Anda di halaman 1dari 19

Makalah Penyakit Akibat Kerja

“Pencatatan dan Pelaporan Penyakit


Akibat Kerja”

OLEH:

KELOMPOK XIII

1. Welly Apriliana Pasaribu (04081002033)

2. Dewi Anggreni Gurusinga


(04081002046)

3. Tarida Prima Yanti S (04081002051)

FAKULTAS KESEHTAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
BAB I

PENDAHULUAN

3. 1. Latar Belakang

Di dalam suatu proses produksi, setiap tenaga kerja selain menanggung


beban kerja fisik dan mental juga berhadapan dengan berbagai potensi bahaya
(potensial hazard) di tempat kerja. Berbagai potensi bahaya tersebut sering
disebut sebagai faktor bahaya lingkungan kerja fisika, kimia, biologis,
fisiologis/ergonomi dan psikologis yang bersumber dari berbagai peralatan,
bahan, proses kerja dan kondisi lingkungan kerja. Beban kerja semakin berat
apabila tenaga kerja juga dituntut untuk bekerja dengan ritme pekerjaan yang
lebih cepat dan target produksi yang lebih tinggi. Sedangkan berat ringannya
dampak potensi bahaya tergantung dari jenis, besar potensi bahaya dan tingkat
risikonya.
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya beban kerja dan potensi
bahaya yang dihadapi tenaga kerja antara lain berupa kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan lainnya seperti kelelahan dan
ketidaknyamanan. Selain itu, tenaga kerja juga dapat menderita penyakit dan
gangguan kesehatan yang didapat dari lingkungan di luar tempat kerja sehingga
dapat diperberat atau memperberat penyakit atau gangguan kesehatan akibat
kerja.
Penyakit akibat kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (occupational
disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan
kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit biasa yang diderita oleh pekerja.
Tanda dan gejalanya persis seperti penyakit biasa, namun punya keterkaitan
dengan lingkungan kerja, Keterkaitan itu mungkin langsung disebabkan oleh
pekerjaan, mungkin dipermudah, mungkin dicetuskan dan mungkin juga
diperberat oleh pekerjaan. Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat
banyak, tergantung pada bahan dan peralatan kerja yang digunakan dalam
proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, kondisi tempat kerja, proses
produksi, limbah perusahaan dan hasil produksi.
Setiap tahun ratusan juta tenaga kerja diseluruh dunia saat bekerja pada
kondisi yang tidak aman mengalami gangguan kesehatan. Menurut
International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian
yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar
300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian
karena penyakit akibat kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit
akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Dari ILO tahun 1999,
penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan adalah 34%
disebabkan oleh kanker, 25% oleh kecelakaan, 21% oleh penyakit saluran
pernafasan, 15% oleh penyakit kardiovaskuler dan 5% disebabkan oleh
penyakit-penyakit lainnya.
Akibat banyaknya pekerja yang terkena penyakit dan kecelakaan di
tempat kerja maka perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan untuk mengetahui
epidemiologi penyakit tersebut dalam kaitannya dengan lingkungan kerja.
Dengan melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit akibat kerja
diharapkan dapat mempermudah pengendalian akibat kerja. Berdasarkan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14
TAHUN 1993 Pasal 19 Pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timbul
karena hubungan kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh
empat) jam setelah ada hasil diagnosis dari Dokter Pemeriksa.
Perusahaan yang melaporkan hasil penyelengaraan pelayanan kesehatan
kerja juga masih sangat sedikit sehingga menyulitkan upaya memperoleh data
kesehatan kerja secara keseluruhan. Dengan minimalnya laporan atau data
kesehatan kerja, maka sulit untuk mendapatkan gambaran kondisi kesehatan
kerja di suatu perusahaan khususnya maupun di Indonesia pada umumnya yang
sangat bermanfaat untuk pengembangan program dan kebijakan di bidang
kesehatan kerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang terjadi sebagai akibat dari
paparan bahaya yang terdapat di tempat kerja. Penyakit akibat kerja biasanya yang
terjadi pada pekerja yang terpapar oleh bahan berbahaya di tempat kerja dimana
bahan-bahan berbahaya ini dapat berasal dari tempat kerja. Berikut merupakan
contoh-contoh penyakit akibat kerja;

1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut


(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan


oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan


oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.


