Anda di halaman 1dari 94

Neonatus dan bayi dengan masalah

serta penatalaksanaannya

oleh

Asrining S
1. Bercak Mongol
2. Hemangioma/ nevi vakkuler
- Nevi flameus/ bercak anggur
- Nevi Vaskulosis/ strawbery nevi
3. Ikterus
4. Muntah dan gumoh
5. Oral trush
6.Diaper rash/ ruam popok
7. Seborrhoea
8. Miliriasis
Bercak Mongol

 Daerah/ area berpigmentasi gelap ( berwarna


coklat sampai biru gelap ) pada kulit terlihat
bercak lebar hitam/biru gelap, tidak menonjol
terlihat pada punggung sebelah bawah,
bokong, genitalia. Biasanya menghilang
dalam tahun pertama atau kedua Bercak ini
tidak ada kaitannya dengan sindrom
mongoloid ( Down sindrom)
 Tidak memerlukan tindakan khusus, orang tua
bayi sebaiknya diberi penjelasan tentang hal
ini
Hemangioma/ nevi vaskuler

 Suatu area dimana terdapat pertumbuhan yang


berlebihan dari pembuluh darah, sehingga kulit
berwarna lebih gelap dari area
disekitarnya,dapat hilang secara spontan atau
menetap. Bila menetap dapat menimbulkan
masalah kosmetik
 Ini merupakan tanda abnormal yang mungkin
terdapat saat lahir atau timbul kemudian.
Jenis Nevi vaskuler yang umum ditemukan :
 Nevi flameus atau biasa disebut bercak anggur
Lesi berwarna ungu atau merah gelap, rata, terdapat didaerah muka
dan leher, biasanya tidak menghilang, penemuan obat-obatan make-
up dapat membantu sebagian dari mereka hidup seperti orang
normal.

 Nevi Vaskulosis / Strawberry nevi biasa disebut tanda strawberry


Lesi berwarna merah cerah dan menonjol, terdapat saat lahir dan
terlihat lebih jelas setelah usia 1 minggu atau lebih. Nevus terdiri
dari venula yang berdilatasi , kapiler dan arteriole yang cenderung
membesar, kemudian secara bertahap mengalami regresi
meninggalkan jaringan parut dan pigmentasi. menghilang dalam
kurun waktu 3 - 4 tahun bergantung pada ukuran dan lokasi
timbulnya
Ikterus
 Warna kuning yang terlihat pada sclera mata,selaput lendir
dan kulit

Penyebab
 Kelebihan jumlah billirubin dalam jaringan, karena reduksi
normal sel-sel darah merah ( bill. adalah pigmen haemoglobin
dan empedu )

Ikterus fisiologi
 Terlihat mulai hari ke 2-3 setelah lahir
 Menghilang hari ke 7 maksimal hari ke 14 setelah lahir
 Bayi tampak sehat/ aktif, menyusu kuat
 Ikterus maksimal Kramer II
 Kadar bill. direk bayi aterm < 12,5 mg% , Premat < 10 mg
%
Penanganan bayi dengan ikterus fisiologis :

• Bayi dengan ikterus fisiologis tidak memerlukan


perawatan khusus, perlu dilakukan pengawasan
dan penanganan yang memadai agar ikterus tidak
berubah menjadi ikterus yang pathologis, karena
dapat berakibat fatal.

• Penanganan yang dilakukan adalah pemberian minum


dengan jumlah yang adekuat,

• Segera setelah lahir bayi di beri minum/ tidak


dipuasakan/ berikan early feeding

• Paparkan bayi selama 10 – 20 menit pada cahaya


matahari pagi ( jam 07.00 – 08.30 ), setiap hari sampai
ikterus tidak terlihat.
Muntah dan gumoh

• Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang


ditelan seketika atau beberapa saat setelah
minum/menyusu dan dalam jumlah sedikit.
Gumoh yang tidak berlebihan terutama usia,
< 6 bulan merupakan hal yang normal.

• Penyebab gumoh adalah adanya hubungan


spincter oesofagus dan lambung yang belum
sempurna.

• Faktor predisposisi : terlalu kenyang, terdapat


udara dalam lambung karena pemberian
minum yang terburu – buru atau posisi saat
menyusu yang kurang/tidak benar.
Penatalaksanaanya :

• Perbaiki tehnik menyusu,


pengaturan posisi

• Setelah bayi minun/ menyusu


disendawakan

• Setelah minum/ menyusu tidurkan


dengan posisi miring ke kanan
Muntah

• Muntah adalah keluarnya kembali sebagian atau


seluruh isi lambung setelah agak lama makanan
masuk ke lambung

Penyebab :
• Kelainan kongenital saluran pencernaan misalnya
atresia oesofagus, Hirschprung, peningkatan tekanan
intra kranial,cara pemberian minum yang salah
• Penyakit infeksi hepatitis, peritonitis dll
• Invaginasi, intoksikasi
Untuk menentukan penyebab diperlukan
pengkajian tentang :

• Waktu yang berhubungan dengan


pemberian makan
• Jumlah makan yang terakhir
• Jumlah muntahan
• Warna dan konsistensi muntahan
• Kekuatan keluarnya muntah
• Penampilan umum bayi dan respon
saat muntah
• Bau
Sifat muntah
• Keluar cairan terus menerus kemungkinan
obstruksi oesofagus
• Muntah proyektil kemungkinan karena stenosis
pilorus
• Muntah hijau kekuningan kemungkinan karena
obstruksi
• Muntah segera setelah lahir & menetap
kemungkinan obstruksi usus, peningkatan TIK.

