Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu
jenis ikan laut yang berprospek cukup cerah. Tak heran kalau ikan yang lebih
populer dengan sebutan seperti nama bintang film terkenal, Grace Kelly, ini
diincar banyak pengusaha untuk dibudidayakan.
Kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat
di daerah tropis. Ikan kerapu jenis ini mempunyai bentuk agak pipih yang bila
diperhatikan warna dasarnya abu-abu dengan bintik hitam pada badannya. Ikan
yang muda merupakan ikan hias laut yang mempunyai bintik lebih besar serta
lebih sedikit dibanding ikan yang lebih tua. Ciri khasnya terletak pada bentuk
moncong yang menyerupai bebek sehingga disebut ikan kerapu bebek. Rasa
dagingnya lezat sehingga banyak orang menyukainya. Ikan kerapu jenis ini
merupakan jenis kerapu yang saat ini paling mahal. Ikan ini berpotensi besar
untuk dikembangkan dan telah terbukti dapat dibudidayakan dengan baik di
karamba jaring apung maupun petakan kolam laut atau bak (Buckle, dkk. 1990).
Peluang pembudidayaannya masih terbuka luas karena potensi lahan untuk
karamba jaring apung maupun tambak masih cukup tersedia. Di samping itu,
teknologi budidaya kerapu bebek sudah dikuasai, mulai dari pembenihan,
pendederan, pengglondongan, hingga pembesaran.
Dari informasi pasar diketahui permintaan kerapu bebek, baik ukuran kecil
sebagai ikan hias maupun ukuran konsumsi, terus meningkat. Kerapu bebek
ukuran kecil (4-5 cm) laku dijual dengan harga Rp.7000,00/ekor, sedangkan
ukuran konsumsi dengan berat 400-600 g/ekor laku dijual di pasar lokal dengan
harga tahun 2000 sekitar Rp.250.000,00 sampai Rp.300.000,00 per kilogram.
Bahkan untuk pasar ekspor seperti Hongkong, Taiwan, dan Cina Daratan, harga
kerapu bebek ukuran konsumsi sekitar US$ 55 per kilogram.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 1


Sampai saat ini yang dapat dipenuhi pasar baru sebagian kecil dari
permintaan. Ini disebabkan produksinya hanya dari tangkapan alam sehingga
tidak kontinu, tergantung populasinya di alam.
Melihat tingginya permintaan dan harga jualnya maka peluang
membesarkan dalam karamba jaring apung cukup baik. Berkembangnya usaha
pembesaran kerapu bebek diharapkan dapat meningkatkan devisa negara (Buckle,
dkk. 1990).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara menyiapkan lokasi, memilih


benih yang bermutu, menyediakan pakan yang baik, melakukan
pembesaran, melakukan pembesaran, menangani penyakit pada ikan,
memijahkan ikan, hingga proses pemanenan.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana proses pengangkutan setelah proses
pemanenan, dan seperti analisis usaha dari budidaya ikan kerapu bebek
(Cromileptes altivelis).
3. Untuk dapat mengetahui perancangan panti benih ikan kerapu bebek
(Cromileptes altivelis).

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Agar para pembudidaya ikan kerapu bebek dapat menghasilkan produk
hasil budidaya yang bermutu dan berkualitas serta mampu memmenuhi
permintaan pasar juga mampu menghadapi persaingan di pasaran.
2. Agar para pembudidaya ikan kerapu bebek dapat memproduksi ikan
kerapu bebek dalam jumlah yang lebih banyak dan terjamin mutu dan
kualitasnya.
3. Agar para pembudidaya dapat lebih mengembangkan dan memajukan
usaha budidaya yang telah dijalani.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)

Ikan kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis) merupakan


ikan karang yang tergolong dalam filum Chordata, kelas Osteichtyes, dan famili
Serranidae. Sebelum membudidayakannya, perlu diketahui dahulu tentang
morfologi, habitat, dan sifat reproduksi dari kerapu bebek (Buckle, dkk. 1990).

2.2 Morfologi Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)

Kerapu bebek memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip
pektoral (dada), sirip garis lateral (gurat sisi), dan sirip caudal (ekor). Selain sirip,
di bagian tubuhnya terdapat sisik yang berbentuk sikloid.

Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung


(concave). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 hingga 7,6 cm dari panjang spesifik.
Sementara panjang tubuh maksimalnya mencapai 70 cm. Ikan ini tidak memiliki
gigi canine (gigi yang terdapat pada geraham ikan). Lubang hidungnya besar
berbentuk bulan sabit vertikal. Kulitnya berwarna terang abu-abu kehijauan
dengan bintik-bintik hitam di seluruh kepala, badan, dan sirip. Pada kerapu bebek
muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit (Buckle, dkk. 1990).

2.3 Penyebaran dan Habitat Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)

Daerah penyebaran kerapu bebek dimulai dari Afrika Timur sampai


Pasifik Barat Daya. Di Indonesia sendiri kerapu bebek banyak ditemukan di
perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Buru, dan Ambon. Salah satu indikator
adanya kerapu bebek ini adalah perairan karang yang ada di Indonesia cukup luas.

Dalam siklus hidupnya kerapu bebek muda hidup di perairan karang pantai
dengan kedalaman 0,5 sampai 3,0 m. Kerapu bebek muda dan larva banyak
terdapat di perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar perairan berupa pasir
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Menginjak masa dewasa, ikan

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 3


ini bermigrasi ke perairan lebih dalam, antara 7 sampai 40 m. Biasanya
perpindahan ini berlangsung pada siang dan sore hari. Telur dan larva bersifat
pelagis, sedangkan kerapu bebek muda hingga dewasa bersifat demersal (Buckle,
dkk. 1990).

2.4 Siklus Reproduksi

Kerapu bebek bersifat hermafrodit protogini, yaitu pada perkembangan


mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah
menjadi jantan bila sudah tumbuh menjadi lebih besar atau umumnya bertambah
tua. Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam berukuran kecil dan umumnya
berjenis kelamin betina. Induk akan mengalami kematangan kelamin sepanjang
tahun. Berdasarkan pengamatan mikroskopis dapat diketahui bahwa telur kerapu
bebek berbentuk bulat tanpa kerutan,cenderung bergerombol pada kondisi tanpa
aerasi. Kuning telurnya tersebar merata. Telur tersebut transparan dengan
diameter sekitar 850 mikron dan tidak mempunyai rongga di dalam telur.

Perkembangan embrional telur sejak pembuahan hingga penetasan


membutuhkan waktu setidaknya 19 jam. Pembelahan sel terjadi 40 menit setelah
pembuahan dan pembelahan sel berikutnya berlangsung setiap 15-30 menit
hingga mencapai tahap multisel selama 2 jam 25 menit sejak penetasan. Setelah
tahap multisel, tahap berikutnya adalah blastula, gastrula, neurula, dan embrio.
Gerakan pertama pada embrio akan terjadi 16 jam setelah pembuahan.
Selanjutnya telur akan menetas menjadi larva pada 19 jam setelah pembuahan.
Panjang total larva yang baru menetas 2,068 mm. Larva ini membawa kantong
kuning telur dengan panjang 0,766 mm yang di dalamnya terdapat gelembung
minyak dengan diameter 0,181 mm. Matanya belum berpigmen, sedangkan mulut
dan anus belum terbuka.

Pembentukan sirip punggung mulai terjadi pada hari pertama. Pada hari
kedua, sirip dada mulai terbentuk dan jaringan usus berkembang sampai ke anus.
Hari ketiga mulai terjadi pigmentasi saluran pencernaan bagian atas dan mulut
mulai membuka. Hari keempat kuning telur sudah mulai terabsorpsi.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 4


Periode perkembangan larva kerapu bebek sampai pada tahap metamorfosis
penuh membutuhkan waktu 35-40 hari. Sampai hari ketiga setelah menetas, larva
akan mendapatkan makanan secara endogenous, yaitu mengabsorpsi kuning telur
yang dibawanya. Selanjutnya akan mulai mendapatkan makanan yang
diperolehnya dari luar seiring dengan mulutnya mulai terbuka. Larva kerapu
bebek mampu memangsa rotifera sebagai pakan pertama (Buckle, dkk. 1990).

