PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu yang relatif singkat sektor publik telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Munculnya sektor publik ini karena ada kebutuhan masyarakat secara bersama
terhadap barang atau layanan tertentu. Masyarakat membutuhkan regulasi yang mencakup
pemakaian barang-barang publik tersebut sehingga dapat didistribusikan secara adil dan merata ke
seluruh lapisan masyarakat. Sektor publik dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melaui
pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum (Mohammad Mahsun, Firma
Dengan semakin besarnya peran sektor publik didalam masyarakat ini, organisasi tersebut juga
menghadapi tuntutan yang lebih besar dari masyarakat. Tuntutan ini antara lain adalah dilakukan
transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Saat ini terhadap
perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemerintah, perusahaan milik negara dan berbagai organisasi publik lainnya.
Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien memperhitungkan
biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Berbagai
tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang
dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya
merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat
ini akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih
dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik, menimbulkan implikasi bagi
manajemen sektor publik untuk memberikan informasi pada publik. Salah satu informasi yang
dibutuhkan oleh publik adalah informasi mengenai pengelolaan dana atau keuangan pada organisasi
sektor publik. Informasi mengenai pengelolaan dana atau keuangan tersebut dapat dilihat dari
laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi finansial yang memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik internal maupun
eksternal. Menurut standar akuntansi pemerintahan terdapat beberapa kelompok pengguna laporan
keuangan, yaitu: masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa, pihak
yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah.
Laporan keuangan ini digunakan terutama untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Pelaporan keuangan sektor publik seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai transparansi, akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial maupun politik. Agar suatu laporan keuangan dapat memenuhi tujuannya maka
terdapat empat karakteristik yang harus dipenuhi oleh laporan keuangan, yaitu : relevan, andal,
dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
Selain memenuhi syarat karakteristik diatas laporan keuangan sektor publik juga harus dibuat
dengan prinsip-prinsip tertentu yang disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan
yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengamanatkan tugas penyusunan standar tersebut kepada suatu komite standar yang independen
yang ditetapkan dengan suatu keputusan presiden tentang komisi standar akuntansi pemerintahan.
Sesuai amanat Undang-Undang tersebut di atas, Presiden menetapkan Keputusan Presiden RI
Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) tertanggal 5 Oktober
2004 dan terakhir diubah dengan Keputusan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
Keppres tersebut menguatkan kedudukan KSAP yang telah dibentuk oleh Menteri Keuangan
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 308/KMK.012/2002 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertanggal 13 Juni 2002.
KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan
mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif dan
Komite Kerja. Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan pendapat dalam rangka
Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan dan menyusun konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah. Dengan
demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Sesuai dengan UU No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
satuan organisaasi di lingkungan pemerintah pusat atau daerah, jika menurut peraturan perundang-
undanan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Setiap entitas pelaporan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya
upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dengan SAP.
Proses penyiapan SAP yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional
dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Proses penyiapan SAP merupakan
mekanisme prosedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam setiap penyusunan
sehingga menghasilkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP).
PSAP berisikan prinsip-prinsip akuntansi yang dimaksudkan sebagai ketentuan yang
dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi oleh penyelenggara
akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan
keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Didalam prinsip-prinsip ini juga
Salah satu prinsip akuntansi yang sangat berperan dalam laporan keuangan adalah basis akuntansi
yang juga merupakan adopsi akutansi keuangan. Basis akuntansi adalah himpunan standar-standar
akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi-transaksi dan peristiwa lainnya
harus diakui untuk tujuan laporan keuangan (Partono: 2001,16). Secara ringkas basis akuntansi
merupakan dasar akuntansi yang menetapkan kapan suatu transaksi diakui atau dicatat. Pengakuan
atau pencatatan transaksi tersebut akan berpengaruh pada laporan keuangan.
Pada dasarnya terdapat empat basis akuntansi yang bisa digunakan oleh pemerintah daerah,
yaitu : akuntansi basis kas, akuntansi basis kas modifikasian, akuntansi basis akrual modifikasian,
dan akuntansi basis akrual (Mahmudi: 2007, 57). Keempat basis akuntansi tersebut pada dasarnya
bersifat berkelanjutan dari basis kas menuju ke basis akrual. Perbedaan keempat basis tersebut
Secara konsepsional hanya terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual.