8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan


hidrokarbon alifatik atu aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.

26. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.

27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh banyak hal yang tentunya berkaitan
dengan lingkungan kerja. Berikut merupakan factor-faktor yang menyebabkan
penyakit akibat kerja;

a. Faktor Fisik

 Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian


 Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp,
Heat Exhaustion, Heat Stroke.
 Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan katarak, ultraviolet
menyebabkan konjungtivitis, radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan
gangguan terhadap sel tubuh manusia.
 Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease
 Getaran :menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses metabolisme,
Polineurutis.

b. Faktor Kimia
Asal : bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil
(produk), sisa produksi atau bahan buangan.

 Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.


 Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit
dan mukosa
 Masuknya dapat secara akut dan secara kronis
 Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik,
kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius (narkose),
Pengaruh genetic
c. Faktor Biologi
 Viral Diseases : Rabies, Hepatitis
 Bakterial Diseases : Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
 Fungal Diseases : Dermatophytoses, Histoplasmosis
 Parasitic Diseases : Ancylostomiasis, Schistosomiasis.

d. Faktor Ergonomi/fisiologi

 Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
Kontruksi salah.
 Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi, kecelakaan.

e. Faktor mental Psikologi:

 Akibat :Organisasi kerja (type kepemimpinan, Hubungan kerja, Komunikasi,


keamanan), Type kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja
kurang, kerja shif, terpencil)
 Manifestasinya berupa stress
B. Epidemiologi Penyakit Akibat Kerja

Epidemiologi merupakan suatu studi yang mengkaji tentang distribusi,


determinan, dan frekuensi suatu penyakit dan etiologi penyakit tersebut. Dengan
adanya kajian tentang studi ini, dunia kesehatan dapat lebih sederhana mengkaji
tentang suatu penyakit dimulai dari sumbernya dan penyebabnya sampai kepada
penyebarannya yang pada akhirnya dapat mengupayakan pengendalian terhadap
penyakit yang terjadi.

Epidemiologi penyakit akibat kerja merupakan studi epidemiologi yang


mengkaji tentang paparan di tempat kerja yang digambarkan dalam distribusi dan
frekuensi penyakit sebagai akibat dari paparan di tempat kerja, serta kecelakaan
kerja yang terjadi.

C. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga kerja yang


berhubungan dengan hubungan kerja, dan penyakit yang timbul karena hubungan
kerja. Factor-faktor penyebab kecelakaan kerja; mesin, lalu lintas, peledakan,
kebakaran, panas atau dingin yang berlebihan, kelistrikan. Ruang lingkup
kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi tiga yaitu; pada jam hari kerja, di lokasi
kerja dan lokasi dinas luar, dalam perjalanan pulang-pergi rumah dengan syarat
menempuh jalan yang biasanya dilintasi.

D. Akibat dari PAK dan Kecelakaan Kerja

Cacat merupakan ketidaknormalan atau ketidaklengkapan tubuh dan fungsi


tubuh yang pada akhirnya akan mengakibatkan keterbatasan seseorang dalam
melakukan aktivitas sebagai akibat dari terganggunya fungsi tubuh. Berikut
merupakan cacat yang disebabkan oleh gangguan fungsi tubuh;

