Anda di halaman 1dari 9

 Area Mc.Burney : area untuk menentukan apendic.

1/3 lateral dr grs yg ditarik dari


umbilicus ke SIAS kanan. 5. Sifat nyeri?

 Leukositosis :Peningkatan jumlah leukosit (>11.000 mmk).  Berdasarkan letak & penyebaran

Akan terjadi leukositosis ringan (10.000-20.000/ml) dengan peningkatan jumlah netrofil. Nyeri alih : 1 segmen persarafan mensarafi lbih dari 1 daerah
Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan unuk membedakannya dengan kelainan pada Nyeri radiasi : nyeri yg menyebar pd organ” yg jalur anatominya sama
ginjal dan saluran kemih. Nyeri kontinue : nyeri yg terus-menerus
Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium enema, sedangkan pada Nyeri pindah : nyeri yg berubah t4 sesuai patologisnya
apendisitis kronis, tindakan ini dibenarkan. Pemeriksaan USG dilakukan bila telah terjaid
infiltrat apendikularis. 6. Lokasi nyeri pd arah jam 10-11?
Kapita Selekta Kedokteran FKUI edisi 3 jilid 2, Arief Mansjoer dkk Hal.308
1. Kenapa nyeri di perut kanan bawah?
Letak apendiks di area jam 10-11,diproyejsikan dari pemeriksaan rectal toucher
7. Kenapa dokter langsung menyarankan untuk dioperasi?
Karena apendiks terletakdi kanan bawah
Peradangan di apendiksmeluas sampai ke peritoniumnyeri perut kanan
Karena kl diberikan terapi obat tidak bisa sembuh total
bawahapendisitis supuratif akut
Karena merupakan salah satu kasus emergency bedah karena apendiksnya dapat mjd
2. Kenapa nyeri berpindah dari daerah umbilikal mjd daerah kanan bawah?
gangren dan menyebabkan toksik,dan kl pecah dpt bermetastasis
 Kenapa :
Nyeri diumbilikus krn apendiks rusaknyeri diperitonium krn penyakit sudah menyebar
- Nyeri dari epigastrium dan umbilical berpindah ke perut kanan bawah ?
3. Kenapa terjadi demam?
Karena letak persarafan, saraf simpatis berada di N.Thorakalis X yang nyerinya
diproyeksikan ke umbilicus.
Karena proses peradangan
- Mual, muntah dan tidak nafsu makan ?
4. Jenis nyeri perut?
Berhubungan dengan adanya iritasi / peradangan.
 Nyeri visceral :tidak dipengaruhi gerakan,sulit ditentukan,dari embriologinya - Pf : Demam tinggi : 39,5 derajat Celcius ?
Karena adanya inflamasi  sepsis dan pada pemeriksaan Lab didapatkan
 Nyeri somatik :nyeri pd daerah itu sendiri,dipengaruhi gerakan leukositosis.
Nyeri tekan dan nyeri lepas di area Mc.Burney & RT nyeri arah jam 9-10?
a. nyeri visceral Karena letak dari appendic vermivormis.
- terjadi bila ada rangsangan pada organ/struktur dalam rongga perut (ex : cedera, - Lab : leukositosis
radang) Karena sudah terjadi perforasi  mekanisme fisiologi perlindungan tubuh terhadap
- pasien tidak dapat menggambarkan secara tepat letak nyerinya mikroorganisme pathogen.
- tidak dipengaruhi pergerakan
- pola nyeri sesuai persarafan embrional organ yang terlihat
 saluran cerna dari usus depan (foregut)  lambung, duodenum, system hepatobiler,  mengapa nyeri di umbilicus dan berpindah ke perut kuadran kanan bawah
pancreas ; nyeri yang dirasakan di epigastrium
apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel
 dari usus tengah (midgut)  usus halus, usus besar sampai pertengahan kolon
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
transversum ; nyeri disekitar umbilicus
neoplasma.
 dari usus belakang (hindgut)  dari kolon transversum pertengahan sampai bagian
obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan,
bawah kolon sigmoid ; nyeri di perut bagian bawah
makin lama mukus tersebut makin banyak namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
b. nyeri somatic
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. tekanan yang
- nyeri terjadi karena rangsangan pada bagian yang disarafi oleh saraf tepi (regangan
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatka edema, dan ulserasi
pada peritoneum parietal, luka pada dinding perut)
mukosa, pada saat ini terjadi apendisitis nakut fokal yang ditandai nyeri di epigastrium.
- nyeri ini dirasakan seperti tusukan/sayatan
- pasien dapat menunjukkan dimana letak nyerinya bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. hal tersebut akan
- gesekan peritoneum dapat menambah nyeri  batuk, bernafas menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
(Buku Ajar Ilmu Bedah editor R Sjamsuhidijat Wim de jong) paradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri di kuadran kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Kapita Selekta Kedokteran FK UI ed III jilid II hal 307

