Anda di halaman 1dari 10

Tumbuhan lamun sea grass merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang

memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam dalam perairan laut.
Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah (propagule) yang
dihasilkan secara seksual (Fortes, 1989). Lebih lanjut Fortes (1989) mengemukakan
bahwa lamun umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat
dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Tumbuhan
lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar antara 2-12
meter dengan sirkulasi air yang baik.

Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh tumbuhan lamun sebagai
vegetasi yang dominan (Sitania 1998). Secara ekologis padang lamun mempunyai
beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu: (1) produsen detritus dan zat hara;
(2) mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran
yang padat dan saling menyilang; (3) sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan
memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di
lingkungan ini; dan (4) sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang
lamun dari sengatan matahari (Bengen, 2001).
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi
berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan
air. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada
kalangan akademisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem
lain seperti ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara
ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam
menjalankan fungsi ekologisnya. Ekosistem padang lamun memiliki atribut ekologi
yang penting yang berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan proses biologi antar
ekosistem di wilayah pesisir dan proses keterkaitan ketiga ekosistem.
 Fortes (1989) mengemukakan bahwa peranan lamun sebagai tempat ikan mencari
makan di lingkungan pesisir dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan
plankton, mensuplai makanan dan zat hara ke ekosistem perairan, membentuk
sedimen dan berinteraksi dengan terumbu karang, memberikan tempat untuk
berasosiasinya berbagai flora dan fauna dan mengatur pertukaran air.

http://www.pro-ibid.com/content/view/78/1/
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar
pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa
Alismatales yang beradaptasi di air asin.

Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga
meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Ia dapat
dianggap sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun padang lamun dapat
berdiri sendiri. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosostem
mangrove dan terumbu karang.

Lamun adalah sumber pakan utama duyung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Padang_lamun

Kenali Padang Lamun untuk di Lindungi

Oleh Ma’ruf Kasim 

Jika anda ingin mengetahui satu di antara tempat terunik, hijau dan indah di dasar
perairan atau jika anda ingin tempat makan mamalia laut langka seperti duyung dan
manate, silahkan bersnorkel ria di sekitar padang lamun (seagrass). Duyung atau
dikenal dengan nama dugong (Dugong dugong, muller 1776) dan manate (Trichechus
manatus) adalah mamalia laut yang hanya mengkonsumsi daun lamun sebagai
makanan utama mereka.  Namun tidak semua lamun merupakan makanan favorite
duyung dan manate. Hanya beberapa jenis lamun yang ukurannya pendek dan kecil
seperti Halodule sp. Halophile sp. dan Syringodium sp. yang merupakan makanan
favorite duyung.  De Iongh et al. (1995) melaporkan jenis lamun Halodule uninervis
merupakan makanan utama bagi dugong di perairan timur Ambon. Penelitian lain di
perairan Sulawesi Selatan lebih memfokuskan bahwa duyung tidak hanya memakan
daun lamun tapi juga rizom dan akar lamun yang merupakan sumber nutrisi utama
bagi duyung (Erftemeijer et al., 1993).  Dewasa ini teramat sangat sulit melihat
duyung sedang makan di tempat alaminya di sekitar padang lamun. Ini karena
populasi duyung terutama di Indonesia sudah sangat kecil sekali, kita hanya sesekali
pernah mendengar nelayan melihat duyung berenang di sekitar perairan Sulawesi,
Irian dan Maluku.

Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal dengan
seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan manate tapi
juga tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisma kecil seperti udang dan
ikan. Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering mengunjungi padang lamun
untuk mencari makan.  Lantas mengapa padang lamun bisa menjadi tempat yang
cocok bagi umumnya hewan kecil ?.  Kondisi lamun yang menyerupai padang rumput
di daratan ini mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa
perlindungan bagi ivertebrata dan ikan kecil.  Daun-daun lamun yang padat dan saling
berdekatan dapat meredam gerak arus, gelombang dan arus materi organik yang
memungkinkan padang lamun merupakan kawasan lebih tenang dengan produktifitas
tertinggi di lingkungan pantai di samping terumbu karang.  Melambatnya pola arus
dalam padang lamun memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan
kecil dan invertebrata kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve,
gastropoda dan echinodermata.  Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun
berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber
makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil tadi.  Epiphyte ini dapat tumbuh sangat
subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-
udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil.  Disamping itu padang lamun juga
dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator.   Sangat khas
memang pola kehidupan hewan-hewan kecil ini di padang lamun yang tidak jarang
memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting. 
Ini adalah sebagian kecil dari peran penting padang lamun yang menyebar di sekitar
perairan pantai Indonesia. 
Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai Indonesia.  Anda
akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini.  Padang lamun biasanya sangat mirip
dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang
relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp.,
Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman
sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah
dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor
(1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970).  Namun umumnya sebagian besar
padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan dangkal,
kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang
memberikan kesan hijau pada dasar perairan. 

Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominant tumbuh
dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda
dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu
jenis lamun (single species).  Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung
pada topografi pantai dan pola pasang surut.  Anda bisa saja menjumpai lamun yang
terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau melihat bentangan
hijau yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat pasang.  Jenisnya pun beraneka
ragam, yang di pantai Indonesia sendiri, kita bisa menjumpai 12 jenis lamun dari
sekitar 63 jenis lamun di dunia dengan dominasi beberape jenis diantaranya Enhalus
acoroides, Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium
isoetifolium, Thallasia hemprichii and Thalassodendron ciliatum. Dan saya percaya
kawasan perairan Indonesia yang sangat luas mempunyai jenis lamun yang lebih dari
perkiraan beberapa lembaga penelitian.  Sampai kini konsentrasi penelitian terhadap
jenis-jenis lamun dan ekosistem lamun belum sepenuhnya terlaksana. Kurangnya
minat beberapa peneliti untuk lebih fokus kearah padang lamun dan minimnya dana
penelitian yang di alokasikan ke sektor ini serta minimnya publikasi mengenai padang
lamun merupakan penghambat utama bagi pengetahuan dan pemahaman tentang
padang lamun kepada masyarakat sementara masyarakat sebagian besar belum
sepenuhnya tahu dan mengerti tentang habitat yang satu ini.  Padahal kalau mau jujur
masysrakat pantai khususnya banyak sekali tergantung pada habitat ini, yang langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap kebutuhan sehari-hari mereka. 
Kita mungkin tidak menyadari kalau menurunnya produksi beberapa jenis ikan-ikan
dan udang-udang pantai ekonomis Indonesia lebih banyak karenakan semakin
menipisnya padang lamun yang merupakan habitat alami dari ikan-ikan pantai seperti
ikan berinang (Siganus spp.) atau beberapa udang putih (Penaeus spp.) lainnya.

Terlalu jauh kalau kita mengharapkan bisa sering melihat dugong bermain kembali di
sekitar pantai Indonesia, yang padang lamunnya seudah semakin memprihatinkan,
oleh pola reklamasi pantai yang sangat marak dan degradasi pantai yang sudah sangat
ramai. Namun mungkin kita masih bisa melihat beberapa jenis ikan-ikan kecil
bermain dengan cantiknya dibeberapa pantai yang masih terjaga padang lamunnya (©
Ma’ruf Kasim). 
 
http://maruf.wordpress.com/category/kenali-padang-lamun-untuk-di-lindungi/

Menguak Misteri Lamun


Bicara soal kekayaan alam laut, asosiasi kita biasanya langsung tertuju pada terumbu
karang, yang kerap disebut sebagai “hutan laut”. Terumbu karang sudah lazim dikenal
keindahan warna-warni karangnya, berikut ikan dan hewan lain yang hidup di
kawasan tersebut. Atau, ada juga yang langsung menunjuk hutan bakau atau
mangrove. Ini berupa tanaman khas di kawasan pesisir, yang akarnya menghujam ke
perairan dan menjadi tempat berlindung serta mencari makan banyak hewan.

Bagaimana dengan padang lamun? Dari namanya saja, sebagian besar orang bertanya-
tanya, jenis kehidupan apa gerangan padang lamun ini. Mengapa disebut padang
lamun, apakah ada di Indonesia? Dan yang terpenting, sejauh mana perannya bagi
manusia dan kehidupan laut?

Hutan Hijau yang Beradaptasi

Bagi yang belum pernah mengenal lamun, tanaman yang biasa disebut seagrass ini
merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Karena kemampuan adaptasinya,
tumbuhan ini mampu hidup di lingkungan laut atau medium air asin. Disebut padang
lamun, karena ia tumbuh dalam satu kawasan luas, yang jika dilihat mirip dengan
bentangan padang rumput di darat.