 Gangguan kejang (ayan), adalah kecacatan yang disebabkan oleh


adanya iritasi didalam otak.
 Gangguan belajar, yaitu keadaan dimana seseorang mengalami
hambatan dalam mempelajari sesuatu, karena memiliki tingkat kecerdasan atau
kepandaian yang rendah dibandingkan dengan yang lainnya.
 Gangguan wicara, adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam
berbicara atau menyampaikan sesuatu.
 Gangguan pendengaran, yaitu seseorang yang mengalami hambatan
dalam mendengar sehingga tidak dapat berkomunikasi atau masih bisa
berkomunikasi tetapi tidak baik.
 Gangguan penglihatan, adalah seseorang yang mempunyai kelainan
pada indera penglihatan sedemikian rupa, sehingga menghambat dalam
melaksanakan aktivitas sekali-hari.
 Gangguan gerak, yaitu keadaan dimana seseorang mengalami
hambatan dalam menggerakkan lengan, badan, atau tungkai. Hal ini disebabkan
karena lemahnya fungsi dari lengan, badan dan tungkai, atau karena kehilangan
salah satu anggota badannya.
 Gangguan perkembangan; yaitu kondisi secara khusus yang dialami
oleh bayi atau anak kecil, dimana perkembangannya tidak senormal orang lain.
 Gangguan Tingkah laku, adalah keadaan dimana seseorang
memperlihatkan gangguan tingkah laku karena pikirannya tidak bekerja seperti
biasanya, berubah-ubah dan tidak dapat berpikir jernih dan bahkan tidak
menyadari akan tingkah lakunya.
 Gangguan mati rasa, yaitu keadaan dimana seseorang sudah tidak
dapat memfungsikan indera perasanya.
 Gangguan lain-lain, seperti bibir sumbing, luka bakar, sesak, termasuk
yang mengalami gangguan/cacat ganda.
Secara umum cacat dapat dibagi menjadi dua bagian adalah; cacat anatomis
(yakni, hilangnya anggota badan atau sebagian sehingga tidak dapat dipergunakan
sama sekali, atau tidak dapat digunakan secara sempurna untuk melakukan
pekerjaan) dan cacat fungsi (yakni, hilang atau berkurangnya fungsi anggota tubuh
atau sebagian anggota tubuh).
Cedera merupakan suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.

E. Pencatatan dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

Pencatatan adalah suatu prosedur yag ditetapkan di dalam hukum dan


peraturan nasional, untuk memastikan bahwa pengusaha atau orang yang berusaha
mandiri memelihara informasi mengenai:

 kecelakaan dan penyakit akibat kerja

 kecelakaan selama perjalanan pulang-pergi

 peristiwa dan kejadian berbahaya.


Pelaporan adalah suatu prosedur yang ditetapkan oleh pengusaha sesuai
dengan hukum dan peraturan nasional dan praktek di perusahaan agar para pekerja
melaporkan kepada penyelia (seseorang yang bertanggung jawab untuk
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian dari suatu operasi perusahaan
sehari-hari) mereka, orang yang berkompeten atau badan lain yang ditetapkan
tentang informasi mengenai ;

 setiap kecelakaan kerja atau gangguan kesehatan yang muncul selama


melakukan atau dalam hubungan dengan pekerjaan

 kasus yang diduga penyakit akibat kerja

 kecelakaan selama perjalanan pulang-pergi

 peristiwa dan kejadian berbahaya.


BAB III
PEMBAHASAN
3. 1. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Penyakit dan Kecelakaan Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja atau penyakit terkait kerja (work related disease)
adalah penyakit yang dipermudah timbulnya, diperberat atau diperparah oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Apabila terjadi penyakit maupun
kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja atau yang berhubungan dengan
pekerjaan, maka perusahaan wajib membuat pencatatan dan melaporkan
kejadian tersebut kepada Depnaker melalui Disnaker dan Badan Penyelenggara
Kesehatan dan Keselamatan kerja.
Pengusaha atau seorang berusaha mandiri harus menyampaikan
informasi mengenai kecelakaan kerja, kecelakaan selama perjalanan pulang
pergi, peristiwa atau kejadian berbahaya di lingkungan kerja. Laporan maupun
data kesehatan yang dibuat sangat bermanfaat untuk pengembangan program
dan kebijakan di bidang kesehatan kerja, terutama dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit maupun kecelakaan akibat kerja.
Prosedur pencatatan dan pelaporan penyakit dan kecelakaan kerja
berdasarkan Kepmen 333/MEN/1989 adalah sebagai berikut :
1. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja wajib dilaporkan dalam waktu tidak lebih
dari 2x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah ada hasil diagnosis dari
Dokter Pemeriksa. Adapun langkah-langkah pencatatn dan pelaporan
Penyakit Akibat Kerja adalah sebagai berikut
 Setelah Diagnosis ditegakkan maka dibuat laporan tahap I
menggunakan formulir Jamsostek 3, dimana formulir tersebut diisi
oleh perusahaan. Syarat-syarat pengisian formulir 3 pada tahap I ini
adalah :
• Pengisian sesuai dengan data pada :
- Formulir Jamsostek 1a
- Daftar Upah Tenaga Kerja/Formulir Jamsostek 2a
• Pengisian kolom tersedia harus bersih dan rapi dengan
Huruf cetak/diketik
• Pelaporan Penyakit Kerja ini dalam tempo 2x24 Jam
setelah diagnosis ditegakkan.
 Selanjutnya pekerja yang terkena penyakit akibat kerja diobati secara
maksimal. Setelah perawatan selesai pengusaha membuat laporan
tahap II dengan menggunakan formulir Jamsostek 3a. Syarat-syarat
pengisian formulir pada tahap II ini adalah :
• Pengisian sesuai dengan data pada :
- Formulir Jamsostek 3a
- Formulir Jamsostek 3b ( diisi oleh dokter yang
menangani)
- Dokumen pendukung
• Pengisian kolom-kolom tersedia harus bersih dan rapi
dengan huruf cetak/diketik.
• Pelaporan setelah diketahui
- Bekerja kembali
- Cacat
- Meninggal dunia
Pelaporan disampaikan dalam tempo 2x24, dan disertai
keterangan dari orang yang merawat tentang tingkat kecacatan
pekerja tersebut melalui formulir Jamsostek 3c.

2. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja pada pekerja mengakibat cedera, dimana cedera
yang ditimbulkan digolongkan atas 3 jenis :
- Cedera ringan, pada cedera ringan diberikan pertolongan pertama
pada kecelakaan
- Cedera agak berat, pada cedera ini pekerja perlu mendapat
pemeriksaan dari dokter
- Cedera berat, pada cedera ini perlu dirujuk ke Rumah sakit yang
mampu memberikan pertolongan gawat darurat dan operasi.
Adapun langkah-langkah pencatatan dan pelaporan Kecelakaan
Kerja adalah sebagai berikut ;
 Setiap kecelakaan kerja wajib membuat laporan kecelakaan tahap 1
dengan formulir Jamsostek 3. Syarat-syarat pengisian formulir 3 pada
tahap I ini adalah :
• Pengisian sesuai dengan data pada
- Formulir Jamsostek 1a
- Daftar Upah Tenaga Kerja/Formulir Jamsostek 2a
• Pengisian kolom tersedia harus bersih dan rapi dengan
Huruf cetak/diketik
• Pelaporan Penyakit Kerja ini dalam tempo 2x24 Jam
setelah diagnosis ditegakkan.
Laporan ini disampaikan ke Depnaker dan badab penyelenggara.
 Setelah pengobatan atau perawatan dianggap selesai , pengusaha
mengisi formulir laporan tahap II dengan formulir Jamsostek 3a.
Syarat-syarat pengisian formulir pada tahap II ini adalah :
• Pengisian sesuai dengan data pada :
- Formulir Jamsostek 3a
- Formulir Jamsostek 3b ( diisi oleh dokter yang
menangani)
- Dokumen pendukung
• Pengisian kolom-kolom tersedia harus bersih dan rapi
dengan huruf cetak/diketik.
• Pelaporan setelah diketahui
- Bekerja kembali
- Cacat
- Meninggal dunia
 Keterangan Dokter

• Formulir Jamsostek 3b diisi oleh: Dokter/Tenaga Medis yang


merawat

- Pengisian hendaknya sesuai dengan keadaan pertama dan

- sampai dengan terakhir serta hasil penanganan Dokter/Tenaga


Medis yang merawat.