Basis di antara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas ke basis akrual. Apabila
proses transisi dilakukan dari basis kas ke basis akrual maka akan semakin banyak tujuan laporan
keuangan yang dapat dipenuhi. Dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh
dari basis-basis yang lain juga dapat disediakan (Abdul Halim: 2002, 40).
Basis kas merupakan dasar pencatatan akuntansi yang paling sederhana. Basis kas mengakui dan
mencatat transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Sistem akuntansi berbasis kas hanya
mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar (Indra Bastian: 2006, 110). Dalam sistem akuntansi
ini laporan keuangan tidak bisa dihasilkan karena tidak ada data tentang aktiva dan kewajiban.
Pentahapan penerapan basis akrual pada sistem akuntansi keuangan daerah dilakukan dengan cara
penggunaan basis kas modifikasian dan basis akrual modifikasian. Basis kas modifikasian mencatat
transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun
anggaran berdasarkan basis akrual. Sedangkan basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan
menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk
sebagian besar transaksi.
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) yang merupakan serangkaian standar-
Akuntansi Sektor Publik (IAI-KASP) pada tahun 2002 telah memilih basis akrual sebagai dasar
pencatatan akuntansi (Indra Bastian: 2006,131). Basis akrual mengakui transaksi dan kejadian pada
saat transaksi dan kejadian tersebut terjadi, yaitu ketika sudah menjadi hak atau kewajiban
meskipun belum diterima atau dikeluarkan kasnya. Dengan basis akrual, organisasi akan mengakui
Strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas menuju basis
akrual yang disebut juga cash towards accrual. Dengan basis ini, basis kas digunakan untuk
pengakuan pendapatan, belanja, pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan basis
akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Pada basis akrual untuk neraca
berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat
kejadian atau pada saat kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemeritah, tanpa
Otonomi daerah yang dilaksanakan per tanggal 1 Januari 2001 telah memberikan peran yang
lebih besar kepada pemerintah dan pelaku ekonomi daerah untuk menangani pemerintah daerah
termasuk dalam sektor keuangan. Beberapa acuan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah antara lain adalah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang
kemudian direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004, UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No.
33 Tahun 2004, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
laporan keuangan yang antara lain terdiri atas Laporan Arus Kas dan Neraca. Dasar akuntansi yang
dapat memenuhi tuntutan tentang laporan keuangan tersebut adalah basis akrual. Akan tetapi,
karena penerapan basis akrual secara sepenuhnya pada sistem akuntansi keuangan daerah
memerlukan banyak perubahan pada sumber daya manusia dan teknologi, maka penerapan basis
akrual dilakukan secara bertahap melalui suatu proses transisi (Abdul Halim: 2002, 40). Proses
transisi standar menuju akrual diharapkan selesai pada tahun 2007, sehingga pada tahun 2008
pemerintah daerah telah menggunakan basis akrual dalam laporan keuangan. Proses transisi ini
Akuntansi dengan basis akrual ini dianggap lebih baik daripada basis kas, karena akuntansi berbasis
akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat,
komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Pengaplikasian basis akrual dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga
pelayanan yang dibebankan kepada publik. Akuntansi berbasis akrual membedakan antara
penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban
membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat
diperoleh atau terjadi, tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan, dan dicatat
dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada penerimaan
dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang
mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Karena itu laporan keuangan
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pada sektor publik, keputusan tidak hanya
dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi saja, tetapi banyak keputusan politik dan sosial seperti
pengangkatan atau pemberhentian menteri dan penjabat pemerintah, serta pemberian bantuan
Tujuan umum pelaporan keuangan dengan basis akrual mempunyai peran akuntabilitas dan peran
informatif, sehingga laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada pengguna. Dengan
laporan keuangan berbasis akrual pengguna dapat melakukan penilaian atas kinerja keuangan,
posisi keuangan, aliran arus kas suatu entitas, kepatuhan entitas terhadap undang-undang, regulasi,
hukum dan perjanjian kontrak. Laporan keuangan berbasis akrual juga dapat membantu pengguna
internal dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan sumber daya dalam menjalankan suatu
usaha.
Mengingat pentingnya akuntansi berbasis akrual dalam pencapai tujuan laporan keuangan,
maka pembahasan secara mendalam tentang penggunaan akuntansi berbasis akrual dalam laporan
keuangan khususnya pada sektor publik perlu dievaluasi. Dalam pengajuan skripsi ini penulis
SLEMAN”.