Tanaman lamun bisa hidup normal dalam keadaan terbenam, dan mempunyai sistem
perakaran jangkar (rhizoma) yang berkembang baik. Mengingat pada dasarnya tak
berbeda dengan tanaman darat, maka lamun punya keunikan yaitu memiliki bunga
dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Semuanya dilakukan dalam
keadaan terbenam di perairan laut. Hal inilah yang menjadi perbedaan nyata lamun
dengan tumbuhan yang hidup terbenam di laut lainnya seperti makro-alga atau rumput
laut (seaweed).

Untuk bisa hidup normal, akar tanaman lamun cukup kuat menghujam ke dasar
perairan tempat tumbuh. Akar ini tidak berfungsi penting dalam pengambilan air –
sebagaimana tanaman darat-- karena daun dapat menyerap nutrien (zat gizi) secara
langsung dari dalam air lat. Tudung akarnya dapat menyerap nutrien dan melakukan
fiksasi nitrogen. Sementara itu, untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung dalam
kolom air, lamun dilengkapi dengan rongga udara.

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai
yang dasarnya bisa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, dengan
kedalaman hingga empat meter. Malah di perairan yang sangat jernih, beberapa jenis
lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga 15 meter.

Di daratan kita sering melihat, misalnya, hutan pinus. Sejauh mata memandang, hutan
tersebut melulu diisi dengan pinus. Di tempat lain, ada pula hutan yang berisi aneka
ragam jenis pohon. Demikian juga halnya dengan padang lamun, Di suatu tempat, ia
dapat berbentuk vegetasi tunggal, tersusun atas satu jenis lamun yang tumbuh
membentuk padang lebat. Sementara di tempat lain, ada vegetasi campuran yang
terdiri dari dua hingga dua belas jenis lamun yang tumbuh bersama-sama.

Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea
serrulata, dan Thalassodendron ciliatum.
Kaya Sumber Daya

Sebagaimana terumbu karang, padang lamun menjadi menarik karena wilayahnya


sering menjadi tempat berkumpul berbagai flora dan fauna akuatik lain dengan
berbagai tujuan dan kepentingan. Di padang lamun juga hidup alga (rumput laut),
kerang-kerangan (moluska), beragam jenis ekinodermata (teripang-teripangan),
udang, dan berbagai jenis ikan.

Ikan-ikan amat senang tinggal di padang lamun. Ada jenis ikan yang sepanjang
hayatnya tinggal di padang lamun, termasuk untuk berpijah (berkembang biak).
Beberapa jenis lain memilih tinggal sejak usia muda (juvenil) hingga dewasa,
kemudian pergi untuk berpijah di tempat lain. Ada juga yang hanya tinggal selama
juvenil. Sebagian lagi memilih tinggal hanya sesaat. Suatu penelitian menunjukkan,
jumlah ikan bernilai ekonomis penting yang ditemukan di kawasan padang lamun
relatif kecil. Itu berarti bahwa padang lamun lebih merupakan daerah perbesaran bagi
ikan-ikan tersebut.

Dari sekian banyak hewan laut, penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan duyung atau
dugong (Dugong dugon) adalah dua hewan ‘pencinta berat’ padang lamun. Boleh
dikatakan, dua hewan ini amat bergantung pada lamun. Hal ini tak lain karena
tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan penyu hijau dan dugong. Penyu hijau
biasanya menyantap jenis lamun Cymodoceae, Thalassia, dan Halophila. Sedangkan
dugong senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila. Dugong mengkonsumsi
lamun terutama bagian daun dan akar rimpangnya (rhizoma) karena dua bagian ini
memiliki kandungan nitrogen cukup tinggi.