Komplikasi
• Dehidrasi dan alkaliosis
• Syok
• Ketegangan otot dinding perut, perdarahan
conyungtiva, ruptura oesofagus, aspirasi muntahan
Penatalaksanaan
• Waspadai bahaya aspirasi yang dapat menimbulkan
sumbatan jalan nafas

• Segara bersihkan muntahan, tidurkan dengan posisi kepala


lebih rendah dari badan, kalau perlu lakukan
pengispan

• Tidurkan bayi dengan kepala miring ke satu sisi


• Berikan makan dalam jumlah lebih sedikit dan lebih lambat

• Sendawakan setiap habis minum dan jangan terlalu


menggoncang – goncang bayi

• Tidurkan bayi dengan posisi miring kekanan, untuk


meningkatkan aliran isi lambung ke usus halus
• Kalau perlu lapor dokter/ rujuk
Oral trush
• Bercak putih pada mukosa bukalis di dalam pipi,
lidah,gusi,bibir. Terlihat seperti percikan susu, bila
diusap dengan coton bad/ lidi kapas terlihat garis
perdarahan. Penyakit ini menyebabkan rasa sakit
dalam mulut, sehingga bayi tidak mau mengisap

Penyebab :
• Candida albicans, penularan melalui vagina yang
terinfeksi saat persalinan atau tangan yang tidak
dicuci bersih setelah memegang perineum, melalui
alat – alat yang tercemar dot, pengisap lendir dll.
Candida albicans terdapat dalam sekresi oral dan
feses.
Penatalaksanaan
• Rawat puting dengan nistatin topikal

• Iritasi mukosa oral dapat diberi gentian violet 1% atau


nistatin gel

• Per oral diberi nistatin dengan dosis 100.000 iu 4 kali


sehari selama 10 hari

• Alat- alat perawatan disendirikan untuk mencegah


penularan
Diaper rash/ ruam popok
Penyebab
• Cara membersihkan yang kurang benar
• Penggunaan pampers/ popok yang tidak segera diganti
bila kotor/ basah
• Cara pencucian popok yang kurang baik
• Sensitivitas terhadap bahan – bahan popok tertentu

Tanda dan gejala


• Erythema, iritasi pada kulit yang terkena
• Erupsi pada daerah kontak yaitu bokong, genitalia,
perut bagian atas, paha atas
• Pada keadaan yang parah terdapat papila
erythematosa,vesicula, ulcerasi
Penatalaksanaan :
• Segera ganti popok bila kotor
• Setiap habis bak/bab bersihkan dengan benar area
yang kotor
• Cuci popok dan pakaian bayi dengan cara yang benar
• Gunakan popok dan pakaian bayi yang terbuat dari
bahan yang lembut dan mudah menyerap keringat
• Pajankan area yang terkena dengan cahaya matahari
dan udara
• Posisi tidur diatur sedemikian rupa agar daerah yang
terkena tidak tertekan
• Perhatikan kebersihan pakain dan alas tidur
Seborrhoea
Lapisan kulit yang berlapis – lapis pada kepala bayi, lapisan
ini terdiri dari kulit ari dan kotoran

Penyebab
• Kebersihan kulit kepala yang tidak baik
• Pemakaian/pemberian obat – obat tradisional / tapel

Penatalaksanaan
• Olesi kulit kepala yang terkena dengan minyak kelapa
• Biarkan selama 10 - 15 menit
• Lepaskan kotoran dengan sisir yang bergigi halus atau
karton tipis/ kartu pos, jangan membersihkan dengan
paksaan.
• Bila masih ada ulangi pada hari berikutnya dengan cara
yang sama.
• Setelah bersih keramas dengan shampo yang lembut
Milliariasis
• Bintik keputihan terlihat pada hidung,
dahi dan pipi bayi baru lahir.

• Bintik – bintik ini menyumbat kelenjar


sebasea yang belum berfungsi.

• Setelah 2 minggu ketika kelenjar


keringat mulai bersekresi, milia secara
bertahap menghilang
Diare
• Bayi baru lahir buang air besar 4 – 5 kali sehari, bila
frekwensi bab lebih sering, ini disebut diare

• Diare yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan


masalah yang serius,karena kehilangan Cairan dan
elektrolit akan menyebabkan dehidrasi

• Diare pada bayi disebabkan karena banyak minum


atau memberikan minuman/ susu formula yang banyak
mengandung lemak, mikro organisme yang
menyebabkan infeksi pada bayi
Pencegahan :

