Anda di halaman 1dari 13

REFERENSI PERENCANAAN PENDIDIKAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Sistem Perencanaan Evaluasi

Di Susun Oleh:

Nurmawati

STAI BABUNNAJAH KUBU RAYA


2010

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “REFERENSI

PERENCANAAN PENDIDIKAN”. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas mata

kuliah Sistem Perencanaan Evaluasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Ibu Siti

Nurhasanah MPd, selaku dosen mata kuliah Sistem Perencanaan Evaluasi, yang telah

membimbing saya, sehingga makalah ini dapat terselasaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh

karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi

pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.

Pontianak, 04 Januari 2010

Penulis,

Siti Kholifah

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………..1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………...3
Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………….4
A. Definisi Perencanaan Pendidikan……………………………………………………………………...4
B. Tujuan, Fungsi dan Proses Perencanaan…………………………………………………………...6
1. Tujuan Perencanaan……………………………………………………………………………………6
2. Fungsi Perencanaan…………………………………………………………………………………….6
3. Proses Perencanaan…………………………………………………………………………………….6
C. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efektif dan Efisien………………………...7
D. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efektif…………………………………………..8
E. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efisien………………………………………….9
F. Keseimbangan antara Pendidikan dan Program Pelatihan…………………………………9
G. Tenaga-tenaga Perencana yang professional……………………………………………………..9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………...11
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………11
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………….12

2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi sperti (peristiwa,
keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira,
manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit.
Sesuai dengan arah dan sasaran Pembangunan Jangka Panjang II (PJP II), maka
perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional haruslah dinamis sesuai dengan
dinamika yang hidup di dalam masyarakat Indonesia yang sdemakin tinggi mutu
kehidupannya dan tingkat pemikiran rakyatnya. Dinamika masyarakat yang semakin
meningkat menuntut partisipasi masyarakat luas, untuk memberdayakan masyarakat
yang dikenal sebagai rass root planning, mengikutsertakan dinamika masyarakat
berarti pula proses perencanaan harus rentan pada perubahan yang hidup di dalam
kehidupan yang nyata dan bukan merupakan rekayasa dari atas atau pemerintah pusat.
Meskipun tidak seluruhnya rekayasa pemerintah bersifat negative, tetapi dinamika
menuntut suatu adonan yang serasi antara tuntutan pemerintah pusat dengan
keikutsertaan masyarakat banyak. Kebutuhan pasar, kebutuhan rakyat banyak
mencerminkan meningkatkan kehidupan demokrasi juga merupakan hasil suatu proses
perencanaan pendidikan dan pelatihan yang semakin dekat dengan kebutuhan
masyarakat.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat masa depan
adalah perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar.. Dan selanjutnya dunia masa
depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta
teknologi (IPTEK), telah dan akan mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia yang
sedang menapak kea rah kearah masyarakat industri. Transformasi masyarakat masa
depan menuntut suatu fisi pendidikan dan pelatihan yang jelas, yang
mengakomodasikan dinamika transformasi social-ekonomi masyarakat yang akan
terjadi. Visi strategis tersebut harus dapat mengarahkan proses perencanaan
pendidikan dan pelatihan nasional, sehingga dengan demikian program-program
pembangunan nasional yang diprioritaskan pada bidang ekonomi dalam PJP II, akan di
support oleh adanya Sumber Daya Manusia Indonesia yang cerdas dan terampil sesuai
dengan kebutuhan masyarakat global.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perencanaan Pendidikan


Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar
manajemen, antara lain :
a. Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan
seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan
kepadanpencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh
suatu Negara.
b. Beeby, C.E.
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan
dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang
mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan
politik untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi
kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh system tersebut.
c. Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan
dalam bidang pembangunan pendidikan.
d. Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh
kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan
biaya serta keuntungan sosial.
e. Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien
dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan
masyarakat.
f. Menurut Y. Dror (1975)
Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat
keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai

4
tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara
menyeluruh dari suatu Negara.
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat
tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis,
merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil
harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis
dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam
bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis
kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan
lain.
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh
cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini
terdapat banyak komponen yang ikut memproses di dalamnya. Adapun komponen-
komponen yang ikut serta dalam proses ini adalah :
1. Tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil keputusan dalam
rangka kebijaksanaan nasional dalam rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang
pendidikan.
2. Masalah strategi adalah termasuk penanganan kebijakan (policy) secara operasional
yang akan mewarnai proses pelaksanaan dari perencanaan pendidikan. Maka
ketepatan pelaksanaan dari perencanaan pendidikan.
Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan perencanaan pendidikan
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : siapa yang memegang kekuasaan,
siapa yang menentukan keputusan, dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan keputusan. Terutama dalam hal pemegang kekuasaan sebagai
sumber lahirnya keputusan, perlu memperoleh perhatian, misalnya mengenai system
kenegaraan yang merupakan bentuk dan system manajemennya, bagaimana dan siapa
atau kepada siapa dibebankan tugas-tugas yang terkandung dalam kebijakan itu. Juga
masalah bobot u ntuk jaminan dapat terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini
dapat diketahui melalui output atau hasil system dari pelaksanaan perencanaan
pendidikan itu sendiri, yaitu dokumen rencana pendidikan.
Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan tadi dapat dimaklumi
bahwa masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk menyiapkan suatu konsep
keputusan yang akan dilaksanakan di masa depan. Dengan demikian, perencanaan

5
pendidikan dalam pelaksanaan tidak dapat diukur dan dinilai secara cepat, tapi
memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau bidang
pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentingan nasional.
B. Tujuan, Fungsi dan Proses Perencanaan
1. Tujuan Perencanaan
Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara
hasil yang dicapai dengan harapan. Dilihat dari pengambilan keputusan tujuan
perencanaan adalah :
1. Penyajian rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui pejabat tingkat
nasional yang berwenang.
2. Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi berbagai bidang/satuan
kerja yang bertanggung jawab untuk melakukan kebijaksanaan.
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian,
sebagai alat bagi pengembangan quality assurance, menghindari pemborosan sumber
daya, menghindari pemborosan sumber daya, dan sebagai upaya untuk memenuhi
accountability kelembagaan. Jadi yang terpenting di dalam menyusun suatu rencana,
adalah berhubungan dengan masa depan, seperangkat kegiatan, proses yang sistematis,
dan hasil serta tujuan tertentu.
3. Proses Perencanaan
Perencanaan merupakan siklus tertentu dan dan melalui siklus tersebut suatu
perencanaan bias dievaluasi sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan
penyelesaian perencanaan. Dan secara umum, ada beberapa langkah penting yang perlu
diperhatikan di dalam perencanaan yang baik, yaitu:
1. Perencanaan yang efektif dimulai dengan tujuan secara lengkap dan jelas.
2. Adanya rumusan kebijaksanaan, yaitu memperhatikan dan menyesuaikan tindakan-
tindakan yang akan dilakukan dengan factor-faktor lingkungan apabila tujuan itu
tercapai.
3. Analisis dan penetapan cara dan sarana untuk mencapai tujuan dalam kerangka
kebijaksanaan yang telah dirumuskan.
4. Penunjukan orang - orang yang akan menerima tanggung jawab pelaksanaan
(pimpinan) termasuk juga orang yang akan mengadakan pengawasan.