2. Perumusan Masalah
Di dalam mengadakan suatu penelitian, maka sudah menjadi suatu keharusan bagi peneliti
tersebut untuk membuat rumusan-rumusan masalah yang akan diteliti, sehingga penelitian akan
memiliki nilai-nilai ilmiah. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan
anggaran 2006/2007?
3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang terlalu luas, maka penulis perlu
memberikan pembatasan terhadap permasalahan, yaitu pada laporan keuangan : Neraca, Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan basis akrual pada
laporan keuangan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini penulis akan menilai kelebihan dan
kekurangan atas penggunaan basis akrual dalam laporan keuangan sektor publik.
Selain itu penulis juga tertarik untuk mengetahui dan memahami berapa besar peranan penggunaan
basis akrual dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian ini juga akan menambah
wawasan penulis mengenai manfaat penggunaan basis akrual pada laporan keungan Pemerintah
Daerah.
5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini akan bermanfaat sebagai hasil dari penerapan teori, khususnya mengenai
akuntansi sektor publik dan sebagai bekal pengetahuan bagi penulis apabila akan melanjutkan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman dalam menyajikan laporan keuangan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan informasi bagi peneliti lain dalam penelitian yang menyangkut masalah-masalah
6. Metodologi Penelitian
Penelitian merupakan usaha penyelidikan yang sistematis dan terorganisasi (Nur Indriantoro
dan Bambang Supomo: 1999, 3). Untuk mencapai tujuannya, maka suatu penelitian harus
menggunakan metode-metode yang diatur dengan baik. Metodologi penelitian berisi pengetahuan
yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Dengan
demikian, setiap penelitian harus didasarkan pada kerangka tertentu dalam pengumpulan data,
sehingga penelitian bisa dilakukan secara terarah sehingga hasil yang diperoleh valid dan tidak bias.
a. Subjek Penelitian
b. Objek Penelitian
Adapun objek yang akan diteliti adalah data laporan keuangan keuangan Pemerintah
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat diperlukan dalam penelitian, karena
dengan adanya data-data yang sudah dikumpulkan, baru dapat dilakukan analisis data untuk
menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Adapun metode-metode pengumpulan data yang
a. Wawancara
dengan objek yang diteliti. Hasil wawancara selanjutnya dicatat oleh pewawancara
b. Observasi
Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku subjek, objek atau kejadian
yang diteliti. Data yang dikumpulkan dengan metode ini umumnya tidak terdistorsi,
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang antara lain berupa faktur, jurnal,
surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan keuangan dari
instansi yang bersangkutan dengan objek penelitian dan sumber-sumber lain untuk
3. Jenis data
Sumber data penelitian adalah faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
metode pengumpulan data (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo: 1999, 146). Berdasarkan
sumber data penelitian maka jenis data penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara), dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data dari kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Data primer
dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan peneliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder yang dikumpulkan penulis antara lain berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah disusun dalam arsip (data dokumenter) yang telah dipublikasikan.
7. Analisis Data
8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Pemerintah Daerah.
BAB V : Penutup
BAB II
LANDASAN TEORI
Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama secara terstruktur untuk
mencapai tujuan tertentu atau sejumlah sasaran yang telah ditetapkan bersama. Setiap organisasi
mempunya tujuan yang spesifik yang hendak dicapai dan memerlukan manajemen yang baik agar
bisa mencapai tujuan tersebut. Tujuan organisasi tersebut dapat bersifat kualitatif ataupun
kuantitatif yang dapat dibagi lagi menjadi tujuan yang bersifat financial maupun non-financial.
Tujuan dari setiap organisasi sangat bervariasi tergantung kepada tipe organisasi. Pada dasarnya
terdapat empat jenis tipe organisasi, yaitu (Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus
Andre Purwanugraha: 2006, 3):
1. Pure -Profit Organization
menjual barang dan jasa dengan tujuan utama untuk memperoleh laba sebanyak-
2. Quasi-Profit Organization
barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh laba dan mencapai tujuan lainnya
3. Quasi-Nonprofit Organization
barang dan jasa dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh
keuntungan.
