Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam kurun waktu yang relatif singkat sektor publik telah mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Munculnya sektor publik ini karena ada kebutuhan masyarakat secara bersama

terhadap barang atau layanan tertentu. Masyarakat membutuhkan regulasi yang mencakup

pemakaian barang-barang publik tersebut sehingga dapat didistribusikan secara adil dan merata ke

seluruh lapisan masyarakat. Sektor publik dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan

dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melaui

pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum (Mohammad Mahsun, Firma

Sulistyowati dan Heribertus Andre Purwanugraha: 2006, 4).

Dengan semakin besarnya peran sektor publik didalam masyarakat ini, organisasi tersebut juga
menghadapi tuntutan yang lebih besar dari masyarakat. Tuntutan ini antara lain adalah dilakukan
transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Saat ini terhadap
perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemerintah, perusahaan milik negara dan berbagai organisasi publik lainnya.
Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien memperhitungkan
biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Berbagai
tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang
dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya
merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat
ini akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih
dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik, menimbulkan implikasi bagi

manajemen sektor publik untuk memberikan informasi pada publik. Salah satu informasi yang

dibutuhkan oleh publik adalah informasi mengenai pengelolaan dana atau keuangan pada organisasi

sektor publik. Informasi mengenai pengelolaan dana atau keuangan tersebut dapat dilihat dari

laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan sumber informasi finansial yang memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik internal maupun
eksternal. Menurut standar akuntansi pemerintahan terdapat beberapa kelompok pengguna laporan
keuangan, yaitu: masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa, pihak
yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah.
Laporan keuangan ini digunakan terutama untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Pelaporan keuangan sektor publik seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai transparansi, akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial maupun politik. Agar suatu laporan keuangan dapat memenuhi tujuannya maka
terdapat empat karakteristik yang harus dipenuhi oleh laporan keuangan, yaitu : relevan, andal,
dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
Selain memenuhi syarat karakteristik diatas laporan keuangan sektor publik juga harus dibuat
dengan prinsip-prinsip tertentu yang disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan
yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengamanatkan tugas penyusunan standar tersebut kepada suatu komite standar yang independen
yang ditetapkan dengan suatu keputusan presiden tentang komisi standar akuntansi pemerintahan.
Sesuai amanat Undang-Undang tersebut di atas, Presiden menetapkan Keputusan Presiden RI
Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) tertanggal 5 Oktober
2004 dan terakhir diubah dengan Keputusan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
Keppres tersebut menguatkan kedudukan KSAP yang telah dibentuk oleh Menteri Keuangan
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 308/KMK.012/2002 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertanggal 13 Juni 2002.
KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan

pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan, termasuk

mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif dan

Komite Kerja. Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan pendapat dalam rangka

perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan dan menyusun konsep Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintah. KSAP menyampaikan konsep Peraturan

Pemerintah kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah.

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah. Dengan
demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Sesuai dengan UU No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan

satuan organisaasi di lingkungan pemerintah pusat atau daerah, jika menurut peraturan perundang-

undanan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Setiap entitas pelaporan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya
upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

dengan SAP.

Proses penyiapan SAP yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional
dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Proses penyiapan SAP merupakan
mekanisme prosedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam setiap penyusunan
sehingga menghasilkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP).
PSAP berisikan prinsip-prinsip akuntansi yang dimaksudkan sebagai ketentuan yang

dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi oleh penyelenggara

akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan

keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Didalam prinsip-prinsip ini juga

terdapat teknik akuntansi yang diadopsi dari akuntansi keuangan.

Salah satu prinsip akuntansi yang sangat berperan dalam laporan keuangan adalah basis akuntansi
yang juga merupakan adopsi akutansi keuangan. Basis akuntansi adalah himpunan standar-standar
akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi-transaksi dan peristiwa lainnya
harus diakui untuk tujuan laporan keuangan (Partono: 2001,16). Secara ringkas basis akuntansi
merupakan dasar akuntansi yang menetapkan kapan suatu transaksi diakui atau dicatat. Pengakuan
atau pencatatan transaksi tersebut akan berpengaruh pada laporan keuangan.
Pada dasarnya terdapat empat basis akuntansi yang bisa digunakan oleh pemerintah daerah,

yaitu : akuntansi basis kas, akuntansi basis kas modifikasian, akuntansi basis akrual modifikasian,

dan akuntansi basis akrual (Mahmudi: 2007, 57). Keempat basis akuntansi tersebut pada dasarnya

bersifat berkelanjutan dari basis kas menuju ke basis akrual. Perbedaan keempat basis tersebut

berkaitan dengan penetapan waktu pengakuan dan pengukuran suatu transaksi.