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang


setiap bayi

2. Alat – alat disendirikan untuk setiap bayi

3. Bayi yang menderita diare di isolasi

4. Berikan minum dengan jumlah sesuai kebutuhan

5. Berikan jenis minuman yang sesuai untuk bayi


Penatalaksanaan

1. Hitung kebutuhan minum bayi dan berikan sesuai


kebutuhan

2. Laporkan kondisi bayi pada dokter.

3. Bila penyebab diare karena susu yang tidak cocok,


ganti dengan susu yang lain

4. Ambil feses untuk bahan pemeriksaan laboratorium

5. Catat intake dan out put

6. Pantau adanya tanda –tanda dehidrasi

7. Lakukan perawatan kulit peri anal dengan baik untuk


mencegah terjadinya iritasi
Infeksi tali pusat
Faktor pre disposisi :

a. Pemotongan tali pusat yang tidak


hygiene
b. Perawatan tali pusat yang tidak hygiene
Tanda – tanda :

a. Tali pusat basah atau lengket


b. Berbau
c. Mengeluarkan cairan
d. Sekitar tali pusat bengkak kemerahan
e. Bila tidak dirawat dengan baik infeksi dapat
menyebar sepanjang vena umbilikus dalam
tubuh bayi yang dapat menimbulkan
trombosis vena porta, abces hepar,septikema.
f. Keadaan umum bayi lemah, malas mengisap,
suhu tubuh meningkat/ demam tinggi dan
dapat berakhir dengan kematian
Penatalaksanaan :
• Rawat tali pusat secara higiene sampai tali pusat lepas
dan bekasnya kering
• Bila ditemukan tanda – tanda infeksi laporkan pada dokter
• Setiap habis mandi tali pusat dikeringkan kemudian di
diolesi dengan salep yang mengandung neomycin dan
bacitrasin, atau salep gentamycin.
• Ambil sekret tali pusat untuk pemeriksaan kultur dan
sensitiviti test
• Bila bayi dipulangkan sebelum tali pusat lepas, jelaskan
pada ibu tentang
* Cara perawatan tali pusat
* Tanda –tanda infeksi tali pusat ,bila ada tanda - tanda
infeksi anjurkan untuk segera membawa bayi ke
klinik/ RB/ Puskesmas/ Rumah sakit
Asuhan neonatus
dengan jejas persalinan

Oleh
Asrining S.
1. Caput Suksedenium

2. Cephal hematoom

3. Moulage/ Penyisipan/Moulding

4. Trauma pada fleksus Brachialis

5. Fraktur clavicula
Caput Suksedenium

Pembengkakan diatas area kulit kepala. Karena


timbunan cairan getah bening/ serum, disebabkan
oleh efusi serum ke dalam jaringan diuar periost
akibat tekanan pada kepala

Penyebab :
• Tekanan yang kuat dan lama pada kepala bayi
( partus lama, Vaccum ekstraksi )
• Caput terjadi bila saat persalinan berlangsung, ketuban
sudah pecah, his kuat, anak hidup, presentasi kep.
Penatalaksanaan :

a. Ukuran dan letak benjolan dicatat, area benjolan di


amati sampai benjolan hilang
b. Daerah benjolan jangan ditekan & dikompres
c. Jaga kebersihan/ cegah infeksi pada area benjolan dan
sekitarnya
d. Bayi jangan diangkat bila tidak benar – benar perlu
e. Berikan ASI yang adekuat
f. Cairan akan hilang karena ter absorbsi,dalam waktu 2 -
4 hari
2. Cephal Haematom
Pembengkakan pada kepala bayi, karena ada
penumpukan darah antara tulang tengkorak dan
periost, ini terjadi karena ada robekan sub periost
sebagai akibat dari trauma persalinan

Penyebab :
• Tekanan jalan lahir yang lama dan kuat
• Moulage/ penyisipan / overiding yang terlalu
berlebihan
• Partus dengan tindakan ( forsep, Vakum ekstraksi )
Penatalaksanaan :

• Catat ukuran, bentuk dan lokasinya, area benjolan di


amati sampai benjolan hilang
• Jaga kebersihan/ cegah infeksi pada area benjolan
dan sekitarnya
• Bayi jangan diangkat bila tidak benar –benar perlu
• Berikan ASI yang adekuat
• Daerah benjolan tidak boleh di massage/ ditekan
dan dikompres
• Berikan penjelasan pada orang tua tentang kondisi
bayi
• Darah akan hilang karena terabsorbsi, pada kondisi
tertentu dokter akan melakukan pungsi secara
bertahap.
3. Moulage/ Penyisipan/Moulding

• Perubahan bentuk kepala dalam usaha menyesuaikan dengan


jalan lahir/ bentuk panggul
• Bergesernya tulang tengkorak yang satu di bawah tulang
tengkorak yang lain , hal ini dapat terjadi karena ada sutura

Tanda – tanda :
• Palpasi pada kepala tidak teraba sutura, teraba tulang
tengkorak yang satu berada di atas tulang tengkorak yang lain

Perawatan :
• Bayi jangan diangkat bila tidak perlu
• Catat lokasinya, amati area moulage , adanya tanda – tanda
cephal hematom, dan peningkatan tekanan intra kranial
4.Trauma pada fleksus Brachialis

Paralisis / kelumpuhan pada lengan atas/ fleksus


brachial karena kerusakan syaraf cervical kelima dan
keenam.

