan sisa giro di rekening bank yang ditunjuk

sebagai penyimpan uang pemerintah kabupaten Sleman per tanggal

31 Desember 2006;

c. Deposito adalah kas yang disimpan di bank dalam bentuk sertifikat

deposito yang pencairannya dibatasi pada jangka waktu tertentu.

5. Piutang

Piutang adalah klaim entitas pemerintan daerah atas uang, barang-


77

barang atau jasa terhadap pihak-pihak lain sebagai akibat suatu kejadian

yang telah lalu. Dalam pengertian utang ini tidak termasuk piutang

penguatan modal yang diberikan kepada masyarakat.

6. Sediaan

Penjelasan mengenai sediaan adalah sebagai berikut:

a. Sediaan adalah semua barang milik entitas pemerintah daerah yang

disimpan di gudang atau tempat penyimpanan lain yang

dimaksudkan untuk mendukung kegiatan normal entitas pemerintah

daerah.

b. Sediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikan atau

penguasaannya berpindah.

c. Sediaan pada akhir periode akuntansi dihitung berdasarkan hasil

inventarisasi fisik persediaan.

d. Sediaan dicatat sebesar:

 Biaya perolehan apabila diperoleh dengan

pengambilan,

 Biaya standar apabila diperoleh dengan

memproduksi sendiri,
78

 Nilai wajar atau estimasi lain penjualannya,

apabila diperoleh dengan cara lainnya

seperti donasi atau hibah.

e. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan

yang terakhir diperoleh.

7. Investasi

Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat

ekonomis sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi dibagi menjadi:

a. Investasi Jangka Pendek, yaitu investasi yang ditujukan dalam

rangka manajemen kas, dalam arti dapat segera diperjualbelikan dan

berisiko rendah.

b. Investasi Jangka Panjang, terdiri atas:

 Investasi Permanen, yaitu investasi jangka

panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki

secara berkelanjutan dalam upaya untuk

mendapatkan dividen dan pengaruh yang

signifikan, serta menjaga hubungan

kelembagaan. Penyertaan modal pada


79

BUMD atau badan usaha lain dan penguatan

modal juga termasuk kedalam investasi

permanen. Penguatan Modal merupakan

pinjaman lunak kepada masyarakat

ekonomi menengah kebawah, dalam jangka

waktu tertentu dengan membayar kontribusi

dan bertujuan untuk membantu modal kerja

usahanya.

 Investasi Non Permanen, yaitu investasi

jangka panjang yang tidak termasuk dalam

investasi permanen.

Investasi dicatat sebesar harga perolehan atau sebesar pengeluaran untuk

memperoleh investasi tersebut. Apabila investasi diperoleh tanpa

pengorbanan kekayaan ekonomis, maka investasi tersebut dicatat

sebesar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya.

8. Aktiva Tetap

Penjelasan mengenai aktiva tetap adalah sebagai berikut:

a. Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk

siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan

dalam operasi entitas pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat


80

umum, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan

normal entitas pemerintah dan mempunyai masa manfaat lebih dari

satu tahun.

b. Aktiva Tetap diakui pada saat terjadi pemindahan hak atas

kepemilikan atau penguasaan yang sah.

c. Aktiva Tetap dicatat sebesar harga perolehan, apabila harga

perolehan tidak diketahui, maka aktiva tetap dinilai sebesar nilai

wajar pada saat perolehan.

d. Apabila kesulitan menentukan nilai wajar aktiva tetap, maka aktiva

tetap dicatat sebesar Rp. 1,00 per unit untuk menyatakan bahwa

barang tersebut tercatat dalam Daftar Aktiva Tetap.

e. Aktiva Tetap berupa gedung, jalan dan jembatan serta bangunan

irigasi yang pengadaannya sebelum akhir tahun 2001 (saat

penyusunan Neraca Awal Kabupaten Sleman) sudah dilakukan

penilaian ulang oleh konsultan penilai independen PT. Jasa

Advisindo sesuai dengan kontrak kerja Nomor

030/10/SPK.PA/2003 dan No. 015/JAL-SSP/XI/03 tanggal 10

November 2003.

f. Konstrukasi dalam pengerjaan diakui sebesar tingkat persentase

penyelesaian konstruksi.
81

g. Terhadap nilai aktiva tetap, belum dilakukan penghitungan

depresiasi.

9. Aktiva Lain-lain

Aktiva lain-lain adalah aktiva yang tidak dapat dikelompokkan dalam

Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang dan Aktiva Tetap. Aktiva Lain-

lain diakui sebesar harga perolehannya.

10. Hutang

Hutang adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa

yang akan datang, yang timbul akibat kewajiban sekarang untuk masa

yang akan datang, sebagai akibat suatu kejadian yang telah lalu. Hutang

terdiri atas:

a. Hutang Lancar, yaitu hutang yang harus dibayarkan atau jatuh tempo

dalam satu periode akuntansi berikutnya.

b. Hutang Jangka Panjang, yaitu hutang yang harus dibayarkan atau

jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi berikutnya.

11. Ekuitas

Ekuitas merupakan kekayaan bersih yaitu selisih antara Total Aktiva

dengan Total Hutang. Ekuitas terdiri dari:


82

a. Ekuitas Dana Lancar, yaitu selisih antara Aktiva Lancar dan Hutang

Lancar.

b. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang

tertanam dalam Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap dan Aktiva

Lain-lain dikurangi dengan Hutang Jangka Panjang.

c. Ekuitas Dana Dicadangkan mencerminkan kekayaan pemerintah

yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan.

Anda mungkin juga menyukai