Secara konsepsional hanya terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual.

Basis di antara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas ke basis akrual. Apabila

proses transisi dilakukan dari basis kas ke basis akrual maka akan semakin banyak tujuan laporan

keuangan yang dapat dipenuhi. Dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh

dari basis-basis yang lain juga dapat disediakan (Abdul Halim: 2002, 40).

Basis kas merupakan dasar pencatatan akuntansi yang paling sederhana. Basis kas mengakui dan
mencatat transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Sistem akuntansi berbasis kas hanya
mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar (Indra Bastian: 2006, 110). Dalam sistem akuntansi
ini laporan keuangan tidak bisa dihasilkan karena tidak ada data tentang aktiva dan kewajiban.
Pentahapan penerapan basis akrual pada sistem akuntansi keuangan daerah dilakukan dengan cara
penggunaan basis kas modifikasian dan basis akrual modifikasian. Basis kas modifikasian mencatat
transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun
anggaran berdasarkan basis akrual. Sedangkan basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan
menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk
sebagian besar transaksi.
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) yang merupakan serangkaian standar-

standar akuntansi yang direkomendasikan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia-Kompartemen

Akuntansi Sektor Publik (IAI-KASP) pada tahun 2002 telah memilih basis akrual sebagai dasar

pencatatan akuntansi (Indra Bastian: 2006,131). Basis akrual mengakui transaksi dan kejadian pada

saat transaksi dan kejadian tersebut terjadi, yaitu ketika sudah menjadi hak atau kewajiban

meskipun belum diterima atau dikeluarkan kasnya. Dengan basis akrual, organisasi akan mengakui

adanya utang, piutang dan aset.

Strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas menuju basis

akrual yang disebut juga cash towards accrual. Dengan basis ini, basis kas digunakan untuk

pengakuan pendapatan, belanja, pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan basis

akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Pada basis akrual untuk neraca

berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat

kejadian atau pada saat kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemeritah, tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Otonomi daerah yang dilaksanakan per tanggal 1 Januari 2001 telah memberikan peran yang

lebih besar kepada pemerintah dan pelaku ekonomi daerah untuk menangani pemerintah daerah

termasuk dalam sektor keuangan. Beberapa acuan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah antara lain adalah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang

kemudian direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004, UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No.

33 Tahun 2004, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, dan UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara.

Reformasi keuangan menyebabkan adanya peraturan baru yang menghendaki adanya

laporan keuangan yang antara lain terdiri atas Laporan Arus Kas dan Neraca. Dasar akuntansi yang
dapat memenuhi tuntutan tentang laporan keuangan tersebut adalah basis akrual. Akan tetapi,

karena penerapan basis akrual secara sepenuhnya pada sistem akuntansi keuangan daerah

memerlukan banyak perubahan pada sumber daya manusia dan teknologi, maka penerapan basis

akrual dilakukan secara bertahap melalui suatu proses transisi (Abdul Halim: 2002, 40). Proses

transisi standar menuju akrual diharapkan selesai pada tahun 2007, sehingga pada tahun 2008

pemerintah daerah telah menggunakan basis akrual dalam laporan keuangan. Proses transisi ini

bertujuan agar bisa diterapkannya akuntansi dengan basis akrual.