Penyebab :
• Persalinan dengan penyulit, dimana dilakukan
tarikan lateral pada kepala dan leher untuk
melahirkan bahu (letak kepala, bahu sukar lahir ),
tarikan yang berlebihan pada bahu untuk melahirkan
kepala pada letak sungsang
• Cedera terjadi ketika bahu ditarik menjauhi kepala
selama proses persalinan
Tanda dan gejala :
• Ada riwayat kesulitan dalam persalinan
• Lengan atas yang terkena dalam keadaan
ekstensi dan abduksi ( mengarah ke dalam )
• Jika anak di angkat lengan akan lemas tergantung
• Reflek Moro pada lengan yang terkena negative
( tidak ada/ menurun )
• Reflek meraih dengan tangan tidak ada
• Paralisis lengan atas dan lengan bawah
Tindakan perawatan yang dilakukan bertujuan mencegah
terjadinya kontraktur dan mempertahankan letak yang benar
dari caput humeri dalam scapula

• Tindakan immobilisasi dengan posisi stand “ Hoera “


• Bila mengenakan pakaian dahulukan pada lengan yang terkena
• Latih orang tua mempertahankan tindakan immobilisasi dan
melepas serta memakai pakaian
• Lengan dijaga agar selalu dalam keadaan range of motion
( ROM ) pasif, untuk mempertahankan tonus dan fungsi otot,
kadang dokter memasang bidai atau splints
• Jelaskan pada orang tua ada kemungkinan untuk sembuh
tergantung derajad trauma. Waktu penyembuhan 2 bulan – 6
bulan, bila tidak ada perbaikan mungkin diusahakan operasi
neuroplasti.
• Bila paralisis terjadi karena udema dan haemorrhagi sekitar
serabut syaraf, fungsi normal lengan akan kembali sekitar 3
bulan
Fraktur clavicula

Patah tulang clavicula, keadaan ini dapat terjadi


akibat manipulasi pengeluaran bahu yang sukar
waktu persalinan ( letak kepala, letak bokong )

Gejala :
 Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas
pada sisi yang terganggu
 Saat dilakukan palpasi pada clavicula bayi
menangis
 Saat palpasi teraba krepitasi atau benjolan
 Reflek moro negative
 Perubahan warna jaringan yang terkena
 Pada hasil foto roentgen terlihat tulang yang fraktur
Penatalaksanaan :

 Immobilisasi lengan dan bahu yang sakit


 Fraktur clavicula yang lengkap dilakukan
immobilisasi dan abduksi lengan dalam stand “
HOERA “
 Traksi atau splints mungkin digunakan untuk
mengimmobilisasi area yang cedera
 Prognosa baik, dalam 6 - 8 minggu fraktur
menyambung
Fraktur

Fraktur tulang kadang – kadang terjadi


akibat proses kelahiran yang sulit atau
kelahiran dengan tindakan misalnya pada
versi ekstraksi, ekstraksi bokong/ letak
sungsang.

 Tulang yang sering mengalami cedera/


fraktur adalah tulang klavikula, humerus
Tanda dan gejala

a. Perubahan warna jaringan yang terkena ( kebiruan/


haematom )
b. Deformitas postur tubuh atau bengkak
c. Gangguan/ kurangnya gerakan, reflek MORO lemah/
tidak ada
d. Teraba krepitasi
e. Menangis saat bagian yang fraktur digerakan/ diraba
f. Terlihat gambaran fraktur/ patahan pada hasil foto
Rontgen
Penatalaksanaan

a. Rujuk bayi ke Rumah sakit


b. Dilakukan immobilisasi bagian yang fraktur
c. Bila diperlukan dilakukan traksi atau splint oleh
dokter
d. Tanpa komplikasi , prognosa baik
Neonatus dengan kelainan bawaan
dan penatalaksanaannya

Oleh
Asrining S
Labio skizis dan labio palatoskizis/
Bibir sumbing dan langit- langit sumbing

Kelainan kongenital berupa bibir dan atau langit – langit


terbelah karena struktur embrionik wajah gagal untuk
bersatu. Terdapat 1 dalam 1000 kelahiran. Kelainan ini
mengganggu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan oksigen
dan dapat menyebabkan bayi mudah tersedak dan
bahaya aspirasi yang dapat menyebabkan kematian

Penyebab :
Hereditas dan teratogen, kelainan ini sering ditemukan
diantara anak – anak dengan abnormalitas kromosom
Tanda dan gejala

a. Terdapat celah pada bibir biasanya bibir bagian


atas dapat satu atau dua tempat
b. Terdapat celah pada langit–langit / palatum,
kadang bibir tidak terbelah tapi palatum terbelah,
oleh karenanya raba seluruh palatum walaupun
bibir tidak sumbing.
c. Bayi tersedak saat minum, tidak dapat mengisap
dan menelan dengan baik
d. Perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat untuk
menentukan adanya kelainan yang lain
Penatalaksanaan

a.Bila sumbing sedikit hanya pada


bibir dan bayi masih dapat mengisap,
bayi dapat dirawat seperti bayi
lainnya sambil menunggu waktu
untuk tindakan operasi yang
biasanya dilakukan mulai usia 2
bulan
b. Bila sumbingnya parah dan atau juga terdapat pada
palatum upayakan jalan nafas tetap terbuka dengan
jalan

