kumuh dan pedagang kaki lima di jalanan? Apa yang terpikir tentang kekerasan
lingkungan serta kehidupan sosial bangsa di mata dunia. Adakah yang merasa
hatinya tersentuh? Apa ada yang peduli? Banyak yang hatinya tersentuh, tapi
terlanjur lumpuh untuk tergerak. Hidup masa kini adalah hidup para penganut
hukum rimba. Hukum rimba zaman singa jadi raja, siapa kuat ialah pemenang.
diri. Taktik lama, menemukan posisi aman pribadi. Lalu apa tidak ada yang punya
Sejak kita duduk di bangku taman kanak-kanak, orang tua dan guru kita pasti
sering bertanya mengenai cita-cita kita. Dokter, polisi bahkan presiden, tergantung
bagaimana pikiran anak kecil kita bekerja. Siapa pun, apa pun, baik sadar atau pun
tak sadar, pasti punya cita-cita. Tumbuhan?Binatang? Tak terkecuali, hanya saja
Negara? Pasti dan wajib. Negara tanpa cita-cita adalah sekumpulan tanah tanpa
tujuan. Bangsa tanpa tujuan adalah segerombolan orang tanpa pedoman. Apa pun
tanpa pedoman adalah kehancuran. Bangsa kita Indonesia pun memegang prinsip
tersebut, atas dasar itulah kita kini mengenal apa yang di sebut Millenium
terselesaikan, tentu saja tidak sesederhana itu. Justru dengan menempatkan MDGs
1
Awal tahun 2008, bergaung dimana-mana mengenai target pencapaian MDGs
2010 diikuti usaha-usaha pencapaian yang (terlihat) sangat gencar. Tahun 2008
belum berlalu, tapi yang terdengar kini adalah kerasnya suara mendengungkan
Indonesia pasti berhasil mewujudkan MDGs 2015. Apa beberapa bulan yang lalu
pendengaran kita salah?Atau apakah memang batas pencapaian cita-cita bisa kita
Kita semua patut bingung, mungkin memang kita (seharusnya) memiliki target
(atau belum) mengatur hal-hal semacam itu dalam rencana MDGs 2010. Dan
tentu saja akan memunculkan pertanyaan baru mengenai kapan MDGs akan
Sekarang kita melihat eksposisi MDGs sebagai abstraksi cita-cita bangsa secara
utuh. Kita semua tahu ada delapan poin MDGs, yaitu : pengentasan kemiskinan,
tema utama yaitu human development, human security dan human right1. Untuk
cita-cita yang baru, MDGs 2015, telah diatur mengenai target pencapaian MDGs
untuk setiap poinnya secara semi kuantitatif. Target tersebut disusun sebagai
berikut :
2
1. Penghapusan kemiskinan
1990-2015
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang
3
• Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya
akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta
diatur kemudian. Suatu kemajuan, namun masalah masih belum selesai. Pada
Bicara pengaturan apalagi menyangkut keseluruhan negara adalah hal yang bisa
Kita bicara tentang teori. Perlu bukti? Sudah terbentang di depan mata kita, ini
dimana bayangan kita akan terlihat pada cermin-cermin berikutnya, hal itu yang
bisa kita sebut fraktal, mikrounit dalam sub unit, dalam unit, dalam super unit,
4
moneter, di dalamnya ada lagi inflasi-deflasi. Sekadar contoh saja, sebelum kita
melihat fakta. Duta Besar Khusus PBB untuk Tujuan Pembangunan Milenium
Kutipan itu dimuat dalam salah satu harian ibu kota. Masalah spesifik tapi kita
Kemudian issu pendidikan yang menekan negara kita, kurang apa lagi, mulai dari
subjek, hingga sarana prasarana. Angka putus sekolah yang tinggi, ada daerah
yang tidak tersentuh pendidikan, gedung sekolah yang bobrok, pengadaan buku
penunjang yang sangat minim, kurikulum negara yang labil, apa ada yang absen
hari ini? Semua masalah hadir. Tentu saja keinginan kita tidak muluk, hanya
mencapai target minimal adalah prestasi besar untuk negara yang sedang
untuk dibahas. Saatnya perempuan menjadi lebih berdaya, maju kaum perempuan,
stop kekerasan dalam rumah tangga, perempuan pasti bisa, dan bla bla bla.
kemajuan perempuan bangsa. Perempuan patut bangga (atau harus malu?), justru
berjalan tanpa perempuan. Tidak, negara terlalu luas, bayangkan saja kehidupan
keluarga tanpa seorang ibu, kehidupan yang timpang adalah dampak mutlak dari
5
bergerak untuk mendapatkan perhatian, ingin atau pun tak ingin, kaum hawa
selalu muncul dan menjadi perhatian dalam konteks positif maupun negatif. Kita
dari laki-laki, karena itu poin MDGs yang ada adalah kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan. Terdapat dua inti yang tidak terpisahkan dalam poin
tersebut. Lalu apakah perempuan kini telah mulai berdaya? Teruslah bertanya.
Punya ibu? Tentu. Punya anak? Mungkin belum. Ibu dan anak bukan suatu hal
yang terpisah, namun dalam MDGs keduanya menjadi dua poin yang berbeda.
Tentu bukan tanpa tujuan, secara sederhana, permasalahan yang besar, kesehatan
ibu dan anak termasuk salah satu masalah besar, bila diuraikan menjadi lebih
spesifik akan lebih mudah mencari pemecahan yang spesifik pula. Penurunan
angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu, itulah bagian IV dan V
dalam MDGs. Terlalu kompleks memang, pemecahan yang tepat bukan hanya
ibu-ibu yang rata-rata melongo, memikirkan makan malam apa yang akan
dimasak untuk suami di rumah saat duduk mendengarkan penyuluhan. Akan lebih
kompleks lagi bila kita telaah lebih dalam, cara terbaik yang mungkin dilakukan
adalah perombakan kesehatan nasional secara besar-besaran. Apalagi hal ini akan
6
bencana tidak selalu merupakan kebetulan terjadi atau pun hukuman dari Tuhan,
kita tak pernah menilik bagaimana human error sering ambil andil dalam hal-hal
semacam itu. Yang marak, pemanasan global yang terjadi bukan hanya di
hanya tentang alam, namun juga tentang lingkungan kehidupan masyarakat. Satu
masalah, bagaimana lingkungan hidup akan baik bila tempat hidup masyarakat
masih jadi permasalahan. Ini kalimat panjang untuk kasus penggusuran. Padahal
telah ada pengeluaran Perpres No 36 tahun 2005 yang mengatur tata kota terutama
insting bertahan hidup, ada baiknya kita lebih berusaha agar bumi kita dapat kita
tinggali lebih lama lagi, bukannya bertindak egoistis, dengan pikiran bila bumi
individu lain, kemudian satu keluarga berteman dengan keluarga lain, begitu
seterusnya hingga satu negara pun berteman dan menjalin kemitraan dengan
negara lain. Menjalin kemitraan global untuk kepentingan pembangunan, itu dia
yang terakhir. Penting? Kalau boleh kita katakan bisa jadi poin ini paling penting.
Mungkin dari bahasanya terdengar agak pamrih, kita menjalin persahabatan dan
kerja sama karena memiliki kepentingan pembangunan, bila tidak, mungkin ini
7
Teori ketidakteraturan adalah teori abadi yang mendasari segala hal di bumi
dan daerah terbelakang yang bahkan nyaris tak tersentuh sama sekali. Kita tidak
bisa menyalahkan satu pihak saja secara utuh, pemerintah terfokus pada pencarian
solusi, tapi tetap ada pihak menghambat kinerja pemerintah. Hal ini melahirkan
semacam bifurkasi, bukan hal yang terlalu negatif memang, bahkan justru
mungkin dapat dijadikan cermin refleksi untuk hasil yang lebih maksimal. Tentu
memang masih terlalu luas. Kita mulai dari hal yang paling tampak, kesalahan.
Poin dari kesalahan hingga target MDGs di undur lima tahun ke depan ada pada
sistem. Bagaimana sistem kita berjalan adalah rangkaian lingkaran yang saling
bentuk datar. Seperti obat nyamuk bakar, ya perumpamaan yang lebih mendekati.
Sistem obat nyamuk, hanya sebuah istilah saja. Kesalahan sistem ini ada pada hal
yang sering kita elu-elukan yaitu kesetaraan. Terdengar sangat ideal memang,
poin memiliki derajat kepentingan yang sama. Apa yang terjadi? Usaha
berjalan beriringan, namun lihatlah dari segi hasil. Tanyakan apakah semua
8
program yang dilaksanakan berhasil maksimal dan sesuai harapan.
Terjawab,bukan oleh teori tapi oleh bukti, bila hasil maksimal Indonesia tidak
Semakin panjang waktu semakin baik hasil bukan lagi prinsip yang patut dianut.
Contoh yang baik patut ditiru, itu prinsip. Coba lihat negara adikuasa seperti
Amerika, keberhasilan suatu hal juga ditentukan oleh waktu pencapaian, semakin
cepat, semakin baik. Tepat waktu bukanlah terburu-buru, tapi wujud menepati
MDGs merupakan satu kesatuan utuh dalam teori, seharusnya pelaksanaan pun
menyelaraskan keutuhan tersebut. MDGs bukan masalah sub unit atau poin-
poinnya, tak ada yang lebih penting di atas yang lain. Wajar saja bila kita berteori,
apalagi MDGs adalah salah satu topik menarik yang mengandung banyak
kontroversi. Tapi di balik itu semua, kesalahan terbesar kita, ini bukan masalah
teori.
9
DAFTAR PUSTAKA
2008.
http://www.haqiqie.wordpress.com/read/suluhnumpang/2008/09/26.htm
http://www.urbanpoor.or.id/id/press-release/koalisi-rakyat-tolak-perpres-
15, 2008
2008
10