4. Pure-Nonprofit Organization
dan jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum seringkali organisasi hanya dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu profit
organization dan nonprofit organization. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan untuk
memberi batasan yang tegas antara tipe organisasi pure-profit organization dan quasi-profit
pengelompokan tipe organisasi secara umum tersebut maka organisasi sector public merupakan
nonprofit organization.
Lingkup organisasi sektor publik sering kali tidak sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kejadian
histories dan suasana politik yang berkembang di setiap negara yang menyebabkan area organisasi
sektor publik menjadi berbeda pula. Dalam praktiknya definisi organisasi sektor publik di Indonesia
adalah organisasi yang menggunakan dana masyarakat, seperti (Indra Bastian: 2006, 3):
a. Organisasi Pemerintah Pusat.
Setiap organisasi juga mempunyai sifat dan karakteristik tertentu. Apabila ditinjau dari
berbagai sifat organisasi, maka organisasi sektor publik dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
1. Tujuan Organisasi
bertahap.
2. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan organisasi sektor publik adalah pajak, retribusi, utang, obligasi,
laba BUMN/BUMD, penjualan aset negara, serta pendapatan lein-lain yang sah dan
3. Pertanggungjawaban
parlemen.
4. Struktur Organisasi
5. Karakteristik Anggaran
6. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan organisasi sektor public dilihat dari keadaan ekonomi, efisiensi
dan efektifitas.
7. Kecenderungan Sifat
8. Dasar Operasional
Keberadaan dan perkembangan sektor publik ini tidak terlepas dari sejarah. Sejarah
organisasi sektor publik telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Pada awalnya, sektor publik ini
muncul karena adanya kebutuhan masyarakat secara bersama terhadap barang atau jasa tertentu.
Untuk menghindari terjadinya alokasi dan distribusi barang atau pelayanan umum yang tidak adil
maka pengaturan dan pengalokasiannya diserahkan kepada pihak tertentu. Warga masyarakat
akhirnya membayar sejumlah pajak untuk mendukung pengaturan barang atau layanan umum oleh
pengurus tersebut.
Bukti sejarah mengindikasikan bahwa praktik sistem pencatatan telah ada sejak zaman mesir
kuno (Indra Bastian: 2006, 5). Pencatatan ini membuktikan bahwa telah adanya suatu organisasi
yang dibentuk untuk mengurus pengaturan barang atau layanan tertentu. Selanjutnya pencatatan ini
berkembang ke arah yang lebih sempurna. Perkembangan organisasi sektor publik juga terjadi
dengan adanya tuntutan terhadap pembentukan organisasi sektor publik yang ekonomis, efisien,
Organisasi sektor publik mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat. Setiap warga
negara berhak untuk dapat menikmati barang dan jasa dari organisasi sektor publik sebagai bentuk
imbalan secara tidak langsung atas kewajiban membayar pajak yang telah mereka lakukan.
Organisasi sektor publik harus bisa menyediakan barang dan jasa tersebut untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Organisasi sekrot publik yang bertanggung jawab
Beberapa alasan mengapa organisasi sektor publik dibutuhkan bisa diuraikan sebagai berikut
(Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus Andre Purwanugraha: 2006, 17):
rekreasi, perlindungan hukum dapat disediakan untuk masyarakat secara adil dan
dan sebagainya.
3. Untuk menjamin bahwa public goods and services disediakan dengan harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta,
misalnya perusahaan transportasi, rumah sakit, sekolah dan perusahaan jasa lainnya
4. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa karena adanya perbedaan agama
maupun suku.
Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh suatu entitas sangat dipengaruhi oleh tipe
organisasi itu sendiri. Tipe organisasi mempunyai lingkungan yang berbeda satu sama lain sehingga
Pada sektor pubik akuntansi sering kali diartikan sebagai akuntansi dana masyarakat, yaitu teknik
dan analisis akuntansi yang digunakan pada organisasi sektor publik. Akuntansi sektor publik
memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada wilayah publik.
Akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang
diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-
departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun
pada proyek-proyek kerja sama sektor publik swasta (Indra Bastian: 2006, 15).
2.2.2. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik berkaitan dengan tiga hal, yaitu penyediaan informasi, pengendalian
manajemen dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik ini merupakan alat informasi bagi
pemerintah maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi ini sangat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan.
