Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 5 KASUS 5 DAN 6

MAKALAH

GLAUKOMA KRONIS DAN GLAUKOMA AKUT

KELOMPOK 5:

1. JEVRI ARWANTO

2. LISTIA NINGSIH

3. NINDA SULISTYANA

4. RELISA MULIANA SARI

5. TUNING RIAS YUNITASARI

6. WIJI DWI LESTARI

7. YOGIK WAHYU M.P


Glaukoma sudut terbuka/simpleks (Kronis)

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Glaukoma sudut terbuka/simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui, merupakan suatu
glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka.
Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma kronis atau pencuri penglihatan dan pasien sering tidak
menyadarinya. Pada umumnya mulai terjadi pada usia di atas 40 tahun.
Glaukoma sudut terbuka adalah tipe yang paling umum dijumpai, biasanya terjadi pada usia dewasa dan
berkembang perlahan – lahan selama berbulan – bulan atau bertahun – tahun. Tidak ditemukan gejala
jelas ampai sudah terjadi kerusakan berat pada syaraf optik dan fungsi penglihatan telah terpengaruh
secara permanen.
Glaukoma sudut terbuka/kronis adalah suatu penyakit dengan kerusakan pada saraf optik yang terjadi
perlahan – lahan hampir tanpa keluhan subjektif.
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Secara genetik penderitanya adalah homozigot dan
umumnya terdapat pada orang – orang berusia di atas 40 tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada usia
muda (glaukoma junevill). Pada glaukoma ini, terdapat kecenderungan familiai yang kuat dan kerabat
dekat pasien dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan penapisan secara teratur.

B. ETIOLOGI
Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun, walaupun kadang – kadang
penyakit ini ditemukan juga pada usia muda. Diduga glaukoma simpleks diturunkan secara dominan atau
resesif pada kira – kira 50% penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot.
Menurut Sumantri, Ike tahun 2004, glaukoma sudut terbuka primer penyebabnya tidak diketemukan dan
hanya ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.

C. PATOFISIOLOGI
Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai
berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut.
Efek peningkatan tekanan intraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk glaukoma yang
manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan intraokuler.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang
menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf
optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan karpus siliare juga
menjadi atrofik dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hyalin.
Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses degenartif di jaringan
trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis
Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor
akueus yang menyebabkan peningkatan tekanan intra okuler.
Menurut Ilyas, Sidarta, et. al, tahun 2002, disebutkan bahwa mekanisme terjadinya glaukoma sudut
terbuka adalah adanya hambatan pada jaringan trabekulum sendiri. Akuos humor dengan leluasa
mencapai lubang – lubang trabekulum, tetapi sampai di dalam terbentur celah – celah trabekulum yang
sempit, hingga akuos humor tidak dapat keluar dari bola mata yang bebas.

D. GEJALA
Gejala yang timbul pada penderita glaukoma tipe ini adalah :
1. Hambatan pengeluaran cairan mata (akous humor) pada jalinan trabekulum dan kanal Schlemma
2. Ekskavasi papila
3. Degenerasi papila
4. Gangguan lapang pandang ( memperlihatkan gambaran khusus kampus glaukoma seperti melebarnya
titik buta, skotoma Bjerrum dan skotoma tangga Ronne ) yang disebabkan langsung atau tidak langsung
oleh tekanan bola mata pada papil saraf optik dan retina atau pembuluh darah yang memperdarahinya
5. Timbulnya gejala disadari agak lambat kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut
dengan kebutaan
6. Tekanan bola mata sehari – hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg2
7. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan
8. Mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang – kadang penglihatan kabur dengan
anamnesa tidak khas
9. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata koreksi untuk presbiopia lebih kuat
dibanding usianya
10. Stadium awal memperlihatkan adanya remisi dan eksaserbasi daripada gangguan out flow dan
peninggian tekanan intraokuler
11. Tajam penglihatan umumnya masih baik

E. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan glaukoma bila mempunyai riwayat :
1. Diabetes melitus
2. Hipertensi
3. Kulit berwarna
4. Miopia
5. Usia lebih 45 tahun
6. Memiliki riwayat glaukoma di dalam keluarga
7. Tekanan bola mata tinggi
8. Tekanan darah tinggi
9. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi darah yang buruk)
10. Kecelakaan pada mata sebelumnya
11. Menggunakan steroid cortisone dalam jangka waktu lama

F. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis glaukoma primer sudut terbuka diawali dengan adanya pemeriksaan bila tekanan 21
mmHg, sebaiknya dikontrol rasio C/D, periksa lapang sentral, temukan titik buta yang meluas dan
skotoma sekitar titik fiksasi dan bila tensi 24 – 30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di
atas bila masih dalam batas – batas normal mungkin satu hipertensi okuli.
Diagnosis glaukoma primer sudut terbuka dapat ditegakkan apabila ditemukan :
1. Kelainan – kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapangan pandang disertai peningkatan
tekanan intraokuler
2. Sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal
3. Tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler
4. Glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama
Diagnosis sering baru ditegakkan jika pasien telah melakukan tonometri rutin yang misalnya hanya datang
untuk ganti kacamata.

G. PEMERIKSAAN DAN TES PENUNJANG DIAGNOSIS


Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak adanya gejala sampai
stadium lanjut penyakit. Saat ini untuk deteksi dini masih diandalkan pemeriksaan oftalmologik teratur
bagi kerabat pasien dan pada pemeriksaan diskus optikus dan tonometri yang menjadi bagian
pemeriksaan fisik rutin bagi semua orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun.
Beberapa teknik pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis glaukoma sudut terbuka
misalnya :
1. Tonometri, untuk mengetahui tekanan bola mata seseorang, dengan teknik:
a. Digital (palpasi) tonometri, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif :
- Merupakan cara yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan alat
- Caranya adalah dengan menyuruh penderita melihat ke bawah, pada kelopak atas diberikan tekanan
dengan jari telunjuk kedua tangan bergantian
- Bila satu telunjuk menekan bola mata, telunjuk yang lain tidak menekan bola mata
- Nilai daya tahan bola mata terhadap tekanan jari
- Tekanan bola mata dicatat dengan T.N = tekanan normal, Tn + 1 = tekanan bola mata agak tinggi, Tn – 1
= tekanan bola mata agak rendah
b. Schiotz tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea
- Pemeriksaan tekanan bola mata yang dilakukan dengan menggunakan tonometer
- Alat : obat tetes anestesi lokal (tetrakain) dan tonometer schiotz
- Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang dipakai, dan tidur terlentang di tempat tidur
- Mata ditetesi dengan tetrakain dan tunggu sampai pasien tidak merasa pedas
- Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, kemudian pasien diminta untuk melihat ibu jari
tangannya d depan matanya atau melhat ke langit – langit ruangan pemeriksaan
- Telapak tonometer Schiotz diletakkan pada permukaan kornea
- Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap, dibaca nilai tekanan pada skala busur Schiotz
yang berantara 0 – 15,
- Nilai jika tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg dicurigai glaukoma dan bila tekanan lebih 25 mmHg maka
pasien menderita glaukoma
c. Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea
d. Tonometri udara, kurang teliti karena dipergunakan di ruang terbuka
2. Lapang pandangan
Tes komputerisasi lapang pandang penglihatan atau perimetry adalah pengukuran terpenting untuk
melihat luasnya kerusakan syaraf mata. Selama tes dilakukan, pasien akan diminta melihat layar komputer
dan menekan tombol ketika pasien melihat kilatan cahaya atau munculnya garis – garis hitam. Kondisi
saraf optik pasien akan difoto berwarna pada saat kunjungan pertama. Foto ini akan dijadikan
pembanding untuk foto yang diambil pada kunjungan berikutnya. Dengan cara ini, setiap perubahan atau
kemajuan glaukoma dapat dideteksi.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya kondisi glaukoma pada
seseorang khususnya glaukoma sudut terbuka diantaranya adalah :
1. Tes minum air
2. Tes pilokarpin
3. Tes provokasi steroid