- Pengisian kolom-kolom tersedia harus bersih dan rapi dengan

huruf cetak/diketik

- Khusus kolom 4 s/d 11 harus ditulis sendiri (tulis tangan) oleh

Dokter/Tenaga Medis yang merawat

- Harus ditulis sejelas-jelasnya tentang keadaan cacat/luka

penderita, tunjukan pada gambar, bila cacat anatomi dan bila

cacat fungsi sebutkan prosentase sesuai dengan pengamatan

Dokter.

Pelaporan disampaikan dalam tempo 2x24, dan disertai


keterangan dari orang yang merawat tentang tingkat kecacatan
pekerja tersebut melalui formulir Jamsostek 3c. laporan ini
disertai keterangan dari yang merawat untuk laporan
kecelakaan formulir 3b yang menyatakan :
- Sementara tidak mampu bekerja telah berakhir
- Cacat sebagian untuk selama-lamanya
- Cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun
mental
- Meninggal dunia.
Penilaian tingkat cacat berdasarkan penurunan kemampuan kerja yang
berarti penurunan kemampuan untuk memperoleh pendapatan. Cacat yang
bersifat anatomis dan fungsi sesuai lampiran PP No.14 tahun 1993. Penetuan
cacat fungsi : cacat fungsi 100%= cacat anatomic ( kehilangan anggota
tubuh). Berdasarkan PP no 14 tahun 1993, adanya santunan yang diberikan
kepada pekerja yang menderita cacat maupun yang meninggal dunia,Santunan
itu berdasarkan cacat yang diderita yaitu ;
- Cacat sebagian – permanen : % cacat x 60 bulan upah
- Total permanen : 70 % cacat x % tabel x 60 bulan upah
- Kekurangan fungsi % cacat x tabel x 60 bulan upah.

Jaminan Kematian dibayar sekaligus kepada Janda atau Duda, atau Anak,
dan meliputi:
- Santunan kematian sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah); dan
- Biaya pemakaman sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah).
-
3. 2. Kejadian-kejadian untuk Pelaporan dan Pemberitahuan
 Semua kecelakaan fatal;
 Kecelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya waktu kerja, selain dari
kerugian tidak bermakna;
 Semua penyakit akibat kerja yang termasuk dalam daftar nasional atau
yang tercakup oleh definisi penyakit yang mempengaruhi setiap orang,
apakah yang dipekerjakan atau usaha mandiri
Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal,pencatatan
pada tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas
yang meliputi kecelakaan selama perjalanan pulang pergi, kecelakaan dan
kejadian berbahaya yang tidak menyebabkan hilangnya waktu kerja.

3. 3. Fungsi Pencatatan dan Pelaporan


Fungsi Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang
kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah untuk :
 Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit akibat
kerja pada tingkat perusahaan dan nasional;
 Mengidentifikasi permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja utama yang timbul
dari kegiatan kehutanan:
 Menentukan prioritas tindakan:
 Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja:
 Memantau keefektivitan yang diambil untuk menjamin tingkat kepuasan keselamatan
dan kesehatan kerja.

3. 4. Praktek Pelaporan dan Pencatatan Penyakit Akibat Kerja


 Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang kecelakaan
dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar untuk memastikan
pengumpulan informasi yang dapat dipercaya.
 Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis
dengan menggunakan suatu format standar.
 Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang harus
diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disarankan harus
ditetapkan oleh hukum dan peraturan nasional.
 Penggolongan jenis informasi spesifik yang harus digunakan untuk pencatatan
dan pemberitahuan pada tingkat perusahaan dan nasional harus mematuhi
versi terbaru dari standar internasional yang diadopsi, khususnya mengenai
kegiatan ekonomi (ISIC), jabatan (ISCO), ketenagakerjaan (ICSE) dan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (lihat acuan dan bacaan lebih lanjut di
bagian belakang buku).
 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan. Seperti yang
disyaratkan oleh hukum dan peraturan kepada:
- Keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin:
- Otoritas yang kompeten;
- Otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau
penjamin asuransi)
- Badan yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja kerja
nasional
- Badan lain yang terkait.
3. 5.
3. 6.
3. 7.

Anda mungkin juga menyukai