Akuntansi dengan basis akrual ini dianggap lebih baik daripada basis kas, karena akuntansi berbasis
akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat,
komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Pengaplikasian basis akrual dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga
pelayanan yang dibebankan kepada publik. Akuntansi berbasis akrual membedakan antara
penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban
membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat
diperoleh atau terjadi, tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan, dan dicatat
dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada penerimaan

dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang

mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Karena itu laporan keuangan

menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pada sektor publik, keputusan tidak hanya

dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi saja, tetapi banyak keputusan politik dan sosial seperti

pengangkatan atau pemberhentian menteri dan penjabat pemerintah, serta pemberian bantuan

program kepada kelompok-kelompok masyarakat tertentu sangat tergantung kepada pertimbangan

ekonomi pemerintah (Mardiasmo: 2004, 163).

Tujuan umum pelaporan keuangan dengan basis akrual mempunyai peran akuntabilitas dan peran
informatif, sehingga laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada pengguna. Dengan
laporan keuangan berbasis akrual pengguna dapat melakukan penilaian atas kinerja keuangan,
posisi keuangan, aliran arus kas suatu entitas, kepatuhan entitas terhadap undang-undang, regulasi,
hukum dan perjanjian kontrak. Laporan keuangan berbasis akrual juga dapat membantu pengguna
internal dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan sumber daya dalam menjalankan suatu
usaha.
Mengingat pentingnya akuntansi berbasis akrual dalam pencapai tujuan laporan keuangan,

maka pembahasan secara mendalam tentang penggunaan akuntansi berbasis akrual dalam laporan
keuangan khususnya pada sektor publik perlu dievaluasi. Dalam pengajuan skripsi ini penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “EVALUASI PENGGUNAAN BASIS

AKRUAL DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

SLEMAN”.

2. Perumusan Masalah

Di dalam mengadakan suatu penelitian, maka sudah menjadi suatu keharusan bagi peneliti

tersebut untuk membuat rumusan-rumusan masalah yang akan diteliti, sehingga penelitian akan

memiliki nilai-nilai ilmiah. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah basis akrual sudah mulai diterapkan pada laporan

keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun

anggaran 2006/2007?

2. Apakah penggunaan basis akrual pada laporan keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman telah menghasilkan

informasi yang lebih akurat, komprehensif dan relevan untuk

pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik?

3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang terlalu luas, maka penulis perlu

memberikan pembatasan terhadap permasalahan, yaitu pada laporan keuangan : Neraca, Laporan

Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan basis akrual pada

laporan keuangan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini penulis akan menilai kelebihan dan

kekurangan atas penggunaan basis akrual dalam laporan keuangan sektor publik.
Selain itu penulis juga tertarik untuk mengetahui dan memahami berapa besar peranan penggunaan
basis akrual dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian ini juga akan menambah
wawasan penulis mengenai manfaat penggunaan basis akrual pada laporan keungan Pemerintah
Daerah.
5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini akan bermanfaat sebagai hasil dari penerapan teori, khususnya mengenai

akuntansi sektor publik dan sebagai bekal pengetahuan bagi penulis apabila akan melanjutkan

penelitian ke dalam praktek.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten

Sleman dalam menyajikan laporan keuangan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Bagi STIE Widya Wiwaha

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan

referensi dan informasi bagi peneliti lain dalam penelitian yang menyangkut masalah-masalah

yang relevan dengan topik.

6. Metodologi Penelitian

Penelitian merupakan usaha penyelidikan yang sistematis dan terorganisasi (Nur Indriantoro

dan Bambang Supomo: 1999, 3). Untuk mencapai tujuannya, maka suatu penelitian harus

menggunakan metode-metode yang diatur dengan baik. Metodologi penelitian berisi pengetahuan

yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Dengan

demikian, setiap penelitian harus didasarkan pada kerangka tertentu dalam pengumpulan data,

sehingga penelitian bisa dilakukan secara terarah sehingga hasil yang diperoleh valid dan tidak bias.

1. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.

b. Objek Penelitian
Adapun objek yang akan diteliti adalah data laporan keuangan keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten Sleman.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat diperlukan dalam penelitian, karena

dengan adanya data-data yang sudah dikumpulkan, baru dapat dilakukan analisis data untuk

menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Adapun metode-metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan dalam metode survey yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Teknik wawancara

dilakukan karena penelitian memerlukan komunikasi dan hubungan secara langsung

dengan objek yang diteliti. Hasil wawancara selanjutnya dicatat oleh pewawancara

sebagai data penelitian.

b. Observasi

Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku subjek, objek atau kejadian

yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu

yang diteliti. Data yang dikumpulkan dengan metode ini umumnya tidak terdistorsi,

lebih akurat dan bebas dari respon bias.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang antara lain berupa faktur, jurnal,

surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan keuangan dari

instansi yang bersangkutan dengan objek penelitian dan sumber-sumber lain untuk

mendapatkan teori yang mendukung penelitian ini.

3. Jenis data

Sumber data penelitian adalah faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan

metode pengumpulan data (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo: 1999, 146). Berdasarkan
sumber data penelitian maka jenis data penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara), dalam penelitian ini penulis

mengumpulkan data dari kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Data primer

dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

sekunder yang dikumpulkan penulis antara lain berupa bukti, catatan atau laporan

historis yang telah disusun dalam arsip (data dokumenter) yang telah dipublikasikan.

7. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis perbandingan secara deskriptif


kualitatif. Praktik-praktik akuntansi yang terjadi dibandingkan dengan landasan teoritis yang
menjadi dasar dari pembahasan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan implikasi-
implikasinya yang akan menyebabkan perbedaan dalam perlakuanya akan diuraikan secara lebih
lanjut.

8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I : Pendahuluan

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah,

tujuan penelitian, analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Berisikan gambaran dan penjelasan, pengertian organisasi sektor publik,

akuntansi sektor publik, laporan keuangan sektor publik dan penjelasan

mengenai laporan keuangan, penjelasan mengenai basis akuntansi, jenis-jenis

basis akuntansi, penjelasan mengenai akuntansi basis akrual serta

penggunaan basis akrual dalam laporan keuangan organisasi sektor publik.


BAB III : Gambaran Umum Daerah Kabupaten Sleman

Berisikan gambaran umum Daerah Kabupaten Sleman. Sejarah singkat

berdirinya kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, struktur

organisasinya, sistem perekonomiannya, serta penjelasan mengenai laporan-

laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.

BAB IV : Analisis Data

Berisikan hasil analisis penggunaan basis akrual dalam laporan keuangan

Pemerintah Daerah.

BAB V : Penutup

Berisikan kesimpulan dan saran yang diperlukan untuk meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan Pemerintah Daerah.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Organisasi Sektor Publik

2.1.1. Pengertian Organisasi Sektor Publik

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama secara terstruktur untuk

mencapai tujuan tertentu atau sejumlah sasaran yang telah ditetapkan bersama. Setiap organisasi

mempunya tujuan yang spesifik yang hendak dicapai dan memerlukan manajemen yang baik agar

bisa mencapai tujuan tersebut. Tujuan organisasi tersebut dapat bersifat kualitatif ataupun

kuantitatif yang dapat dibagi lagi menjadi tujuan yang bersifat financial maupun non-financial.

Tujuan dari setiap organisasi sangat bervariasi tergantung kepada tipe organisasi. Pada dasarnya
terdapat empat jenis tipe organisasi, yaitu (Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus
Andre Purwanugraha: 2006, 3):
1. Pure -Profit Organization

Pure-Profit Organization adalah organisasi yang bertujuan untuk menyediakan atau

menjual barang dan jasa dengan tujuan utama untuk memperoleh laba sebanyak-

banyaknya sehingga bisa dinikmati oleh para pemilik.

2. Quasi-Profit Organization

Quasi-Profit Oganization adalah organisasi yang bertujuan menyediakan atau menjual

barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh laba dan mencapai tujuan lainnya

sebagaimana yang dikehendaki oleh para pemilik.

3. Quasi-Nonprofit Organization

Quasi-Nonprofit Organization adalah organisasi yang menyediakan dan menjual

barang dan jasa dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh

keuntungan.

4. Pure-Nonprofit Organization

Pure-Nonprofit Organization adalah organisasi yang menyediakan dan menjual barang

dan jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara umum seringkali organisasi hanya dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu profit

organization dan nonprofit organization. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan untuk

memberi batasan yang tegas antara tipe organisasi pure-profit organization dan quasi-profit

organization dan antara quasi-nonprofit organization dan pure-nonprofit organization. Dengan

pengelompokan tipe organisasi secara umum tersebut maka organisasi sector public merupakan

nonprofit organization.