H. PENANGANAN MEDIS
Bila diagnosis sudah dibuat, maka penderita sudah harus memakai obat seumur hidup untuk mencegah
kebutaan. Tujuan pengobatan pada glaukoma simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan
mata (akuos humor) atau usaha untuk emngurangi produksi cairan mata.
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata.
Segera menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut.
Penanganan medis ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemakaian tetes mata
- Merupakan bentuk perawatan yang paling umum dan paling awal diberikan. Sangatlah penting untuk
menggunakan obat tetes mata sesuai resep.
- Obat ini dapat menurunkan produksi atau meningkatkan pengeluaran cairan bola mata sehingga
didapatkan tekanan bola mata yang diinginkan dengan pemakaian secara teratur dan terus – menerus
- Obat tetes yang diberikan berjenis :
Miotik :
a. Pilokarpin 2 – 4%, 3 – 6 kali 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mata – outflow)
b. Eserin ¼ - 1%, 3 – 6 kali 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mata – outflow)
Simpatomimetik :
Epinefrine 0,5 – 2%, 1 – 2 kali 1 tetes sehari (menghambat produksi akuos humor)
Beta blocker
Timolol maleate 0,25 – 0,50%, 1 – 2 kali tetes sehari (menghambat produksi akuos humor)
2. Pemakaian tablet
- Pemberian obat tablet dilakukan setelah pemberian obat tetes mata tidak menunjukkan hasil sehingga
dilakukan kombinasi pemberian obat dengan jenis tablet
- Asetazolamid 250 mg, 4 kali 1 tablet (menghambat produksi akuos humor)
- Obat – obatan tablet sering menyebabkan rasa kesemutan pada ujung kaki dan tangan, rasa lemas,
hilangnya rasa lapar dan adanya batu ginjal.
3. Laser
- Pengobatan dengan laser cukup berguna untuk beberapa jenis glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka,
pengobatan dengan laser trabekuloplasti sangat efekif untuk menurunkan tekanan bola mata dan tidak
perlu menginap di rumah sakit
4. Operasi/bedah mata
- Dilakukan apabila tekanan intraokuler masih belum bisa dikendalikan dengan cara trabekulektomi atau
pembedahan trabekulektomi yaitu suatu tindakan yang membuat saluran kecil dari bilik mata depan ke
konjungtiva untuk menurunkan tekanan bola mata dengan menggunakan alat operasi yang sangat kecil
dan mikroskop khusus
- Tetapi tindakan ini juga dapat menimbulkan peningkatan sementara tekanan intraokuler yang berbahaya
- Operasi/bedah dilakukan apabila :
Tekanan intraokuler tetap di atas 30 mmHg
Kerusakan papil saraf optik progresif
Kerusakan lapang pandang yang progresif
- Jenis operasi yang dilakukan adalah operasi fistula :
Sceie
Trabekulektomi
Iridenkleisis
Operasi filtrasi mata

I. PROGNOSIS
Tanpa pengobatan, glaukoa ini dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan
kebutaan secara total. Apabila proses penyakit dapat dideteksi secara dini, sebagian besar pasien
glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis.
Secara keseluruhan, tingkat keparahan penderita yang datang ke RSCM adalah 85% kasus – kasus stadium
lanjut sehingga sulit untuk dibantu penglihatannya. Saraf mata yang sudah terlanjur rusak hanya dapat
dipertahankan agar tidak bertambah rusak.
Untuk itu, sekali lagi ditekankan pentingnya deteksi glaukoma pada stadium dini. Keadaan saraf mata
yang masih sedikit kerusakannya dapat dipertahankan dengan pemberian obat – obatan, laser ataupun
tindakan bedah.

http://karikaturijo.blogspot.com/2010/10/glaukoma-sudut-terbukasimpleks-kronis.html