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 5


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Marikultur Laut dilakukan pada hari Rabu, 23 Juni
2010 pada pukul 08.00-11.00 pagi yang bertempat di Pusat Pembenihan Ikan
Pantai (BBIP) Lamu Unit Departemen Kelautan dan Perikanan Provinsi
Gorontalo di Desa Lamu, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis
2. Alat dokumentasi
3.3 Metode Praktikum
Metode praktikum lapangan marinqultur laut menggunakan metode
wawancara dan observasi langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh
kemudian akan dicatat dan disimpulkan dalam bentuk laporan.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 6


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Teknik Budidaya

a. Wadah Budidaya berupa KJA (Karamba Jaring Apung)


b. Konstruksi
 Rakit
Rakit ditempatkan di perairan dengan kedalaman 6 sampai 7 meter.
Terdiri dari 4 petak dengan ukuran 4 x 4 meter dan 3 x 3 meter
dan ukuran keseluruhan rakit 10 x 10 meter. Rakit memakai bahan
dari kayu palapi (kuma).

 Pelampung
Pelampung untuk Karamba Jaring Apung (KJA) menggunakan
bahan styrofoam yang di dalamnya diisi gabus. Dimana pelampung
ditempatkan di setiap sisi.

 Jangkar
Setiap sudut Karamba Jaring Apung (KJA) diikatkan batu yang
berjumlah 2 buah seberat 100 kilogram untuk setiap sudut.

 Jaring
Jaring untuk KJA menggunakan bahan PE (Polyethelen) dengan
mata jarring 1 inci, tinggi jaring 2 meter dengan kedalamannya 2
meter.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 7


 Perawatan
Jaring tiap 1 bulan diganti, dan yang lama dibersihkan dengan cara
diangkat, dijemur, disikat untuk mengeluarkan lumut atau kerang
pengganggu.

 Tata Letak
Lokasi agak tersembunyi (terlindung dari hempasan arus dan
ombak yang kuat), di daerah teluk, merupakan daerah mangrove,
tidak tercemar.
 Perlengkapan lainnya
Berupa rumah jaga, perahu, dan sero.

 Benih
- Penyediaan benih komoditas laut bawal bintang, dan kerapu
macan berasal dari Situbondo (Jawa Timur). Selain dari
Situbondo, ada juga yang berasal dari alam.

 Pembenihan
Untuk masing-masing bak telur yang terdapat di hatchery indoor
diisi sebanyak 10 ribu ekor telur yang membutuhkan waktu untuk
menetas selama 20 – 30 hari. Setelah itu akan dipindahkan ke bak
larva.

 Penyediaan Pakan
Pemberian pakan pada larva terbagi atas dua, yaitu pakan alami
dan pakan buatan. Pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan
mulut. Untuk hari pertama larva diberikan pakan alami berupa
minyak cumi. Setelah berumur 8 hari sampai larva berukuran 4 cm,
diberi pakan NRD.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 8


 Pengkulturan Pakan
Pengkulturan pakan menggunakan pupuk buatan dnegan komposisi
yaitu urea 50 gr/ton air, ZA 30 gr/ton air, NPK 30 gr/ton air, TSP
30 gr/ton air, FE 2,5 ml/ton air dan DTA 1 gr/ton air.
Kesemua bahan dicampur sesuai dengan ukuran dosis lalu
dituangkan kedalam bak treatmen, yang sebelumnya diberi
formalin 15 gr/ton air kedalam bak, lalu didiamkan selama 6 jam
untuk membunuh kuman. Setelah itu, diberikan TIO 2,5 gr/ton air.
Volume air yang biasa diisikan kedalam bak treatmen sebanyak 4
ton air laut. Dari bak treatmen air kemudian dipindahkan ke bak
pakan alami yang berisi kultur chlorella, kemudian dipindahkan
lagi ke bak pakan yang berisi kultur rotifera. Dimana rotifera
tersebut merupakan pakan alami bagi larva ikan yang
dibudidayakan.

 Panen
Untuk cara memanen dilakukan dengan cara mempersempit ruang
gerak ikan didalam kantong jarring. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara salah satu sisi kantong jarring dengan sisi lainnya dirapatkan.
Tentu saja tali ris pada kedua sudut jarring bagian atas yang akan
dirapatkan harus dibuka dulu. Ikan-ikan yang sudah terkumpul
kemudian dipanen dengan serok yang bertangkai panjang.
Kemudian ikan-ikan yang tertangkap secepatnya harus kita
tempatkan ke dalam wadah penampungan sementara. Untuk wadah
penampungan dapat diisi dengan ikan sejumlah 40 kg/m³. Asalkan
ikan itu ditampung tidak lebih dari 4 hari.

