Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan Diare

Berdasarkan Managenen Terpadu Balita Sakit (MTBS), derajat dehidrasi pada balita yang mengalami
diare dibagi menjadi (1) tanpa dehidrasi, (2) dehidrasi ringan/sedang, dan (3) dehidrasi berat,
dengan kriteria sebagai berikut: (Suraatmaja, 2007)
 Tanpa dehidrasi: tidak didapatkan tanda-tanda yang cukup untuk mengklasifikasikan pasien
sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat.
 Dehidrasi ringan/sedang: terdapat minimal dua dari tanda-tanda berikut:
o Gelisah, rewel/marah.
o Mata cekung.
o Haus, minum dengan lahap.
o Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
 Dehidrasi berat: terdapat minimal dua dari tanda-tanda berikut:
o Letargis atau tidak sadar.
o Mata cekung.
o Tidak bisa minum atau alas minum.
o Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat.
Terapi:
 Terapi A, untuk pasien diare tanpa dehidrasi: (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
o Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang diinginkan hingga diare
berhenti. Sebagai petunjuk, berikan setiap kali pasien selesai BAB dengan jumlah sebagai
berikut:
 Anak < 1 thn : 50 - 100 ml.
 Anak 1 - 4 thn : 100 - 200 ml.
 Anak > 5 tahun : 200 - 300 ml.
 Dewasa : 300 - 400 ml.
o Teruskan pemberian makanan atau ASI bagi bayi.
 Terapi B, untuk pasien diare dengan dehidrasi ringan/sedang:
o Oralit diberikan 75 ml/kg BB dalam 3 jam, hindari penggunaan menggunakan botol.
o Jika anak muntah (karena pemberian cairan terlalu cepat), tunggu 5-10 menit lalu ulangi lagi,
dengan pemberian lebih lambat (satu sendok setiap 2-3 menit).
 Terapi C, untuk pasien diare dengan dehidrasi berat:
o Berikan Ringer Laktat 100 ml yang terbagi dalam beberapa waktu.
o Setiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, percepat tetesan infus jika hidrasi tidak membaik.
Evaluasi keadaan pasien setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (pasien lebih tua).
Tabel 2.6. Pemberian Cairan Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Berat.
Pemberian pertama Pemberian kemudian
Umur
30 ml/kg 70 ml/kg
bayi (< 12 bulan) dalam 1 jam dalam 5 jam
> 12 bulan dalam 30 menit 2,5 jam
(Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Idealnya, cairan rehidrasi oral dengan larutan oralit yang hipotonik memiliki komposisi yang terdiri
dari 3,5 g natrium klorida, 2,5 g natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20-29 g glukosa per
liter air (Sudoyo, 2006; Zein, 2004) dimana campuran seperti itu tersedia secara komersial dalam
paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air (Zein, 2004). Jika sediaan
secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan mencampurkan ½
sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula per liter air. Sebagai
tambahan, dua buah pisang atau satu cangkir jus jeruk dapat diberikan untuk mengganti kehilangan
kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama
kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan normal saline atau ringer
laktat harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah (Zein, 2004).

Anda mungkin juga menyukai