Glaukoma sudut tertutup (Akut)


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh pencekungan discus optikus dan
pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata lain. (glaukoma primer)
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 15-15% kasus pada orang Kaukakus. Pada glaukoma akut penderitanya
lebih didominasi oleh wanita dikarenakan mereka memiliki bilik mata depan yang lebih sempit dan juga resiko
yang lebih besar terjadi pada usia dekaade keenam atau ketujuh.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor akueus akibat
kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke
sistem drainase (gaukoma sudut tertutup). Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler dan,
apabila mungkin, memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.
Penurunan pembentukan humor akueus adalah suatu metode untuk menurunkan tekanan intraokular pada semua
bentuk glaukoma. Beberapa obat dapat menurunkan pembentukan humor akueus. Juga terdapat tindakan-
tindakan bedah yang menurunkan pembentukan humor akueus tetapi biasanya digunakan hanya setelah terapi
medis gagal. Pada glaucoma sudut tertutup dilakukan perbaikan akses humor akueus menuju sudut kamera
anterior apabila terdapat unsur penutupan sudut yang reversible.
Pada semua pasien galukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan efektivitasnya dinilai dengan melakukan
pengukuran tekanan intraokular (tonometri), inspeksi diskus optikus, dan pengukuran lapangan pandang secara
teratur.
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar masalah dan pentingnya deteksi
kasus-kasus asimtomatik mengharuskan adanya kerjasama dengan bantuan dari semua petugas kesehatan.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memberikan gambaran definisi, klasifikasi, factor predisposisi,
insidensi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan, diagnosis banding, serta penatalaksanaan glaukoma sudut
tertutup.

BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditanda oleh peninggian tekanan
intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangn lapangan
pandang).
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg ( normalnya 10-20 mmHg)
pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.
Glaukoma sudut tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari tekanan intraokular, yang disebabkan
penutupan sudut bilik mata depan yang mendadak oleh akar iris, sehingga menghalangi sama sekali keluarnya
humor akueus melalui trabekula, menyababkan meningginya tekanan intraokular, sakit yang sangat di mata secara
mendadak dan menurunnya ketajaman penglihaatan secara tiba-tiba, disertai tanda kongesti, maka disebut pula
glaukoma akut kongestif atau glaukoma akut. Glaukoma akut hanya timbul pada orang-orang yang mempunyai
sudut bilik mata yang sempit. Jadi hanya pada orang-orang dengan predisposisi anatomis.

KLASIFIKASI
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :
1. Glaukoma primer, tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
- Glaukoma sudut sempit/ tertutup (close angle glaucoma, acut congestive glaucoma).
- Glaukoma sudut terbuka (glaucoma simpleks, open angle glaucoma, chronic simple glaucoma).
2. Glaukoma sekunder, timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
- Perubahan lensa.
- Kelainan uvea.
- Trauma.
- Bedah.
- Rubeosis.
- Steroid dan lainnya.
3. Glaukoma kongenital
- Primer atau infantile.
- Menyertai kelainan kongenital lainnya.
4. Glaukoma absolute, keadaan terakhir suatu glaucoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.

FAKTOR PENYEBAB
1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin berat hipermetropnya makin dangkal
bilik mata depannya.
2. Tumbuhnya lensa, menyebabkan bilik mata depan menjadi lebih dangkal. Pada umur 25 tahun, dalamnya bilik
mata depan rata-rata 3,6 mm, sedangkan pada umur 70 tahun 3,15 mm.
3. Kornea yang kecil, dengan sendirinya bilik mata depannya dangkal.
4. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal bilik mata depan.
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa jadi lebih dekat ke iris, sehingga aliran cairan bilik mata dari bilik
mata belakang ke bilik mata depan tehambat, inilah yang disebut dengan hambatan pupil. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam bilik mata belakang dan medorong iris ke depan. Pada sudut bilik
mata depan yang memang sudah sempit, adanya dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula,
sehingga cairan bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.