Lingkup organisasi sektor publik sering kali tidak sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kejadian
histories dan suasana politik yang berkembang di setiap negara yang menyebabkan area organisasi
sektor publik menjadi berbeda pula. Dalam praktiknya definisi organisasi sektor publik di Indonesia
adalah organisasi yang menggunakan dana masyarakat, seperti (Indra Bastian: 2006, 3):
a. Organisasi Pemerintah Pusat.

b. Organisasi Pemerintah Daerah.

c. Organisasi Partai Politik dan Lembaga Swadaya Masyarakat.


d. Organisasi Yayasan.

e. Organisasi Pendidikan dan Kesehatan: puskesmas, rumah sakit dan sekolah.

f. Organisasi Tempat Peribadatan: masjid, gereja, vihara, kuil.

Setiap organisasi juga mempunyai sifat dan karakteristik tertentu. Apabila ditinjau dari

berbagai sifat organisasi, maka organisasi sektor publik dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :

1. Tujuan Organisasi

Tujuan organisasi sektor publik adalah untuk mensejahterakan masyarakat secara

bertahap.

2. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan organisasi sektor publik adalah pajak, retribusi, utang, obligasi,

laba BUMN/BUMD, penjualan aset negara, serta pendapatan lein-lain yang sah dan

sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

3. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban organisasi sektor publik adalah kepada masyarakat dan kepada

parlemen.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sektor publik bersifat birokratis, formal, dan hirarkis.

5. Karakteristik Anggaran

Karakteristik anggaran sektor publik terbuka untuk publik.

6. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan organisasi sektor public dilihat dari keadaan ekonomi, efisiensi

dan efektifitas.

7. Kecenderungan Sifat

Organisasi sektor publik cenderung bersifat politis.

8. Dasar Operasional

Dasar operasional organisasi sektor public berada diluar mekanisme pasar.


2.1.2. Sejarah Keberadaan Organisasi Sektor Publik

Keberadaan dan perkembangan sektor publik ini tidak terlepas dari sejarah. Sejarah

organisasi sektor publik telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Pada awalnya, sektor publik ini

muncul karena adanya kebutuhan masyarakat secara bersama terhadap barang atau jasa tertentu.

Untuk menghindari terjadinya alokasi dan distribusi barang atau pelayanan umum yang tidak adil

maka pengaturan dan pengalokasiannya diserahkan kepada pihak tertentu. Warga masyarakat

akhirnya membayar sejumlah pajak untuk mendukung pengaturan barang atau layanan umum oleh

pengurus tersebut.

Bukti sejarah mengindikasikan bahwa praktik sistem pencatatan telah ada sejak zaman mesir

kuno (Indra Bastian: 2006, 5). Pencatatan ini membuktikan bahwa telah adanya suatu organisasi

yang dibentuk untuk mengurus pengaturan barang atau layanan tertentu. Selanjutnya pencatatan ini

berkembang ke arah yang lebih sempurna. Perkembangan organisasi sektor publik juga terjadi

dengan adanya tuntutan terhadap pembentukan organisasi sektor publik yang ekonomis, efisien,

efektif, transparan, responsif dan memilii akuntabilitas publik yang tinggi.

2.1.3. Peranan Organisasi Sektor Publik

Organisasi sektor publik mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat. Setiap warga

negara berhak untuk dapat menikmati barang dan jasa dari organisasi sektor publik sebagai bentuk

imbalan secara tidak langsung atas kewajiban membayar pajak yang telah mereka lakukan.

Organisasi sektor publik harus bisa menyediakan barang dan jasa tersebut untuk kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Organisasi sekrot publik yang bertanggung jawab

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

Beberapa alasan mengapa organisasi sektor publik dibutuhkan bisa diuraikan sebagai berikut

(Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus Andre Purwanugraha: 2006, 17):

1. Untuk menjamin bahwa pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, transportasi,

rekreasi, perlindungan hukum dapat disediakan untuk masyarakat secara adil dan

merata tanpa memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.


