Emosional dalam
Pengorganisasian
Ada seorang teman yang berkata; “Jangan terlalu dekat dengan orang-orang yang
kita dampingi, karena hubungan emosional yang terbangun tidaklah baik untuk
pelaksanaan kegiatan”. Benarkah pernyataan itu? Apakah dengan terbangunnya
hubungan emosional akan membuat seorang pendamping ataupun Community
Organizer memperburuk upaya kita untuk melakukan perubahan di Masyarakat?
Boleh jadi pernyataan itu benar jika seorang CO larut dalam hubungan emosional
tersebut, sehingga tidak bisa lagi membeda-bedakan antara hubungan emosional
dengan hubungan dalam rangka kegiatan project atau program. Hubungan emosional
antara seorang CO dengan anggota masyarakat juga dianggap bisa menciptakan
kecemburuan dari warga masyarakat lainnya, karena CO akan cenderung sering
berkunjung, berinteraksi, atau berhubungan dengan orang yang dekat dengannya.
Kedekatan tersebut kemudian akan berpengaruh terhadap perlakuan CO terhadap orang
tersebut. Bisa saja kemudian CO akan lebih banyak memberikan keuntungan bagi orang
yang dekat dengannya.
Apakah benar jika hubungan emosional seorang CO dengan warga, kader atau
warga masyarakat desa tidak baik bagi kegiatan pengorganisasian? Sebenarnya
jawabannya sangatlah tergantung dari bagaimana CO memaknai hubungan emosional,
mensiasatinya, dan membangun komunikasi maupun strategi yang tepat kepada warga
agar hubungan emosional tersebut tidak berdampak buruk terhadap masyarakat.
Tentu saja tidaklah mudah membangun hubungan seperti itu. Setiap orang pasti
akan memendam kepentingan, dan ingin diuntungkan dalam sebuah hubungan.
Persoalannya, keuntungan dan kepentingan tersebut adalah kepentingan bersama,
bukan pribadi. Untuk membuat sebuah hubungan seperti itu, maka perlu ada proses
panjang. Pertama yang harus dibangun adalah kepercayaan dan keterbukaan. Dalam
kondisi dimana CO adalah orang yang mendorong terjadi perubahan, sering sekali
masyarakat merasa dimanfaatkan oleh orang seperti CO di desa. Mereka berfikir,
siapapun yang mencoba melakukan sesuatu yang berbeda pasti memiliki kepentingan.
Akibatnya, masyarakat sering curiga, dan di kepalanya akan penuh dengan tanda tanya.
Agar kecurigaan dan tanda tanya tersebut hilang atau berkurang, maka bangunlah
komunikasi sebanyak dan sesering mungkin, terbukalah kepada masyarakat, buat
mereka yakin bahwasannya CO memang memiliki niat baik, dan yang paling penting
adalah, jadikan mereka seperti saudara atau teman dekat. Ketika kepercayaan tersebut
terbangun, barulah masuki hati dan fikirannya dengan nilai-nilai kejujuran, ketulusan dan
pengorbanan.
Kecemburuan adalah sesuatu yang sangat cair dan tidak permanen. Ada banyak
hal yang membuat kecemburuan tersebut hilang di fikiran orang-orang desa. Jadi,
seorang CO atau pekerja sosial tidak harus anti dengan kedekatan emosional.
Sepanjang hubungan tersebut adalah hubungan kepercayaan, kesukarelaan dan
hubungan yang didasari kesamaan nilai, maka tidak akan mengganggu kerja-kerja
seorang CO. Tunjukkan ke masyarakat, bahwasannya orang yang dekat dengan CO
tersebut hanya mendapatkan keuntungan karena menjadi lebih pintar, cerdas dan
memiliki pemikiran yang maju.
Agar semuanya lebih jelas, cobalah praktekkan dan bangun hubungan emosional
dengan seorang atau beberapa orang warga. Lihat dan analisis, apakah kedekatan
tersebut mengganggu kegiatan dan kerja-kerja membangun perubahan di masyarakat.
Jika memang hubungan tersebut dilandasi ketulusan dan bukan saling memanfaatkan,
maka kecemburuan, iri dan pandangan negatif orang lain akan hilang dengan sendirinya.
*****************************
Makassar, 10 January 2011