 Pengangkutan Hasil Panen


Ikan yang telah dipanen dimasukkan kedalam wadah Styrofoam
yang sebelumnya telah diberi es batu, kemudian dibawa ke darat
untuk didistribusikan.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 9


4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemilihan Lokasi Pembenihan dan Pembesaran


A. Lokasi Pembenihan

Usaha pembenihan kerapu bebek akan berhasil bila faktor pembatasnya


dibuat sekecil mungkin. Lokasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
usaha pembenihan yang mengandung faktor pendukung antara lain kemudahan
pencapaian, kemudahan mendapatkan sumber energi (PLN), kedekatan dengan
lokasi budidaya dan pasar benih, serta kemudahan memperoleh kebutuhan sehari-
hari. Sementara faktor pembatasnya antara lain pasokan air laut dan air tawar,
kualitas air, status lahan, dan keamanan. Lokasi yang memenuhi syarat akan
memperkecil biaya operasional dan menjamin kelangsungan usaha.

Faktor Teknis

Faktor teknis merupakan segala persyaratan teknis yang harus dipenuhi


dalam kegiatan pembenihan kerapu bebek seperti sumber air (laut dan tawar) dan
dasar perairan, kualitas tanah, kemiringan tanah, serta ketinggian lokasi.

Faktor Non-teknis
Faktor non-teknis merupakan pelengkap dan pendukung faktor-faktor
teknis dalam memilih lokasi pembenihan kerapu bebek. Dalam menentukan calon
lokasi pembenihan, pertama kali perlu diketahui peruntukannya yang biasanya
sudah terpetakan dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) dan tata guna lahan.
Faktor non-teknis lainnya berupa ketersediaan sarana transportasi,
komunikasi, instalasi listrik (PLN), tenaga kerja, pasar, sekolah, tempat ibadah,
dan pelayanan kesehatan. Adanya faktor non-teknis tersebut dapat memberikan
ketenangan dan kenyamanan bekerja. Hal lain yang dapat mendukung
kelansungan usaha adalah dukungan Pemda (Pemerintah Daerah) setempat dan
terutama masyarakat sekitar lokasi.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 10


B. Lokasi Pembesaran
Lokasi yang beresiko, bermasalah, dan tidak memenuhi syarat ekologis
hendaknya dihindari. Lokasi yang memenuhi persyaratan secara teknis akan
mampu mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Dalam memlilih
lokasi yang tepat, ada dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu persyaratan umum,
dan persyaratan kualitas air.
Persyaratan Umum
Beberapa hal yang menyangkut persyaratan umum dalam memilih lokasi
terbaik antara lain sebagai berikut :
1. Terlindung dari angin dan gelombang besar.
2. Kedalaman perairan harus ideal.
3. Jauh dari limbah pencemar.
4. Dekat dengan sumber pakan.
5. Dekat dengan sarana dan prasarana transportasi.
6. Keamanan.
Persyaratan Kualitas Air
Beberapa persyaratan kualitas air yang perlu diperhatikan antara kualitas
fisik air dan kualitas kimia air.
1. Kualitas fisik air, meliputi kecepatan arus air, dan kecerahan air.
2. Kualitas kimia air, meliputi salinitas (kadar garam), suhu, derajat
keasaman (pH), dan kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen).
4.2.2 Pakan
Kecukupan pakan akan sangat menunjang keberhasilan pembenihan dan
pembesaran. Untuk pembenihan, diperlukan pakan alami berupa fitoplankton
(seperti jenis Chlorella, Tetraselmis, Dunaliella, Chaetoceros), zooplankton,dan
udang-udangan. Sementara untuk pembesaran, diperlukan pakan alami berupa
ikan runcah segar seperti petek, teri, selar, japuh, tanjan, kurisi, dan jenis ikan laut
lainnya. Di samping ikan runcah, untuk pembesaran kerapu bebek dapat juga
diberikan pakan buatan. Namun, pakan buatan belum begitu dikenal dan belum
banyak digunakan.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 11


4.2.3  Pembenihan

Pembenihan merupakan proses kegiatan untuk mendapatkan benih-benih


siap tebar pada kegiatan pembesaran. Agar diperoleh benih-benih bermutu, tentu
saja kegiatan pembenihan harus dilakukan seteliti mungkin.