2. Untuk memastikan bahwa layanan publik tertentu ditempatkan pada wilayah yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, misalnya musium, perpustakaan, tempat parkir

dan sebagainya.

3. Untuk menjamin bahwa public goods and services disediakan dengan harga yang

relatif lebih murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta,

misalnya perusahaan transportasi, rumah sakit, sekolah dan perusahaan jasa lainnya

yang menyediakan layanan yang serupa.

4. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa karena adanya perbedaan agama

maupun suku.

5. Untuk melindungi hak dan kemerdekaan masyarakat dengan menetapkan peraturan

perundangan yang kuat dan jelas.

2.2. Akuntansi Sektor Publik

2.2.1. Pengertian Akuntansi Sektor Publik

Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh suatu entitas sangat dipengaruhi oleh tipe

organisasi itu sendiri. Tipe organisasi mempunyai lingkungan yang berbeda satu sama lain sehingga

karakteristik informasi akuntansi yang dihasilkan juga akan berbeda.

Pada sektor pubik akuntansi sering kali diartikan sebagai akuntansi dana masyarakat, yaitu teknik
dan analisis akuntansi yang digunakan pada organisasi sektor publik. Akuntansi sektor publik
memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada wilayah publik.
Akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang
diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-
departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun
pada proyek-proyek kerja sama sektor publik swasta (Indra Bastian: 2006, 15).
2.2.2. Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik berkaitan dengan tiga hal, yaitu penyediaan informasi, pengendalian

manajemen dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik ini merupakan alat informasi bagi

pemerintah maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi ini sangat bermanfaat untuk

pengambilan keputusan.

American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa tujuan akuntansi
pada sektor public adalah untuk (Mardiasmo: 2002,14):
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas suatu oprasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada

organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan

pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan

penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi

pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah

dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).

2.2.3. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Salah satu kriteria keberhasilan dari organisasi sektor publik adalah kondisi perekonomian.
Keberhasilan organisasi sektor publik tidak terlepas dari pemahaman akan pentingnya akuntansi
sektor publik dan pengaturan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik itu sendiri.
Penataan yang baik terhadap akuntansi sektor publik harus dilakukan mengingat pentingnya
peranan sektor publik dalam pemerintahan. Penetapan akan ruang lingkup akuntansi merupakan
salah satu hal yang sangat substansial dalam penataan akuntansi sektor publik. Secara teoritis,
Akuntansi Sektor Publik merupakan bidang akuntansi yang mempunyai ruang lingkup lembaga-
lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, yayasan,
partai politik, perguruan tinggi dan organisasi-organisasi non profit lainnya (Indra Bastian: 2006,
19).
2.3. Laporan Keuangan Sektor Publik

2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi informasi mengenai

kondisi keuangan suatu organisasi. Informasi keuangan ini sangat dibutuhkan oleh publik. Dalam

penyajian laporan keuangan, suatu organisasi sektor publik mempunyai tujuan tertentu. Tujuan

pembuatan laporan keuangan sektor publik adalah (Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan

Heribertus Andre Purwanugraha: 2006, 123):

1. Kepatuhan dan pengelolaan

Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada para pengguna

laporan keuangan dan penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan

sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang ditetapkan.

2. Akuntabilitas dan kepatuhan retrospektif


Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik dan

sebagai alat untuk memonitor dan menilai efisiensi kinerja manajer publik, dan

memungkinkan pihak eksternal untuk menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan

sumber daya organisasi.

3. Perencanaan dan informasi otorisasi

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan

aktifitas di masa yang akan datang serta memberikan informasi pendukung mengenai

otorisasi penggunaan dana.

4. Kelangsungan organisasi

Laporan keuangan berfungsi untuk membantu para pembaca menentukan apakah suatu

organisasi atau unit kerja tersebut dapat melangsungkan usahanya untuk menyediakan

barang dan jasa (pelayanan) dimasa yang akan datang.

5. Hubungan masyarakat

Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dan media untuk menyatakan

prestasi yang telah dicapai organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

6. Sumber fakta dan gambaran

Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi berbagai kelompok kepentingan

yang ingin mengetahui organsasi secara lebih dalam.