INSIDENSI
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 15-15% kasus pada orang Kaukasus.
Pada glaukoma akut penderitanya lebih didominasi oleh wanita dikarenakan mereka memiliki bilik mata depan
yang lebih sempit dan juga resiko yang lebih besar terjadi pada usia dekade keenam atau ketujuh.

PATOGENESIS
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,
baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer
endotel dan membran desemet, kanal schlemn yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang
membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan
siliar dan uvea.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan mata (akueus humor) bola mata oleh badan
siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular meshwork. Akueus humor yang dihasilkan badan siliar
masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata
depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata.
Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum
tidak dapat dicapai oleh akueus.

GEJALA KLINIS
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami serangan prodorma, meskipun tidak selalu demikian.
a. Fase Prodorma ( Fase Nonkongestif).
Pada stadium ini terdapat penglihatan kabur, melihat halo (gambar pelangi) sekitar lampu atau lilin, disertai sakit
kepala, sakit pada mata dan kelemahan akomodasi. Keadaan ini berlangsung 0,5-2 jam. Bila serangannya reda,
mata menjadi normal kembali.
b. Fase Glaukoma Akut ( Fase Kongestif).
Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya karena sakit hebat. Jalannya dipapah,
karena tajam penglihatannya sangat turun dan muntah-muntah. Karenanya sering disangka bukan menderita sakit
mata, melainkan suatu penyakit sistemik.
Glaukoma akut menyebabkan visus cepat menurun, disertai sakit hebat di dalam mata yang menjalar sepanjang
Nervus V, sakit kepala, mual muntah, tampak warna pelangi di sekitar lampu.

PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan didapat :
a. Palpebra : bengkak.
b. Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva, injeksi epislera.
c. Kornea : edema, keruh, insensitif karena tekana pada saraf kornea.
d. Bilik mata depan : dangkal, yang dapat dilihat dengan penyinaran dari samping.
e. Iris : gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu.
f. Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang didapat midriasis yang total, warna kehijauan,
refleks cahaya lamban atau tidah ada sama sekali.
g. Funduskopi : papil saraf optik menunjukan penggaungan dan atrofi, seperti pada glaukoma simpleks.
h. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan goniolens. Gonioskopi adalah
suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat
pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita
apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu
glaukoma sekunder.
i. Pemeriksaan lapang pandang
Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan
sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada
glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan
sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan
perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan
bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui
teropong untuk kemudian menjadi buta.
j. Tes provokasi, dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud (prone test).

DIAGNOSIS
Beberapa penyakit yang mirip dengan glaucoma akut adalah :
1. Iridosiklitis akut.
2. Konjungtivitis akut.
3. Keratitis.
4. Skleritis.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Glaukoma sudut tertutup terdiri dari mengurangi tekanan intra okular, menekan inflamasi, dan
pemulihan sudut tertutup. Penatalaksanaan pada diagnosa awal diantaranya dengan acetazolamide, beta-bloker
topical, dan steroid topical.
Acetazolamide sebaiknya diberikan dengan dosis awal 500 mg IV yang diikuti dengan 500 mg per oral. Dosis beta-
bloker topical (contohnya carteolol, timolol) juga dapat membantu dalam menurunkan tekanan intra okular. Beta-
bloker dan acetolamime diperkirakan berguna untuk menurunkan produksi aqueous humor dan membantu
membuka sudut. Alpha-agonist dapat ditambahkan untuk lebih menurunkan tekanan intra okular.
Inflamasi merupakan bagian penting dari patofisiologi dan timbulnya gejala. Steroid topical mengurangi reaksi
inflamasi dan kerusakan nervus optikus. Rekomendasi terbaru adalah 1-2 dosis steroid topical.
Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasa nyaman dan mengurangi tekanan
intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
Setelah penatalaksanaan awal, pasien harus di evaluasi tekanan intra okularnya, tetes mata tambahan dan
pertimbangan perlunya penatalaksaanaan lebih lanjut seperti osmotik agent dan iridiotomy segera.
Kira-kira 1 jam setelah dimulainya terapi, pilokarpin, sebagai miotik yang berperan penting untuk membuka sudut
yang tertutup harus diberikan tiap 15 menit dalam 2 dosis. Pada serangan awal, peningkatan tekanan pada bilik
mata depan menyebabkan iskemik paralysis pada iris. Pada keadaan ini, pilokarpin menjadi tidak efektif. Selama
evaluasi kedua, agen-agen awal yang digunakan telah menurunkan tekanan intra okular yang meningkat dan
diharapkan mengurangi iskemik paralysis, maka pilokarpin berguna untuk memperbaiki blok pupil.
Agen-agen hiperosmotik berguna untuk mengurangi volume vitreus, yang, kebalikannya, menurunkan tekanan
intra ocular. Penurunan tekanan intra okular memulihkan iskemia iris dan memperbaiki kepekaan terhadap
pilokarpin dan obat-obat lainnya. Agen-agen osmotic menyebabkan diuresis osmotic dan mengurangi cairan tubuh
total. Agen-agen tersebut tidak boleh digunakan pada pasien penyakit jantung dan penyakit ginjal.
Laser Iridiotomy Perifer (LPI) dilakukan 24-48 jam setelah tekanan intra okular terkontrol, yang dipertimbangkan
sebagai terapi definitive untuk glaucoma sudut-tertutup. Disaat LPI merupakan terapi definitive terbaru, ada
beberapa pendapat bahwa Argon Laser Peripheral Iridoiplasty (ALPI) dan Anterior Chamber Paracentesis (ACP)
dapat digunakan dalam manajemen glaukoma sudut-tertutup.

PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata.
Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini
deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

BAB III
KESIMPULAN

1. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditanda oleh peninggian tekanan
intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangn lapangan
pandang).
2. Glaukoma sudut tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari tekanan intraokular, yang disebabkan
penutupan sudut bilik mata depan yang mendadak oleh akar iris, sehingga menghalangi sama sekali keluarnya
humor akueus melalui trabekula, menyababkan meningginya tekanan intraokular, sakit yang sangat di mata secara
mendadak dan menurunnya ketajaman penglihaatan secara tiba-tiba, disertai tanda kongesti, maka disebut pula
glaukoma akut kongestif atau glaukoma akut.
3. Glaukoma akut hanya timbul pada orang-orang yang mempunyai sudut bilik mata yang sempit. Jadi hanya pada
orang-orang dengan predisposisi anatomis.
4. Pemeriksaan glaukoma yaitu : pemeriksaan tekanan bola mata ( tonometri Schiotz, tonometri aplanasi,
tonometri digital ), gonioskopi, funduskopi, pemeriksaan lapang pandangan, dan tes provokasi.
5. Penatalaksanaan glaucoma sudut tertutup terdiri dari mengurangi tekanan intra okular, menekan inflamasi, dan
pemulihan sudut yang tertutup. Penatalaksanaan awal diantaranya dengan acetazolamide, beta-bloker topical, dan
steroid topical.
6. Laser Iridiotomy Perifer (LPI) dilakukan 24-48 jam setelah tekanan intra ocular terkontrol, yang dipertimbangkan
sebagai terapi definitive untuk glaukoma sudut-tertutup. Disaat LPI merupakan terapi definitive terbaru, ada
beberapa pendapat bahwa Argon Laser Peripheral Iridoiplasty (ALPI) dan Anterior Chamber Paracentesis (ACP)
dapat digunakan dalam manajemen glaukoma sudut-tertutup.
7. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan
pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma
maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed. Suyono Joko, edisi 14,
Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232
2. Yulia. Glaucoma. Diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2. Diakses November 2007.
3. Ilyas, Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai Penerbit FKUI, 2002, hal 212-
217.
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/10/glaukoma-sudut-tertutup-akut.html

Anda mungkin juga menyukai