- Atur posisi bayi Fowler / digendong dalam posisi


tegak terutama saat pemberian minum
- Lakukan pengisapan untuk mengeluarkan lendir
atau susu yang menghalangi jalan nafas
- Sering disendawakan karena kecenderungannya
menelan udara
- Berikan minum dengan sendok secara hati – hati
atau menggunakan dot yang sangat lunak/ dot
khusus
- Pada bayi dengan sumbing pada langit – langit
dokter akan memasang protese menutupi palatum
yang terbuka untuk menjaga terhadap regurgitasi
dan membantu anak belajar bicara sampai operasi
korektif dapat dilakukan
Penatalaksanaan lanjutan

c. Berikan nutrisi yang adekuat

d. Berikan dukungan pada orang tua, dan ajarkan


cara perawatan dirumah

e. Diskusikan dengan orang tua untuk upaya


rujukan ke rumah sakit. Pada sumbing palatum
kemungkinan dilakukan operasi beberapa kali
secara bertahap, dan biasanya operasi di mulai
pada usia 6 bulan.
2. Atresia oesofagus dan fistula trakea oesofagus
a. Atresia oesofagus adalah kelainan kongenital dimana
segmen atas oesofagus berakhir dalam pounch buntu.
Insiden 1 dalam 3500 kelahiran hidup

b. Fistula trackeaoesofagus adalah kelainan kongenital


dimana terdapat celah antara oesofagus dan trakea,
akibatnya makanan akan masuk ke saluran
pernafasan bahkan dapat langsung ke paru
Tanda dan gejala :

a. Ada riwayat polihidramnion maternal


b. Biasanya bayi dismatur
c. Pengeluaran saliva yang berlebihan (meleleh keluar
) cenderung berbuih
d. Timbul sesak nafas disertai pengeluaran air liur
e. Saat pemberian minum, menelan normal tiba – tiba
batuk dan regurgitasi makan melalui hidung dan
mulut, tersedak, sianosis
f. Sonde terhenti pada jarak kurang dari 10 cm
g. Distensi abdomen
h. Hasil foto Rontgen memberikan gambaran, sonde
berhenti pada tempat atresia
Penatalaksanaan

a. Segera rujuk ke rumah sakit yang memadai, bayi


dipuasakan
b. Pasang sonde dalam oesofagus dan lakukan pengisapan
terus bila diperlukan
c. Atur posisi tidur sbb :
- bila ada fistula trakea – oesopfagus posisi tidur
semi fowler/ ½ duduk
- bila tanpa fistula kepala lebih rendah dari badan
( trendelenburg )
- posisi tengkurep dapat dipakai untuk memungkinkan
drainase, mencegah aspirasi. Posisi direposisi secara
teratur untuk membantu sirkulasi & ekspansi paru
3. Atresia rekti dan anus

a. Kelainan bawaan pada saluran anorectal/ anus sampai


perineum
b. Suatu kelainan bawaan tidak adanya lubang anus
c.Suatu kelainan bawaan dimana anus terlihat cukup
normal tapi berakhir pada pounch buntu

Bersamaan dengan atresia ani dapat ditemukan kondisi :


a. Pada bayi perempuan terdapat fistula antara rectum dan
vagina
b. Pada bayi laki – laki terdapat fistula antara rectum,
vesica urinaria dan saluran kemih
Tampilan kelainan ini bervariasi

Anus imperforata ringan tampak sebagai lekukan


anal yang dalam, dan menujukan reaksi otot yang
kuat terhadap tusukan jarum, indikasikan
persyarafan ditempat tersebut. Pada anus
imperforata yang lebih berat tampak sebagai
perineum yang datar tanpa lekukan dan respon otot
yang buruk terhadap tusukan jarum, ini karena
persyarafan dan pembentukan otot yang terganggu.
Kadang disertai kelainan lain

Insidens
• Terdapat pada 1 dari 1500 sampai 5000 kelahiran
hidup
• 20 % - 75 % bayi dengan atresia ani juga menderita
anomali lain
• Terdapat sama banyak pada bayi laki – laki maupun
perempuan
Tanda dan gejala

a. Anus tidak terlihat , patensi rectum tidak ada


(melalui pem. colok dubur atau dengan
thermometer terasa ada tahanan/ tidak dapat masuk )
b. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran
c. Perineum menonjol tetapi tidak terlihat noda
mekonium. Hal ini terlihat saat bayi menangis
d. Distensi bertahap dan adanya tanda – tanda obstruksi
usus, ( bila tanpa fistula )
e. Muntah – muntah dengan abdomen yang kembung
f. Mekonium keluar melalui fistula atau keluar urin dengan
noda/ bercampur mekonium
Penatalaksanaan
a. Segera rujuk bayi ke rumah sakit yang
memadai
b. Bila terdapat distensi abdomen dan
muntah – muntah, pasang sonde lambung
dan lakukan pengisapan atau drainase.

Di RS akan segera dilakukan pembedahan


anoplasti, bila keadaan tidak
memungkinkan akan dilakukan colostomi,
anoplasti akan dilakukan kemudian bila
kodisi bayi baik
4. Hirschprung/ Megakolon

Kelainan kongenital berupa a ganglionosis yang


mengakibatkan obstruksi mekanik karena motilitas yang
tidak adekuat pada kolon.
Aganglionosis mulai dari spincter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi tetapi selalu
termasuk anus setidak – tidaknya bagian rectum.