Pemerintah daerah yang juga merupakan suatu organisasi sektor publik juga memiliki tujuan

tertentu dalam menyajikan laporan keuangan. Adapun secara garis besar tujuan penyajian laporan

keuangan pemerintah daerah adalah (Mahmudi: 2007, 4):

1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi,

sosial dan politik.

2. Untuk alat akuntabilitas publik.

3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial


dan organisasi.

Karena laporan keuangan pemerintah daerah digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,

maka penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus tepat waktu dan dapat diandalkan.

2.3.2. Manfaat Laporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan sektor publik yang dipublikasikan sangat bermanfaat sebagai dasar dari

pengambilan keputusan bagi para pemakainya. Namun banyak pihak masih berpandangan bahwa

penyajian laporan keuangan sektor pulik hanya merupakan formalitas dalam rangka memenuhi

peraturan perundangan saja, sehingga pengambilan keputusan masih didasarkan pada kepentingan-

kepentingan lainnya.

Laporan keuangan sektor publik kurang dimanfaatkan karena masih rendahnya budaya

akuntabilitas dan penyajian laporan keuangan. Penyebab lainnya adalah masih banyak masyarakat

yang kurang rasional dalam pengambilan keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, dan politik.

Jika masyarakat lebih eksploratif dan lebih kritis dalam menelaah laporan keuangan sektor publik,

maka pembaca akan dapat menemukan informasi yang penting dalam laporan keuangan sektor

publik. Informasi tersebut akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan yang lebih rasional.

Secara spesifik, manfaat penyajian laporan keuanga sektor publik adalah (Mahmudi: 2007, 6):

1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi

kesehatan keuangan pemerintah terkait dengan likuiditas dan solvabilitasnya;

2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi

ekonomi suatu pemerintahan dan perubahan-perubahan yang telah dan akan terjadi;

3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan

peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang

disyaratka;

4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran;

5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional;


a. Untuk menetukan biaya program, fungsi dan aktivitas sehingga memudahkan

analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,

membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja

unit pemerintah lain;

b. Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas operasi, program,

aktivitas, dan fungsi tertentu di pemerintahan;

c. Untuk mengevaluasi hasil (outcome) suatu program, aktivitas, dan fungsi serta

efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target;

d. Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan dan keadilan (equity & equality).

2.3.3. Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik

Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan sektor publik dapat digunakan

oleh berbagai pihak yang berkepentingan baik internal maupun eksternal. Dilihat dari sisi internal,

laporan keuangan sektor publik merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajemen dan

organisasi. Sedangkan dari sisi eksternal, laporan keuangan sektor publik merupakan salah satu

bentuk pertanggungjawaban dan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Setiap pemakai laporan keuangan sektor publik memiliki kebutuhan dan kepentingan yang

berbeda-beda terhadap informasi keuangan yang diberikan oleh organisasi sektor publik tersebut.

Laporan keuangan pemerintah sebagai suatu organisasi sektor publik disediakan untuk memberikan

informasi kepada berbagai kelompok pemakai, meskipun setiap kelompok memiliki kebutuhan

informasi yang berbeda-beda. Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut

dapat diringkas sebagai berikut (Mardiasmo: 2002, 172):

1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan

kualitas pelayanan yang diberikan.

2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan

penggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah

telah melakukan ketaatan fiskal dan ketaatan pada peraturan perundangan atas
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan.

3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi ntuk menghitung tingkat resiko,

likuiditas dan solvabilitas.

4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan

fungsi pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan

pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara.

5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi

manajemen untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran

kinerja, dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan

organsasi lain yang sejenis.

6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.

Berdasarkan kebutuhan pemakai terhadap laporan keuangan maka pemakai laporan

keuangan dapat dikelompokkan atas beberapa kelompok. Menurut SAP, terdapat beberapa

kelompok pengguna laporan keuangan, yaitu (Mohammad Mahsun, Firma Sulistyowati dan

Heribertus Andre Purwanugraha: 2006, 126):

1. Masyarakat;

2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman;

4. Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai