FISIP-HI Unas
083112350750031
Periodesasi Diplomasi
erat kaitannya dengan aktivitas perluasan kekuasaan, yang oleh karena itu tidak dapat
dipungkiri bila terdapat anggapan bahwa dimana ada ‘kekuasaan’ disitu pasti ada
kecenderungan aktivitas diplomasi. Jadi, bila merunut dari sejarah diplomasi, aktivitas
perwalian atau negosiasi yang dilakukan oleh wakil-wakil dari pihak yang berkuasa telah
Periodesasi diplomasi dibagi menjadi diplomasi klasik atau tradisional dan diplomasi
modern. Secara karakteristik terdapat perbedaan antara kedua istilah tersebut. Pertama,
berkenaan dengan masalah struktur, diplomasi tradisional cenderung lebih bersifat pada suatu
bentuk proses komunikasi antara negara satu dengan negara lain secara official daripada
bentuk organisasi politik lainnya, karena itulah diplomasi jenis ini juga sering disebut dengan
first-track diplomacy. Dalam kata lain, diplomasi tradisional lebih cenderung kepada state-
based activity. Kedua, secara tradisional, diplomasi ini diatur pada suatu dasar hubungan
bilateral yang besar dan biasanya dilakukan secara rahasia serta dikarakteristikkan oleh
peraturan dan prosedur yang khusus. Dengan memberikan batasan pada dua golongan, tentu
saja membuat diplomasi tradisional menjadi lebih mudah untuk menjaga segala negosiasi
diantara mereka secara rahasia. Dalam diplomasi tradisional juga dikenal sejumlah hak,
keistimewaan dan kekebalan yang diberikan pada diplomat serta semua aktivitas diplomatik.
berorientasikan high politics, seperti isu perang, perjanjian perdamaian, serta batas-batas
negara.
bahwa diplomasi tradisional yang bersifat rahasia harus dirubah dan diganti dengan diplomasi
modern. Sehingga ada beberapa karakteristik yang berbeda pada diplomasi modern daripada
diplomasi tradisional. Pertama, diplomasi ini lebih bersifat terbuka pada publik sehingga
diplomasi modern atau dikenal sebagai second-track diplomacy, secara otomatis membuat
proses diplomasi menjadi aktivitas yang lebih rumit karena tidak hanya melibatkan peran
pemerintah dalam menjalankan misi diplomasi, namun juga melibatkan lebih dari satu aktor,
bahkan individu. Ketiga, diplomasi modern ini tidak hanya memiliki agenda yang berkenaan
dengan high politics, namun juga memiliki agenda yang bersifat low politics, seperti masalah
ekonomi, sosial dan isu kesejahteraan karena pada diplomasi jenis ini, penghindaran
terjadinya perang menjadi prioritas utama. Dalam diplomasi modern ini, negara masih
melanjutkan diplomasi bilateral dengan negara lain, namun di samping itu, ada pula
diplomasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok negara secara multilateral, salah satunya
melalui PBB. Sebagai contoh adalah E-Diplomacy yang dilakukan oleh Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat. E-Diplomacy ini merupakan untuk sarana khusus dalam
berdiplomasi yang menitikberatkan pada usaha memperoleh dan mengelola informasi yang
berkaitan dengan diplomasi Amerika Serikat melalui internet. (Effendi. 2008). E-Diplomacy
ini juga dibangun untuk merespons informasi dari luar negeri yang berkaitan dengan
kepentingan Amerika Serikat dan dilakukan di dunia maya. Pihak Departemen Luar Negeri
Amerika Serikat sendiri membentuk badan khusus yang menangani masalah E-Diplomacy
dengan tujuan membawa diplomat Amerika Serikat dalam proses pengambilan keputusan
melalui teknologi informasi, meningkatkan hubungan dan peran serta Amerika Serikat
Secara umum, perbedaan antara diplomasi tradisional atau klasik dengan diplomasi
modern adalah pada tingkat keterbukaan kegiatan diplomasi serta pada tingkat
pengaplikasiannya. Periodesasi ini dibuat berdasarkan runutan sejarah, oleh karena itu dalam