6
5. Penentuan system pengendalian yang memungkinkan pengukuran dan
pembandingan apa yang harus dicapai, dengan apa ya ng telah tercapai, berdasarkan
criteria yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, beerdasarkan unsure-unsur dan langkah-langkah dalam
perencanaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perencanaan merupakan
suatu proses yang diakui dan perlu dijalani secara sistematik dan berurutan karena
keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah satu property perencanaan
pendidikan.
C. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efektif dan Efisien
Perencanaan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang mengarahkan sebagai
usaha untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan pembangunan nasional merupakan
suatu proses yang mengarahkan keseluruhan usaha yang melibatkan kemampuan serta
pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional. Pendidikan dan pelatihan sebagai proses sumber daya manusia yang akan
melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan nasional haruslah sejalan dengan
proses untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional harus diarahkan kepada
pencapaian tujuan dan visi normatif pembangunan nasional sebagaimana kekuatan
internal serta kecenderungan-kecenderungan global yang mempengaruhi arah
pembangunan nasional dalam PJP II, maka kita dapat merumuskan visi strategis
mengenai pembangunan nasional kita. Dalam rangka untuk mewujudkan visi strategis
pembangunan nasional, maka perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sejalan
dengan itu perlu dirumuskan. Perencanaan pendidikan dan pelatihan tersebut tidak lain
yaitu suatu proses perencanaan yang efektif dan efisien yang mengandung 3 unsur
pokok, yaitu : a) system, b) materi pembelajaran dan pelatihan, c) proses pembelajaran
dan pelatihan.
Dengan proses perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional yang demikian
bukanlah semata-mata pencapaian target kuantitatif tetapi juga bahkan terlebih
berkenan dengan pembenahan system agar supaya lebih efektif dan efisien,
meningkatkan mutu proses pembelajaran dan pelatihan, serta materi yang disampaikan
di dalam proses. Tersebut bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga
relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.

7
D. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efektif
Rencana yang efektif adalah rencana yang yang menunjang pencapaian tujuan PJP II,
khususnya tujuan strategis PJP II yang telah dijadwalkan pada periode Repelita. Seperti
yang dirumuskan, tujuan strategis dari pembangunan PJP II yaitu : menyiapkan
masyarakat industri maju. Suatu masyarakat industri maju memiliki ciri-ciri yang
khusus yaitu masyarakat yang mengenal disiplin. Tanpa disiplin tidak mungkin industri
maju yang menggunakan unsur-unsur posisi tinggi berjalan tanpa disiplin. Disiplin
dalam pekerjaan, di dalam produksi dan di dalam kehidupan. Tidak ada suatu negara
industri maju tanpa kedisiplinan warganya. Oleh karena itu, perencanaan pendidikan
dan pelatihan haruslah diarahkan kepada tumbuhnya suatu masyarakat yang
berdisiplin.
Rencana yang telah disepakati haruslah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan,
menyampingkan tujuan-tujuan tambahan dan memfokuskan kepada rencana yang telah
ditentukan. Bukan berarti bahwa rencana yang telah disepakati tidak dapat ditawar-
tawar lagi. Penyesuaian suatu rencana hanya dapat terjadi apabila kondisi meminta
untuk perbaikan-perbaikan selama pelaksanaan. Keterbatasan dana, ketidakmampuan
pelaksana, kurang koordinasi di lapangan dapat menyebabkan penyesuaian
pelaksanaan.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan diarahkan pada pengembangan dan
penguasaan IPTEK serta penerapannya. Berikutnya keterampilan yang diprogramkan
adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh dunia industri atau oleh
kesempatan-kesenmpatan yang muncul karena kemajuan ilmu dan teknologi kemudian
perencanaan yang disajikan merupakan suatu rencana yang melahirkan inisiatif.
Demikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif harus dapat
menumbuhkan suatu system pendidikan dan perencanaan yang mengakomodasikan
lahirnya kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh suatu masyarakat industri.
Sistemnya haruslah efektif, artinya tidak ada duplikasi serta program tanpa arah.
Seluruh sistem diberdayakan agar secara cepat dan tepat menunjang pencapaian tujuan
PJP II. Hal ini berarti perencanaan Ppendidikan dan pelatihan haruslah komprehensif,
sebab sumber daya manusia yang aka n dibutuhkan oleh semua sector pembangunan.
Selama PJP II tujuan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sehingga terjadi
berbagai pemborosan dan bermuara kepada angka pengangguran yang semakin besar.
Pengangguran menandakan bukan hanya oleh factor-faktor ekonomi, melainkan juga

8
sebagai variable ketidakefektifan proses perencanaan pendidikan dan pelatihan dalam
membangun suatu system yang efektif.
Suatu proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif juga berkenaan
dengan proses pembelajaran. Era informasi dengan cyber learning akan mengubah
seluruh proses belajar baik di dalam system pendidikan sekolah maupun pendidikan
luar sekolah. Oleh karena itu, cyber learning harus direncanakan dan dimanfaatkan
seoptimal mungkin dalam rencana pendidikan dan pelatihan masa depan.
E. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efisien
Efisien artinya penggunaan sumber-sumber secara tepat guna dalam rangka
pencapaian suatu tujuan. Dalam hubungan ini, proses perencanaan yang efisien adalah
proses perencanaan yang mempunyai karakteristik, antara lain : efisiensi berimplikasi
tanpa duplikasi berarti intensifikasi. Tetapi apabila duplikasi tanpa kerjasama, maka hal
itu dapat dikatakan pemborosan.
Dengan demikian proses perencanaan pendidikan dan pelatihan akan dangkal
sifatnya atau akan melenceng dari tujuan nasional karena tidak memperhitungkan
kepentingan sector-sektor lainnya. Oleh sebab itu, kerjasama intern, instansi antar
lembaga, antar departemen di dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan
merupakan syarat mutlak. Proses kerjasama ini sudah dapat diperlancar dengan adanya
teknologi komunikasi yang canggih. Maka dari itu, dapat dirumuskan secara lebih
efisien serta lebih tepat dan cepat program-program nasional yang mempunyai dimensi
antar sektoral.
F. Keseimbangan antara Pendidikan dan Program Pelatihan
Kita telah merencanakan program pendidikan terpisah dari program pelatihan.
Namun di dalam era informasi di mana pendidikan merupakan pendidikan seumur
hidup, maka porsi umur yang diperuntukkan bagi program pendidikan sekolah ialah
singkat dibandingkan dengan porsi umur yang diberikan kepada program pelatihan
yang berjalan seumur hidup. Apabila karakteristik pekerjaan masa depan yang dinamis
akan memberikan relevansi yang tinggi terhadap program pelatihan. Oleh karena itu, di
dalam proses pendidikan dan pelatihan masa depan yang efisien harus lebih
memperhatikan kepada pengembangan program pelatihan nasional.
G. Tenaga-tenaga Perencana yang professional
Perencanaan pendidikan dan pelatihan masa depan yang efektif dan efisien tentunya
meminta tenaga-tenaga yang professional tersebut, yaitu para perencana harus

9
merupakan suatu tim multi-disipliner. Dan mereka bukan hanya ahli-ahli dalam bidang
pendidikan dan pelatihan melainkan juga dari disiplin-disiplin dari luar pendidikan,
seperti teknik, ekonomi, antropologi, filsafat, dan bidang-bidang lainnya yang relevan.
Tentunya yang ideal adalah adalah ahli-ahli pendidikan yang menguasai disiplin-
disiplin lainnya.
Dalam transformasi IKIP menjadi Universitas, maka tenaga-tenaga perencana yang
professional akan lebih terbuka. Para akademisi dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan akan dapat didik sebagai tenaga-tenaga perencana pendidikan dan
pelatihan yang lebih mantap dan professional. Tim perencana yang multi-disipliner,
yang menghayati masalah-masalah pendidikan, akan dapat menghayati dan
membangun suatu system pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan tujuan
strategis dan misi strategis pembangunan serta dapat mengembangkan materi yang
akan disampaikan di dalam proses pembelajaran dan pelatihan, serta menguasai tehnik
proses pembelajaran itu sendiri.
Proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien secara mutlak
harus ditopang oleh peneliti (riset). Riset yang dibutuhkan adalah dalam dua bidang,
yaitu bidang kebijakan dan dalam bidang intern pendidikan. Pelaksanaan riset
kebijakan pendidikan dapat dilaksanakan oleh badan pemerintah tetapi juga oleh
lembaga-lembaga swasta yang independent agar supaya dapat dirumuskan kebijakan-
kebijakan dari berbagai arah serta tidak berpihak.
Demikian juga pelaksanaan riset mengenai masalah-masalah pendidikan an sich
perlu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di lingkungan
universitas dan lembaga-lembaga riset masyarakat mengenai mengenai pendidikan.
Dewasa ini dirasakan suatu kelemahan di dalam pengembangan pendidikan dan
pelatihan nasional karena ketiadaan data riset mengenai masalah-masalah pendidikan
san pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia sendiri yang sedang
berkembang me nuju masyarakat industri.
Dari berbagai konsep pendidikan dan pelatihan berasal dari pinjaman atau
limpahan pemikiran-pemikiran barat mengenai perkembangan yang sebenarnya dari
Indonesia sampai dewasa di dalam lingkungan kebudayaan Indonesia.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perencanaan pendidikan dan pelatihan dalam PJP II merupakan proses untuk
mengembangkan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan visi
strategis untuk menanpung dinamika masyarakat dan kekuatan serta tantangan
global dalam era informasi abad 21.
2. pendidikan dan pelatihan yang efektif mendorong mewujudkan masyarakat
Indonesia yang maju yang memungkinkan pengembangan kemampuan otak,
penguasaan dan pengembangan serta penerapan IPTEK, menguasai yang relevan
mengembangkan jiwa wiraswasta.
3. Perencanaan pendidikan dan pelatihan dalam PJP merupakan proses untuk
mengembangkan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan visi
strategis menghadapi pasar bebas serta kemajuan IPTEK dalam rangka mewujudkan
masyarakat.
4. Perencanaan Pendidikan yang efektif dan efisien meminta suatu keseimbangan
antara program pendidikan dan program pelatihan. Program-program pelatihan
akan semakin ditonjolkan relevansinya. Sedangkan program pendidikan yang
bersifat umum dengan dibebani berbagai keterampilan dasar yang diperlukan
dalam kehidupan nyata.
5. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat masa depan
adalah perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar.
6. perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien secara mutlak harus
ditopang oleh peneliti (riset). Riset yang dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu
bidang kebijakan dan dalam bidang intern pendidikan.
7. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efisien menghindari duplikasi yang
tidak perlu. Oleh karena itu diperlukan networking antar
8. Lembaga, antar departemen, mengoptimalkan peran serta masyarakat, khususnya
masyarakat industri, serta kurikulum yang ramping. Kurikululum local dijadikan
sebagai kurikulum inti, Dan Kurikulum Nasional dijadikan sebagai Kurikulum
Plasma.

11
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi, Ace. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pengembangan: Isu.Teori dan Aplikasi.
Pusat Informatika Balitbang Dikbud. Jakarta.1997
Tilaar, H.A.R., Peta Permasalahan Pendidikan Dewa Ini, Perlunya Visi dan Rencana
Strategi Pendidikan dan pelatihan Nasional berorientasi Masa Depan, Seminar Ilmiah
ISKA, November 1997.
Tilaar, H.A.R., Pengembangan Sumber Daya manusia dalam Era Globalisasi, Grasindo,
Jakarta, 1997.
Haddad, Wadi D., The Dynamich of Education Policymaking. The World Bank,
Washington, D.C.
Tilaar, H.A.R., Pengembangan SDM Indonesia Unggul Menghadapi masyarakat
Kompetitif Era Globalisasi, Pidato Ilmiah pada Acara Wisuda Tinggi Manajemen
Bandung, 26 Agustus 1997.
Tilaar, H.A.R., Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi, Grasindo,
Jakarta, 1997.
Tilaar, H.A.R., In Search of New Paradigms in Educational Management and
Leadership based on Indigenous Culture: The Indonesian Case, Keynote speech, First
Asean/ASEAN Symposium on Educational Manajemen and Leadership, Genting
Highlands, Kuala Lumpur, 27-29 Agust, 1997.
Tilaar, H.A.R., Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional: Dalam Perspektif
Abad 21. Indonesia Tera, Jakarta 1998.

12

Anda mungkin juga menyukai