A. Skala Usaha Pembenihan


Secara umum, besar kecilnya usaha pembenihan dibedakan atas
kelengkapan sarana dan prasarana serta kegiatan yang dilakukan. Ada dua skala
usaha yang dapat dilakukan, yaitu skala usaha besar dan skala usaha rumah
tangga.
 Skala Usaha Menengah atau Besar
Pembenihan usaha skala menengah atau besar meliputi semua kegiatan
yang mendukung dihasilkannya benih yang diinginkan. Ada empat mata rantai
kegiatan pokok pada pembenihan skala menengah atau besar, yaitu produksi
pakan alami (fitoplankton dan zooplankton), pematangan gonad induk hingga
produksi telur, pemeliharaan larva hingga menjadi ikan muda (D.35-D.40) umur
35 sampai 40 hari, serta pemeliharaan ikan muda hingga menjadi benih siap tebar
(minimal 5 sampai 7,5 cm).
Usaha pembenihan skala menengah atau besar umumnya dimiliki
perusahaan dengan tingkat ekonomi kuat. Ini disebabkan untuk membangun satu
unit usaha pembenihan secara lengkap diperlukan biaya investasi dan biaya
operasional cukup besar. Pada skala usaha ini, produk yang dapat dijual bukan
hanya benih siap tebar, tetapi juga telur. Telur dijual kepada petani dengan skala
usaha rumah tangga. Bahkan tidak jarang juga dijual pakan hidup berupa
fitoplankton dan zooplankton.
 Skala Usaha Rumah Tangga

Pada pembenihan skala rumah tangga, tingkat teknologinya cukup


sederhana dan tidak seluruh mata rantai kegiatan dilakukan. Kegiatan utama
hanya berupa pemeliharaan larva hingga menjadi benih siap tebar. Kalaupun letak

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 12


lokasi usaha cukup jauh dari usaha pembenihan skala besar, pakan alaminya dapat
diperoleh atau dibeli melalui pembenihan skala besar tersebut.

4.2.4 Pembesaran
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembesaran kerapu
bebek antara lain penyiapan benih, pemberian pakan, pemilihan ukuran, serta
pengelolaan waring dan jaring.
4.2.5 Penyiapan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan untuk pembesaran bisa berasal dari tangkapan
maupun pembenihan. Umumnya jumlah benih dari tangkapan terbatas, ukurannya
tidak seragam, serta sering mudah terserang penyakit akibat luka saat
penangkapan dan pengangkutan. Oleh karena itu, akan lebih baik kalau benih
yang digunakan berasal dari hasil pembenihan. Selain jumlahnya banyak, ukuran
benihnya pun lebih seragam serta kualitas, dan kontinuitasnya terjamin. Benih
yang sehat tampak dari warnanya yang cerah, geraknya lincah dan aktif, nafsu
makannya tinggi, serta tidak ada cacat di tubuhnya.
Kepadatan tebar sangat menentukan pemacuan pertumbuhan dan kehidupan
ikan. Bila terlalu padat, kecepatan pertumbuhannya berkurang akibat adanya
persaingan ruang, oksigen, dan pakan. Kepadatan optimum untuk pembesaran
dalam karamba jaring apung adalah 300 ekor per kantong waring dengan rata-rata
panjang benih 3-4 cm dan berat 1,2 g. Setelah dibesarkan selama 1,5-2 bulan,
kepadatannya dikurangi menjadi 150 ekor per kantong waring.kepadatan ini harus
dipertahankan hingga massa pembesaran 3-4 bulan. Selanjutnya kepadatan bisa
dikurangihingga menjadi 75 ekor per kantong waring hingga berumur 5-7 bulan.
Umur di atas 7 bulan, ikan sudah mencapai ukuran konsumsi.
4.2.6 Pemberian Pakan

Pada tahap awal pembesaran, pemberian pakan dilakukan sesering


mungkin sampai ikan benar-benar kenyang, minimal tiga kalisehari. Namun,
jangan sampai ada yang tersisa di dasar waring atau jaring. Pakan yang ada di
dasar akan menjadi incaran ikan-ikan di luar waring atau jaring, terutama ikan
buntal yang sangat berbahaya dan dapat mengoyak waring atau jaring. Sebelum
diberikan, pakan ikan segar harus dicacah hingga ukurannya sesuai dengan

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 13


bukaan mulut ikan. Bila pakan diberikan secara teratur danjumlahnya cukup,
pertumbuhan ikan akan baik. Namun, pertumbuhan kerapu bebek pada
pembesaran ini sangat tergantung pada lokasi perairan. Pada lokasi yang cocok,
pertumbuhan ikan akan lebih baik dan cepat dibanding lokasi yang kurang cocok.