• ¼ neonatus dengan obstruksi baru didiagnosis “ H “ pada


usia bayi dan balita
• Ratio laki – laki dan perempuan 4 : 1
• Insiden pada down sindrom lebih banyak dibanding tanpa
down sindrom
Penyebab :

• Kegagalan sel – sel ganglion yang terdapat


pada sub mukosa dan syaraf plexus
intermuskuler
• Kegagalan sel – sel neural crest embrional
yang beremigrasi ke dalam dinding usus
• Kegagalan plexus mesenterikus dan sub
mukosa untuk berkembang ke arah cranio
caudal di dalam dinding usus
Tanda dan Gejala Bervariasi tergantung :
a. umur saat gejala ditemukan
b. ada tidaknya komplikasi entero kolitis

Pada neonatal :

a. Tidak ada pengeluaran mekonium dalam 24 – 48 jam setelah


lahir
b. Muntah berupa cairan empedu ( berwarna hijau ) atau feses
dan distensi abdomen biasanya terjadi pada minggu I
kehidupan
c. Serangan diare dan konstipasi terjadi selang seling dengan
keadaan normal
d. Feses banyak dan sangat berbau, mengandung darah
( infeksi entero kolitis )
e. Dehidrasi
f. Renjatan, gejala e dan f bila berat dapat berakibat fatal
Pada masa bayi akhir / tipe kurang berat

a. Secara bertahap konstipasi meningkat


b. Feses yang keluar seperti peluru/ butiran – butiran kecil
atau pita
c. Distensi abdomen
d. Diare dan muntah beselang- seling
e. Masa fekal teraba pada abdomen kiri bawah
f. Colok dubur, rectum tidak melebar, tidak teraba feses
g. Feses banyak dan sangat berbau, bercampur darah (infeksi
entero kolitis )
h. Gagal tumbuh
Klasifikasi :
a. hirschprung segmen pendek
a ganglionik terbatas pada spincter ani internus
berbatasan langsung pada rectum

b. hirschprung segmen panjang


a ganglionik diseluruh kolon, sering disertai
aganglionik sepanjang ileum terminalis
Penatalaksanaan

a. Jelaskan kondisi bayi pada orang tua


b. Rujuk pasien sesegera mungkin ke RS yang memadai
c. Setelah pemeriksaan diagnosis, dan dinyatakan “ H “,
akan dilakukan tindakan pembuatan kolostomi dan akan
dilanjutkan dengan pembedahan definitif.
d. Jangan memberikan obat – obat laksantif
e. Bila ada konstipasi lakukan huknah dengan minyak
kelapa/ zaitun, tidak boleh huknah menggunakan air
Sel ganglion para simpatik dari
Fleksus aurbach dikolon tidak ada

Pengaturan perilstaltik dan


tonus spincter interna ab normal

Obstruksi usus fungsional Spincter interna


tdk dapat relaksasi

Bagian proksimal usus terjadi


Penebalan dan pelebaran

Terjadi penimbunan gas dan feses


5. Atresia bilier
Suatu kelainan kongenital tidak adanya atau obstruksi
saluran empedu ektra hepatik atau intra
hepatik
Penyebab :
Belum jelas diduga karena suatu proses inflamasi yang
destruktif, kongenital oleh perkembangan yang salah

Tanda dan gejala


a. Warna tinja pucat, distensi abdomen
b. Asites, hepatomegali
c. Ikterus dalam 2 minggu – 2 bulan
d. Lemah, pruritus
e. Anoreksia, lethargi
Obstruksi/ tidak adanya saluran
Empedu ekstra hepatic

Empedu tersumbat kembali ke hepar

Peradangan, udema, Mal absorbsi lemak


Degenerasi hepatik vitamin

Fibrosis Malnutrisi

Chirosis hipertensi portal Kekurangan vitamin


larut lemak

Gagal hepatik Gagal tumbuh


Penatalaksanaan
a. Lakukan rujukan ke rumah sakit
b. Berikan informasi tetang kondisi anak pada
keluarga
c. Pertahankan suhu lingkungan yang netral
d. Berikan nutrisi yang adekuat
e. Jaga kebersihan diri dan lingkungan bayi
f. Ukur lingkar abdomen, pantau distensi
abdomen
g. Monitor adanya tanda – tanda dehidrasi,
hitung dan catat intake dan out put
6. Omfaloke/ ekssomphalos

• Hernia visera abdomen ditempat tali pusat


berhubungan dengan abdomen
• Kantong hernia dapat berisi sebagian isi
lambung, kantong hernia dapat tebal atau tipis
• Masalah akan bertambah bila kantong
mengalami ruptur
• Jika hernia kecil ada kemungkinan dapat
dilakukan koreksi cacat tanpa pembedahan.
• Tali pusat mengalami rotasi dan usus secara
berangsur – angsur mengalami kompresi ke
dalam kavum abdomen
Penyebab :
Kegagalan diding abdomen untuk
berkembang selama masa embrio

Tanda dan gejala :

a. area umbilikus menonjol, kelihatan


lebih nyata/ bertambah besar saat
bayi menangis kuat
b. Benjolan terasa lunak
Penatalaksanaan

a. Plester penahan diletakan diatas umbilikus ,


posisi ini dipertahankan selama 1minggu
b. Cegah bayi agar tidak menangis berlebihan
c. Upayakan feses lunak
d. Bila kantong tipis cegah agar tidak ruptur
e. Berikan nutrisi yang adekuat
f. Monitor penambahan ukuran benjolan
g. Monitor adanya tanda – tanda mal rotasi usus
( distensi abdomen, muntah, bayi rewel)

h. Tidak boleh melakukan Massage/ pengurutan


atau meletakan kompres pada daerah hernia

i. Jelaskan kondisi bayi pada keluarga.