American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa tujuan akuntansi
pada sektor public adalah untuk (Mardiasmo: 2002,14):
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas suatu oprasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah
dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
Salah satu kriteria keberhasilan dari organisasi sektor publik adalah kondisi perekonomian.
Keberhasilan organisasi sektor publik tidak terlepas dari pemahaman akan pentingnya akuntansi
sektor publik dan pengaturan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik itu sendiri.
Penataan yang baik terhadap akuntansi sektor publik harus dilakukan mengingat pentingnya
peranan sektor publik dalam pemerintahan. Penetapan akan ruang lingkup akuntansi merupakan
salah satu hal yang sangat substansial dalam penataan akuntansi sektor publik. Secara teoritis,
Akuntansi Sektor Publik merupakan bidang akuntansi yang mempunyai ruang lingkup lembaga-
lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, yayasan,
partai politik, perguruan tinggi dan organisasi-organisasi non profit lainnya (Indra Bastian: 2006,
19).
2.3. Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi informasi mengenai
kondisi keuangan suatu organisasi. Informasi keuangan ini sangat dibutuhkan oleh publik. Dalam
penyajian laporan keuangan, suatu organisasi sektor publik mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
pembuatan laporan keuangan sektor publik adalah (Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan
laporan keuangan dan penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan
sebagai alat untuk memonitor dan menilai efisiensi kinerja manajer publik, dan
aktifitas di masa yang akan datang serta memberikan informasi pendukung mengenai
4. Kelangsungan organisasi
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu para pembaca menentukan apakah suatu
organisasi atau unit kerja tersebut dapat melangsungkan usahanya untuk menyediakan
5. Hubungan masyarakat
Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dan media untuk menyatakan
Pemerintah daerah yang juga merupakan suatu organisasi sektor publik juga memiliki tujuan
tertentu dalam menyajikan laporan keuangan. Adapun secara garis besar tujuan penyajian laporan
Karena laporan keuangan pemerintah daerah digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,
maka penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus tepat waktu dan dapat diandalkan.
Laporan keuangan sektor publik yang dipublikasikan sangat bermanfaat sebagai dasar dari
pengambilan keputusan bagi para pemakainya. Namun banyak pihak masih berpandangan bahwa
penyajian laporan keuangan sektor pulik hanya merupakan formalitas dalam rangka memenuhi
peraturan perundangan saja, sehingga pengambilan keputusan masih didasarkan pada kepentingan-
kepentingan lainnya.
Laporan keuangan sektor publik kurang dimanfaatkan karena masih rendahnya budaya
akuntabilitas dan penyajian laporan keuangan. Penyebab lainnya adalah masih banyak masyarakat
yang kurang rasional dalam pengambilan keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, dan politik.
Jika masyarakat lebih eksploratif dan lebih kritis dalam menelaah laporan keuangan sektor publik,
maka pembaca akan dapat menemukan informasi yang penting dalam laporan keuangan sektor
publik. Informasi tersebut akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan yang lebih rasional.
Secara spesifik, manfaat penyajian laporan keuanga sektor publik adalah (Mahmudi: 2007, 6):
ekonomi suatu pemerintahan dan perubahan-perubahan yang telah dan akan terjadi;
peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang
disyaratka;
c. Untuk mengevaluasi hasil (outcome) suatu program, aktivitas, dan fungsi serta
Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan sektor publik dapat digunakan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan baik internal maupun eksternal. Dilihat dari sisi internal,
laporan keuangan sektor publik merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajemen dan
organisasi. Sedangkan dari sisi eksternal, laporan keuangan sektor publik merupakan salah satu
Setiap pemakai laporan keuangan sektor publik memiliki kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda-beda terhadap informasi keuangan yang diberikan oleh organisasi sektor publik tersebut.
Laporan keuangan pemerintah sebagai suatu organisasi sektor publik disediakan untuk memberikan
informasi kepada berbagai kelompok pemakai, meskipun setiap kelompok memiliki kebutuhan
informasi yang berbeda-beda. Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan
penggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah
telah melakukan ketaatan fiskal dan ketaatan pada peraturan perundangan atas
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan.
fungsi pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan
kinerja, dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan
keuangan dapat dikelompokkan atas beberapa kelompok. Menurut SAP, terdapat beberapa
kelompok pengguna laporan keuangan, yaitu (Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan
1. Masyarakat;
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman;
4. Pemerintah.