4.2.7 Pemilihan Ukuran

Oleh karena kerapu bebek termasuk ikan buas walaupun tidak sebuas ikan
kerapu lainnya, maka kegiatan pemilihan atau penyeragaman ukuran harus secara
rutin dilakukan selama masa pembesaran. Hal ini dilakukan agar setiap waring
dan jaring hanya dipelihara ikan yang berukuran sama. Penyeragaman ukuran
biasanya dilakukan mulai dari awal pembesaran dan selanjutnya dilakukan
minimal setiap dua minggu sekali, terutama kalau terdapat variasi ukuran.

Penyeragaman ukuran dapat dilakukan dengan cara waringatau jaring


diangkat, lalu ikan yang ada di dalamnya diambil dan ditampung dalam ember
plastik berkapasitas 100 liter. Dalam ember tersebut ikan diseleksi dan dipilah-
pilah berdasarkan ukuran. Ikan yang sudah dipilah-pilah tersebut dimasukkan
kembali dalam waring atau jaring.

4.2.8 Perawatan Waring dan Jaring

Perawatan waring dan jaring selama masa pembesaran mutlak harus


dilakukan. Waring dan jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan
oksigen. Kalau dibiarkan, hal ini dapat menghambat pertumbuhan kerapu bebek
dan menimbulkan penyakit. Penggantian waring dan jaring yang kotor dengan
yang bersih dilakukan minimal sebulan sekali. Gunakan waring dan jaring yang
bersih saat penggantian. Waring dan jaring yang kotor dijemur sampai kering, lalu
dicuci dengan cara disemprotkan air. Setelah bersih, waring dan jaring dijemur
kembali sampai kering untuk siap digunakan. Namun, sebelum digunakan
kembali, waring dan jaring perlu dikontrol keadaannya. Bila ada yang rusak atau
putus, harus diperbaiki dahulu. Hal ini untuk menjaga ikan agar tidak keluar dari
waring atau jaring.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 14


4.3 Penyakit
4.3.1 Penyakit Akibat Serangan Parasit

Jenis-jenis parasit yang sering menyerang kerapu bebek antara lain kutu
ikan Monogenia, cacing Trematoda, dan protozoa seperti Cryptocaryon sp. dan
Tricodina sp.

 Monogenia
Serangan parasit ini dapat menimbulkan luka pada tubuh ikan. Selain itu,
ikan akan berenang lambat, cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, nafsu
makan menurun, sisik mudah lepas, insang berwarna merah pucat, dan tubuhnya
sering digesek-gesekkan ke jaring atau berenang miring seolah-olah merasa gatal.
 Trematoda

Trematoda merupakan cacing pipih yang banyak menyerang kerapu bebek.


Jenis trematoda yang banyak menyerang kerapu bebek adalah Diplectinum sp.
parasit ini menyerang insang, hati, dan mata. Penyebarannya bisa melalui pakan
maupun lingkungan perairan. Gejala yang tampak pada ikan akibat serangan
cancing ini antara lain nafsu makan berkurang, warna tubuh dan insang pucat,
produksi lendir di permukaan tubuh banyak, selalu berenang di permukaan air,
serta tampak megap-megap dengan tutup insang terbuka. Umumnya serangan
cacing ini bersamaan dengan penyakit vibriosis.

 Cryptocaryon

Penyakit yang cryptocaryon yang sering menyerang kerapu bebek


disebabkan oleh protozoa Cryptocaryon sp. Penyakit ini lebih dikenal dengan
sebutan penyakit bintik putih. Bagian tubuh yang sering diserang parasit ini
adalah permukaan tubuh, ekor, insang, dan mata. Gejala yang tampak akibat
serangan penyakit ini antara lain mata bengkak, insang dan mata ditumbuhi
semacam kista sebesar kepala jarum pentul berwarna putih, terjadi pendarahan
dan pembusukan pada bagian sirip, produksi lendir tubuh meningkat, serta nafsu
makan berkurang.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 15


 Tricodiniasis

Tricodiniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh serangan protozoa


Tricodina sp. Protozoa ini banyak menempel pada insang, permukaan luar tubuh,
dan sirip ikan. Penyebarannya melalui perairan di sekitar lokasi pemeliharaan atau
dari ikan yang sudah terjangkit penyakit ini. Gejala yang tampak akibat serangan
protozoa ini adalah produksi lendir meningkat, terdapat nekrosis pada kulit luar,
nafsu makan hilang, dan berenang tidak normal. Pada serangan yang sudah parah,
siripnya akan sobek-sobek.