Peran Terabaikan

Tak ada satu pun jenis tumbuhan dan hewan di dunia ini yang diciptakan Allah tanpa
memiliki fungsi dan peran. Begitu pula padang lamun, di alam berfungsi sebagai
penghasil detritus (sampah) dan zat hara yang berguna sebagai makanan bagi makhluk
hidup laut lainnya. Detritus daun lamun yang tua diuraikan (dekomposisi) oleh
sekumpulan hewan dan jasad renik yang hidup di dasar perairan, seperti teripang,
kerang, kepiting, dan bakteri. Hasil penguraian ini berupa nutrien yang tercampur atau
terlarut di dalam air. Nutrien ini tidak hanya bermanfaat bagi tumbuhan lamun,
melainkan juga bermanfaat untu pertumbuhan fitoplankton, dan selanjutnya
zooplankton, dan juvenil ikan/udang.

Di sisi lain, tanaman lamun mampu mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang
lunak. Sebagian hewan memanfaatkan lamun sebagai tempat berlindung, mencari
makan, tumbuh besar, dan memijah. Juntaian dedaunan lamun juga berguna menjadi
tudung pelindung dari sengatan matahari bagi penghuni ekosistem ini.

Indonesia Sarang Lamun

Di Indonesia, lamun yang ditemukan terdiri atas tujuh marga (genera). Dari 20 jenis
lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di
Indonesia. Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir
seluruh perairan Nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Dari seluruh jenis, jenis Thalassia hemprichii
merupakan yang paling dominan di Indonesia.

Keanekaragaman hayati lamun yang paling tinggi ada di perairan Teluk Flores dan
Lombok, masing-masing ada 11 spesies. Jika dibandingkan, maka keanekaragaman
hayati lamun di perairan Indonesia bagian timur ternyata lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian barat. Hal ini diduga karena posisi daerah bagian timur yang lebih
dekat dengan pusat penyebaran lamun di perairan Indo Pasifik, yaitu Filipina (16
jenis) dan Australia Barat yang memiliki 17 jenis.

Padang lamun memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan,
misalnya sebagai tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang-kerangan
dan tiram. Karena pemandangannya yang tak kalah eksotik dibandingkan terumbu
karang, padang lamun bisa dijadikan tempat rekreasi atau pariwisata. Ia juga bisa
diolah sebagai umber pupuk hijau.

Rentan Kerusakan
Sayangnya, ekosistem ini amat rentan terhadap kemerosotan lingkungan yang
diakibatkan kegiatan manusia. Di kawasan pantai, manusia melakukan pengerukan
dan pengurugan demi pembangunan pemukiman pantai, indusri, dan saluran navigasi.
Ini mengakibatkan rusak totalnya padang lamun. Perusakan habitat di lokasi
pembuangan hasil pengerukan akhirnya terjadi. Di samping itu, terdapat dampak
sekunder pada perairan laut yaitu meningkatnya kekeruhan air, dan terlapisnya insang
hewan air oleh lumpur dan tanah hasil pengerukan. Hewan-hewan air tersiksa dan
akhirnya mati.

Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama logam berat dan
senyawa organoklorin. Dua jenis bahan berbahaya ini mengakibatkan terjadinya
akumulasi (penumpukan kandungan) logam berat padang lamun melalui proses yang
disebut magnifikasi biologis. Persis seperti proses penumpukan kandungan merkuri
yang menimpa kerang-kerangan di Teluk Jakarta.

Selain itu, tindakan manusia yang suka membuang sampah sembarangan ke laut
mengakibatkan turunnya kandungan oksigen terlarut di kawasan padang lamun, serta
dapat menimbulkan eutrofikasi (peningkatan kesuburan plankton). Hal ini bisa
memancing meledaknya pertumbuhan perifiton, sejenis organisme yang hidup
menempel di organisme lain. Perifiton yang banyak menempel membuat daun lamun
kesulitan menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesisnya. Kejadian serupa
terjadi jika terjadi pencemaran minyak yang melapisi permukaan daun lamun.

Ada pula pencemaran limbah pertanian -terutama pestisida- yang mematikan hewan-
hewan yang hidup di padang lamun. Pupuk yang masuk ke perairan laut di mana
padang lamun terbentang juga memancing timbulnya eutrofikasi.

Padang lamun mungkin kurang populer dibandingkan dengan jenis ekosistem laut
lainnya. Tetapi dengan mengetahui peran dan kegunaannya bagi alam dan manusia,
kita bisa memahami betapa mengerikannya jika padang lamun juga dirusak dan
berkurang habitat hidupnya. (ah)

http://duamata.blogspot.com/2005/12/menguak-misteri-lamun.html

Anda mungkin juga menyukai