Anda di halaman 1dari 4

c 

 

Thursday, December 15, 2005


Ghibah
Bismillahirrohmaanirrohiim.

Assalamu¶alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil alamin. Allohumma sholli ala Muhammad, wa¶alaa alihi washhbihi


ajma¶iin. Amiin.

Marilah kita sama-sama luruskan niat kita terlebih dahulu, bahwa kita berkumpul di majelis ini
semata-mata dalam rangka mengharapkan ridho-Nya.

Baiklah, disini saya ingin berbagi pengalaman seputar masalah Ghibah


(mengumpat/ngrasani/backbiting).

Terkadang kitaberpikira bahwa kita sudah berusaha membebaskan diri dari makanan haram,
seperti daging babi, alcohol dll.

Tapi sungguh kadang dengan ³ringan´nya kita seolah sedang memakan daging bangkai saudara
kita sendiri!!!!

berapa daging bangkai?, 2 atau 1kah 3 dalam sehari????? Astaghfirullohaladziem.

Kenapa?

Marilah kita simak firman Alloh dalam QS Al Hujurot ayat 12, yang artinya sebagai berikut:

³Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka , karena sebagian

dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat

lagi Maha Penyayang . (QS Al-Hujurat:12)

Demikianlah ««.Alloh mengumpamakan antara menggunjing (ghibah) dengan orang yang


memakan daging bangkai saudaranya sendiri.

Lalu Apakah ghibah itu ?

Sesuai apa yang diterangkan Nabi SAW: pada Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud : Nabi SAW
bersabda : "Tahukah kamu apa ghibah itu ? Jawab sahabat : Allahu warasuluhu a'lam (Allah dan
Rasulullah yang lebih tahu).

Kemudian Nabi SAW bersabda: Menceritakan hal saudaramu yang ia tidak suka diceritakan
pada orang lain. Lalu Sahabat bertanya: Bagaimana jika memang benar sedemikian keadaan
saudaraku itu ?

Jawab Nabi SAW : "Jika benar yang kau ceritakan itu, maka itulah ghibah, tetapi jika tidak benar
ceritamu itu, maka itu disebut buhtan (tuduhan palsu, fitnah) dan itu lebih besar dosanya".

Dalam kitab al adzkar , Imam AnNawawy memberikan definisi : 'Ghibah, adalah menyebutkan
hal-hal yang

tidak disukai orang lain, baik berkaitan kondisi badan, agama, dunia,

jiwa, perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa

senang, rasa duka dan sebainya, baik dengan kata-kata yang gamblang,

isyarat maupun kode.

Di era sekarang ini, meng-ghibah (bukan hibah loh«) dapat dilakukan dengan tulisan, sms,
email, bahkan lewat bahasa tubuh-pun bisa.

Adapun kalau sekedar membathin, belum bisa disebut ghibah, meskipun hal ini juga termasuk
prasangka. Dalam QS Al Hujurat ayat 12 tadi disebutkan bahwa ber-prasangka pun kita
sebaiknya berhati-hati, karena sebagian dari prasangka adalah dosa. Dalam hal ini adalah
prasangka yang buruk (su¶u dzon). Sebaliknya kita dianjurkan untuk selalu berkhusnudzon atau
prasangka yang baik.

Ghibah dikatakan mempunyai dosa ganda. Karena selain kita harus memohon ampun kepada
Alloh, dan alloh maha pengampun atas dosa-dosa kita.

Namun, kita juga harus meminta maaf kepada orang kita gunjing tersebut, ini yang terkadang
menjadi sulit bagi diri kita. Apalagi jika yang kita gunjing jumlahnya banyak sekali,
naudzubillahi min dzaalik.

Dalam Sebuah hadit dari abu hurairoh, nabi Muhammad SAW bersabda :

Whoever has wronged his brother with regard to wealth or honor, should ask for his pardon
(before his death), before he pays for it (in the Hereafter) when he will have neither a Dinar nor a
Dirham. (He should secure pardon in this life) before some of his good deeds are taken and paid
to this (his brother), or (if he has no good deeds) some of the bad deeds of this (his brother) are
taken to be loaded on him.´ (Reported by Al-Bukhari and Muslim)
Maaf ya textnya masih asli dalam bahasa inggris«tapi kurang lebihnya maksudnya begini:
barangsiapa bersalah kepada saudaranya maka kita harus minta maaf kepada dia sebelum
meninggal, karena jika tidak, maka amal kita akan dilimpahkan kepadanya, atau jika kita tak
memiliki amal, maka amal buruk dia akan dilimpahkan kepada kita, Na¶udzubillahimindzaalik.

Lalu, Apakah ghibah haram 100 persen?

Untuk beberapa kondisi, kita diperbolehkan untuk ber-ghibah, yaitu:

1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang
menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang
memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat
kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk
mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain
itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim
harus saling bantu membantu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang
menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang
bathil.

3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan
keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya
menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.

4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan contohnya: Apabila kita melihat
seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kita
khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara
menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.

5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti,
minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-
perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-
nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan

6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau
sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung
mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai
nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.

Mungkin itu aja dulu ya. Marilah kita berdo¶a dan berusaha agar lebihdapat menjaga lidah dan
hati kita, amiiin.

Anda mungkin juga menyukai