4.3.2 Penyakit Akibat Serangan Bakteri


Jenis bakteri yang menyebabkan kematian terbesar pada pembesaran kerapu
bebek adalah Vibrio sp. Bakteri ini biasanya bertindak sebagai patogen sekunder
yang timbul akibat infeksi primer protozoa. Penyakit yang timbul akibat serangan
bakteri ini adalah vibriosis atau penyakit merah. Gejala yang timbul antara lain
nafsu makan berkurang, lesu, terdapat pembusukan pada sirip (fin rot), mata
menonjol (popaye), terjadi penumpulan cairan pada perut (perut kembung), serta
terdapat radang berwarna merah pada bagian anus.
4.4 Panen dan Pengangkutan
4.4.1 Panen
Pada budidaya kerapu bebek ini, biasanya yang dipanen untuk dijual atau
dikonsumsi adalah benih dan ikan konsumsi. Agar diperoleh hasil panen terbaik,
perlu adanya persiapan matang. Panen untuk benih berbeda dengan panen untuk
ikan konsumsi.
 Benih

Maksud panen benih di sini adalah panen untuk ikan yang sudah siap
digunakan pada pembesaran. Agar panen bisa berhasil, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain persiapan alat panen, waktu panen, dan cara panen.

Persiapan alat panen harus dilakukan untuk mendapatkan hasil panen yang
maksimal. Adapun alat yang perlu dipersiapkan pada pemanenan benih adalah
skop-net, wadah penampung seperti ember, dan waring. Waktu terbaik untuk
memanen benih adalah pagi dan sore hari. Pemanen benih diawali dengan

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 16


pengurangan air dari dalam bak hingga tersisa ⅓ volume awal. Selanjutnya benih
digiring dengan waring ke sudut bak untuk mempermudah penangkapan. Bila
sudah berada di sudut bak, benih dapat ditangkap dengan skop-net dan
dimasukkan ke dalam wadah penampung.

 Ikan Konsumsi

Sebagai salah satu komoditas laut yang sedang digalakkan


pembudidayaannya, kerapu bebek lebih banyak dijual dalam keadaan hidup.
Permintaan dan harga jual kerapu bebek hidup sangat tinggi. Oleh karena itu,
kesegaran ikan harus dipertahankan. Namun, sering dijumpai harga ikan ini turun
akibat pemanenan yang tidak tepat, ukuran tidak seragam, serta cara panen yang
tidak benar.

Untuk menjaga agar ikan tetap sehat dan segar, pemanenannya sebaiknya
dilakukan pada sore hari karena suhu relatif rendah. Dengan suhu rendah maka
diharapkan dapat mengurangi stres selama pemanenan. Di samping itu, panen
pada sore hari dapat menunjang transportasi yang biasanya dilakukan pada malam
hari.

Sebelum ikan dipanen, perlu dilakukan kegiatan sampling. Hal ini


dimaksudkan agar dapat diperkirakan jumlah, ukuran, dan mutu hasil panen yang
kelak akan diperoleh. Sampling dilakukan dengan cara mengambil ikan sebanyak
5 % dari jumlah total ikan yang ada dalam karamba. Ikan yang diambil
selanjutnya dihitung dan diukur.

Untuk panen ikan konsumsi ini, ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu
panen selektif dan panen total. Panen selektif merupakan pemanenan terhadap
ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar. Panen selektif
ini pun sering dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam skala kecil.
Sementara panen total merupakan pemanenan secara keseluruhan yang biasanya
dilakukan bila permintaan sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah
memenuhi kriteria jual. Panen total ini lebih mudah dilakukan dibanding panen
selektif. Penggunaan alat panen yang benar sangat menentukan mutu hasil panen.
Alat panenyang digunakan berupa skop-net yang terbuat dari kain kasa. Skop-net

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 17


yang kasar tidak dianjurkan karena dapat melukai ikan sehingga menimbulkan
penyakit selama proses transportasi.

Pemanenan ikan konsumsi dapat dilakukan dengan cara mengangkat jaring


pemeliharaan dengan menggunakan kayu. Caranya ialah kayu dilewatkan dari
bawah jaring yang kemudian diangkat sehingga jaring pemeliharaan terbagi
menjadi dua. Dengan cara ini akan memudahkan pemanenannya, baik secara
selektif maupun total.