Informasikan kemungkinan tidakan operasi

j. Bila terdapat tanda –tanda mal rotasi usus/


bejolan membesar secara progresif lakukan
tindakan rujukan ke RS yang memadai
Hernia diafragmatika
Gangguan pembentukan diafragma

Diafragma dibentuk dari


• Membran pleura peritonii
• Septum trasversum
• Pertumbuhan otot – otot dinding dada (dari tepi )

• Kegagalan pembentukan
sebagian diafragma ada lubang hernia
Gangguan fusi ketiga unsur

• Gangguan pembentukan otot-otot → diafragma


tipis
Gambaran klinik
Bergantung pada derajat herniasi dari
organ abdomen
ke dalam thorak, pergeseran paru dan,
obstruksi usus
• Sesak nafas terutama tidur datar
• Dada menonjol tetapi gerakan nafas tidak
nyata
• Pulsasi apek jantung bergeser
• Bila anak didudukan dan diberi oksigen
sianosis berkurang
• Terdengar bising usus di daerah dada
Pemeriksaan Penunjang

Foto thorak terlihat bayangan usus di

derah dada

Tindakan

• Tidurkan anak dalam posisi Fowler


• Pasang pipa naso gastrik, lakukan aspirasi
secara teratur tiap jam
• Lakukan upaya rujukan ke RS yang
memadai, untuk tindakan pembedahan
• Beri tahu orang tua tentang kondisi anak
8. Meningokel
Penonjolan dari pembungkus medula spinalis
melalui Spina bifida dan terlihat sebagai benjolan
Pembengkakan ditutup oleh kulit yang tipis

Gambaran klinis
 Nampak benjolan pada daerah

Vertebra,benjolan dapat tertutup oleh kulit


biasa atau selaput yang tipis
 Bila kantong robek dapat memicu terjadinya

infeksi yang dapat berakibat buruk


Tindakan :
 Daerah benjolan ditutup dengan kasa steril yang
tidak melekat ( telfa ) yang telah dibasahi
dengan Na Cl 0,9 % segera setelah lahir
 Tidurkan dengan dengan posisi tengkurep, kepala
miring ke satu sisi
 Lindungi/ cegah tekanan pada daerah benjolan

 Selama perjalanan ke RS kasa penutup harus selalu


dalam keadaan lembab/ selalu dibasahi Na CL 0,9
%
9. Encefalokel
Penonjolan meningen yang mengandung jaringan
otak melalui celah pada tulang tengkorak atau
cervical

Penyebab
Neural tube tidak menutup pada ujung kranial
terbanyak di daerah occipital, kadang –kadang
menon jol dalam rongga hidung atau orbita
Gejala klinik
Bergantung pada besar dan lokalisasi enephalocel

 Pada rongga hidung seperti polip atau


rhinorrhoe cairan cerebrospinalis
 Orbita tampak exopthalmus
 occipital , tampak tonjolan
 gangguan neurologi dipengaruhi oleh besar dan
bagian jaringan syaraf yang terkena
 diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan hasil foto
Rontgen dan CT scan
Penatalaksanaan

 Letakan pada posisi yang berlawanan dengan benjolan


 Tutup benjolan dengan kasa steril yang tidak melekat /
telfa yang telah basahi dengan Larutan Na CL 0,9 %
 Lakukan Upaya rujukan ke RS yang memadai
 Beritahu orang tua tentang kondisi anak
10. Hidrocephalus

Kelebihan cairan cerebrospinal pada ruang


ventrikel dan sub arakhnoid

Penyebab :

Obstrusi cairan Css, Gangguan absorbsi Css,


produksi CSS yang berlebihan
Manifestasi klinis

a. Ukuran lingkar kepala lebih dari normal/ peningkatan


ukuran lingkar kepala
b. Sutura dan fontanel melebar, ubun –ubun tegang dan
menonjol
c. Dahi menonjol/ kemungkinan ada perdarahan intra
ventrikel akibat trauma lahir
d. Terdapat tanda matahari terbenam/ sun set
phenomena/ mata turun kebawah
e. Bila ada kelumpuhan nervus kranialis, dapat
ditemukan strabismus
f. Muntah, lethargi
g. Irritabilitas, kejang
h. Dilatasi vena kulit kepala
i. Tanda – tanda peningkatan TIK
- Perubahan kesadaran dan respons
- Muntah terutama bila ada perubahan posisi
- Tangisan melengking
j. Tanda Macewen”s/ suara retak pada perkusi tengkorak
k. Bayi menangis bila digendong. Diam bila ditidurkan
Penatalaksanaan :
 Beri tahu kondisi bayi pada keluarga
 Diskusikan kemungkinan tidakan yang dapat dilakukan
 Upayakan/ anjurkan rujukan ke RS yang memadai
 Pantau dan cegah terjadinya peningkatan TIK
 Atur posisi nyaman, kepala lebih tinggi 30 derajat
 Turunkan stimulus lingkungan
 Berikan minum yang adekuat
 Cegah terjadinya infeksi, perhatikan kebersihan diri dan
lingkungan
Sindrom distres pernafasan

- istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan


pada neonatus
- Kondisi penurunann pertukaran gas pulmoner yang
menghasilkan retensi karbon dioksida

Penyebab :
a. Imaturitas paru/ hyalin membran disease/
HMD
b. Aspirasi mekonium
Tanda/ gejala :

a. nilai apgar < 7/ lahir dengan asphiksia


b. takipnea, pernafasan > 60 X/ menit
c. pernafasan cuping hidung
d. Sesak nafas
e. sianosis/ pucat
f. retraksi otot- otot bantu pernafasan ( inter costal, suprasternal,
substernal )
g. hipotermi
h. hipoaktif, flaksid
i. tedapat banyak mukus putih, berbusa pada saluran pernafasan
j. ikterus
Penatalaksanaan
a. bila terjadi di RS segera laporkan pada dokter
b. Lakukan upaya resusitasi
c. Upayakan suhu lingkungan netral
d. Pertahankan suhu aksila 36.5 C
e. atur posisi kepala agak hiperektensi
f. lakukan drainase postural & pengisapan lendir
g. berikan oksigen therapi
h. monitor dan catat intake output
i. beritahukan kondisi klien pada keluarga
j. Lakukan upaya rujukan secepatnya
Tetanus neonatorum
Penyakit tetanus yang diderita neonatus

Penyebab

• Clostridium tetani, kuman bersifat an aerob


menghasilkan tetano spasmin yaitu toksin yang
menyerang susunan syaraf pusat.
• Spora tetanus tahan dalam air mendidih selama 4
menit tetapi mati bila dipanaskan selama 20 menit
pada suhu 121 C
Masa inkubasi

• Umumnya 3 – 14 hari, tetapi bisa


berkurang bisa lebih
• Gejala klinis umumnya timbul pada hari ke
3 sampai ke 10
Tanda/ gejala

a. Bayi rewel
b. Bayi tiba–tiba tidak mau menetek/ trismus
(kesukaran membuka mulut karena spasme
otot maseter) mulut mencucu ( capermood )
c. Kejang – kejang terutama bila ada rangsang
( suara, sinar, sentuhan )
d. Kaku kuduk sampai opistotonus
e. kesukaran menelan akibat spasme otot laring
f. sianosis akibat spasme otot pernafasan
g. bayi sadar dan gelisah
Pencegahan
a. Lakukan pertolongan persalinan secara steril
terutama saat pemotongan tali pusat ( 3
bersih ,alat, tangan, alas )
b. Perawatan tali pusat secara bersih sampai tali
pusat puput dan kering
c. Berikan immunisasi TT pada calon pengantin dan
ibu hamil.
d. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan /cuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Penatalaksanaan
a. bila terjadi di klinik segera lakukan upaya rujukan
b. beri tahu keluarga tentang kondisi bayi
c. bila di RS. laporkan segera pada dokter
d. pemberian anti tetanus serum ( ATS ) 10.000 unit.
e. pemberian anti konvulsan diazepam, phenobarbital
f. pemberian antibiotika sampai 3 hari bebas panas
g. bila ada sianosis diberikan terapi oksigen
Prognosis
a. masa inkubasi
Makin pendek masa inkubasi, semakin buruk prognosenya
pada umumnya masa inkubasi < dari 7 hari
prognosisnya buruk
b. Usia
Semakin muda usia semakin buruk prognosisnya
c. periode awitan
semakin pendek waktu terjadinya trismus dengan kejang
prognose makin buruk.
d. kenaikan suhu tubuh/ panas
bila timbul demam akan memperburuk prognose
e. pengobatan
pengobatan yang terlambat memperburuk prognosis
f. perawatan penunjang
mutu perawatan berpengaruh terhadap prognosis penyakit
Ikterus dan hyperbilirubinemia

Pengertian :
a. Ikterus :
Warna kuning yang terlihat pada sklera mata, mukosa dan kulit,
ini menunjukan adanya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

fisiologis
Ikterus merupakan Gejala
Patologis kern ikterus

gejala sisa kematian


b. Hyperbillirubinemia
adalah suatu keadaan dimana kadar billirubin dlm
darah jumlahnya berlebihan
Bill direk :
> dari 10 mg% prematur
> dari 12,5 mg% aterm

c. Kern ikterus
kerusakan otak karena perlengketan billirubin direk
pada otak ( > 20 mg% )
Pengeluaran billirubin
Sel darah merah

Haemoglobin

Heme globin

Besi billirubin indirek /un conjunggated

Asam glucorinic
Conjunggated billirubin
glukoronil

Dikeluarkan melalui faeces


atau urine
Ikterus fisiologi

– billirubin indirek - aterm 02 – 1,0 mg%


- prematur < 2 mg%

– ikterus terlihat pada hari hari ke 2 – 3, bayi


terlihat sangat kuning pada hari ke : 5 - 7 ,
ikterus menghilang pada hari ke : 10 – 14.

- Kadar billirubin direk biasanya < 10 mg%


secara klinis : - tampak sehat
- kramer I – II

Anda mungkin juga menyukai