4.4.2 Pengangkutan

Persiapan matang terhadap ikan dan bahan pengemas sangat diperlukan


untuk memperlancar dan melindungi ikan agar tetap segar sampai tiba di tempat
tujuan. Persiapan terhadap ikan berupa kegiatan pemuasaan dan pemilahan
ukuran. Pemuasaan bertujuan untuk menghindari terjadinya buangan sisa-sisa
metabolisme yang dapat menurunkan kualitas air. Lama pemuasaan sekitar 6-24
jam, tergantung ukuran ikan.semakin besar ukuran ikan, pemuasaannya pun
makin lama. Sementara pemilahan ukuran dilakukan untuk menyeragamkan
ukuran ikan dalam suatu kemasan. Ini disebabkan ikan kerapu bebek bersifat
kanibal. Persiapan terhadap bahan pengangkut pun perlu diperhatikan. Bila
bahannya tidak sesuai maka kesegaran ikan sampai tiba di tempat tujuan akan
menurun. Oleh karena ada dua cara pengangkutan ikan, maka bahan
pengangkutnya pun berbeda. Untuk pengangkutan terbuka diperlukan bahan
pengangkut berupa drum plastik atau fiberglass, aerator atau oksigen murni,
selang, dan batu aerasi. Sementara untukpengangkutan tertutup diperlukan kardus,
styrofoam, plastik, karet, oksigen, dan pita perekat. Bahan lain yang perlu
dipersiapkan pula adalah air laut dan es. Air laut diperlukan sebagai media hidup
bagi ikan selama pengangkutan, warna air harus jernih, dengan salinitas yang
sama dengan media budidaya. Sementara es biasanya digunakan untuk
menurunkan suhu air media angkut sampai 22ºC. Suhu yang rendah menyebabkan
proses metabolisme bejalan lambat, sehingga penggunaan oksigen menjadi rendah
dan pengeluaran kotoran yang berlebihan dapat dihindari.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 18


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Daerah penyebaran kerapu bebek dimulai dari Afrika Timur sampai


Pasifik Barat Daya. Kerapu bebek bersifat hermafrodit protogini, yaitu
pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin
betina dan akan berubah menjadi jantan bila sudah tumbuh menjadi lebih
besar atau umumnya bertambah tua.
2. Dalam pemilihan lokasi pembenihan dan pembesaran hendaknya
memperhatikan faktor teknis dan non-teknis, serta persyaratan-persyaratan
lainnya guna mendukung keberhasilan kegiatan budidaya.
3. Kepadatan tebar sangat menentukan pemacuan pertumbuhan dan
kehidupan ikan. Bila terlalu padat, kecepatan pertumbuhannya berkurang
akibat adanya persaingan ruang, oksigen, dan pakan.

5.2 Saran

Dalam kegiatan budidaya ini, penyeragaman ukuran harus dilakukan.


Agar, tidak terjadi kanibalisme. Perawatan terhadap jaring dan waring harus
dilakukan demi menjaga kebersihan wadah budidaya, serta perlu adanya
pengecekan terhadap kondisi kesehatan ikan agar dapat meminimalisir tingkat
kematian (mortalitas) pada ikan.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 19


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Syamsul dan Sudaryanto. 2000. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu


Bebek. Jakarta : Penebar Swadaya.

Anonimus, 2008. http://www.dkp.go.id. 24 Juni 2010.

Anonimus, 2008. http://www.ikanmania.wordpress.com. 24 Juni 2010.

Anonimus, 2008.  http://www.mustang89.com/literatur/petunjuk-teknis-budidaya-
ikan-laut-di-jaring-apung. 25 Juni 2010.

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 20


LAMPIRAN

Gambar 1. Selang Aerator Gambar 2. Bak Benih

Gambar 3. Bak Gelondongan Gambar 4. Bak Hatchery Indoor

Gambar 5. Bak Kultur Rotifera Gambar 6. NRD 2/3 dan 2/4

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 21


Gambar 7. Pipa Air Gambar 8. Pompa Air

Gambar 9.Tandon Gambar 10. Pupuk TSP

Gambar 11. Pupuk Urea Gambar 12. Pupuk ZA

Laporan Praktikum Lapangan Manajemen Marinqultur Page 22

Anda mungkin juga menyukai