1
 pada tahap awal apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri Organ atau Struktur Saraf Tingkat
visceral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena appendix termasuk usus tengah. Persarafan
Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat Bagian tengah diafragma n.freniku C3-5
rangsangan peritoneum yg merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada s
letak peritoneum yg meradang, yaitu di perut kuadran kanan bawah. Tepi diafragma, lambung, Pleksus Th.6-9
pankreas, kandung empedu, seliakus
 mengapa pada nyeri abdomen disertai dengan keluhan panas usus halus
karena adanya invasi kuman yang akan mengakibatkan peritonitis local. Apendiks, kolon proksimal Pleksus Th.10-11
karena adanya perforasi yang di sebabkan ganggren dinding appendix dan di dukung oleh dan organ panggul mesenter
tekanan intra lumen yang meningkat. ikus
Reksoprojo S, Pusponegoro A.D, Kartono D, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FK UI : 1995 Kolon distal, rektum, ginjal, n.splank Th.11 –
ureter dan testis nikus L1
 mengapa penderita tidak mengeluh gangguan kencing maupun berak kaudal
karena pada kasus ini penderita terdiagnosis appendicitis, sedangkan appendix Buli-buli, rektosigmoid Pleksus S2 – S4
manusia tidak mempunyai fungsi faal pencernaan maupun penyerapan makanan, appendix hipogastr
merupakan sistem kekebalan smanusia. ikus
o Kahle Werner dkk. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia. Ed;6.
jilid;2.Jakarta:Hipokrates 1997
Sifat nyeri :
1. Jenis2 & sifat nyeri abdomen!  Nyeri alih
a. Nyeri viseral Nyeri terjadi jika suatu segmen persarafan mensarafi lebih dari satu daerah.
Nyeri ini terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga Misalnya, diafragma yang berasal dari regio leher C 3-5 pindah pada masa
perut. Peritoneum viseral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem embrional, sehingga rangsangan pada diafragma akan dirasakan dibahu.
saraf autonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Dengan demikian  Nyeri radiasi
sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien. Nyeri ini menyebar didalam sistem atau jalur anatomi yang sama. Misalnya, kolik
Akan tetapi bila dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang ureteer atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar
berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia misalnya kolik atau radang, akan seperti labium mayor pada wanita atau testis pada pria. Kadang nyeri ini sukar
timbul nyeri. Nyeri ini tidak dapat ditunjukkan secara tepat letak nyerinya. Nyeri dibedakan dari nyeri alih.
viseral kadang disebut nyeri sentral.  Nyeri proyeksi
b. Nyeri somatik Nyeri ini disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik. Contoh yang sering yaitu
Nyeri terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, nyeri fantom setelah amputasi, atau nyeri setempat pada herpes zoster.
misalnya regangan pada peritoneum parietal dan luka pada dinding perut. Nyeri  Nyeri continue
dirasakan seperti ditusuk atau disayat dan nyeri dapat ditunjukkan secara tepat Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal yang terus-menerus.
letaknya dengan jari, biasanya dekat dengan organ sumber nyeri. Rangsang yang  Nyeri kolik
menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos berongga dan biasanya
radang. Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut. Nyeri ini timbul karena
peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Nyeri hilang timbul karena
kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah kontraksi yang brerjeda. Serangan kolik disertai dengan mual sampai muntah dan
yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendicitis akut. Setiap gerakan geraka paksa.
penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang dalam atau batuk,  Nyeri iskemik
juga akan menambah rasa nyeri. Nyeri perut ini berupa nyeri yang hebat, menetap dan tidak menyurut. Nyeri ini
merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan peritoneum dan  Nyeri pindah
menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat Nyeri kadang-kadang berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya
menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada permulaan appendicitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum,
pada appendicitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas nyeri visceral dirasakan disekitar pusat. Setelah radang terjadi di seluruh dinding
yang dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri sehingga penderita gawat perut yang termasuk peritoneum visceral, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang
disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidaj bergerak, bernapas dangkal , dan menahan merupakan nyeri somatik. Pada saat ini nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum
batuk. yang meradang yaitu diperut kanan bawah. Jika appendix mengalami nekrosis dan
Persarafan sensorik organ perut : gangren (appendicitis gangrenosa), nyeri menjadi tipe iskemik.

2
(Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed-Revisi, R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong) tidur atau di jalan yang khas ialah trias(gabungan tiga) kolik yang terdiri atas
1. Sifat nyeri perut serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa.
Perdarahan di rongga perut biasanya menyebabkan nyeri karena rangsang
i. nyeri alih peritoneum
nyeri alih terjadi jika segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya, difragma yang berasal dari regio leher pindah ke bawah pada masa vi. nyeri iskemik
embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau Nyeri perut dapat juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolesistitis akut, nyeri tidak menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang teracam
dirasakan di daerah ujung belikat. Abses di bawah diafragma atau rangsangan nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia,
karena radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat merosotnya keadaan umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan
mengakibatkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya nekrosis.
dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labium mayor pada wanita atau
testis pada pria. Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari nyeri alih. vii. nyeri pindah
Kadang nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada
ii. nyeri proyeksi tahap awal apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal ialah nyeri usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum
fantom(fantom=hantu) setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri
zoster. Radang saraf ini pada herpes zoster dapat menyebabkan nyeri hebat di somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang
dinding perut sebelum gejala atau tanda herpes zoster menjadi jelas. meradang, yaitu di perut kanan bawah. Jika apendiks kemudian mengalami
nekrosis dan gangren (apendisitis gangrenosa), nyeri berubah lagi menjadi nyeri
iii. Hiperestesia iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat
Hiperestesi atau hiperalgesi sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada jatuh dalam keadaan toksis.
rongga di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan
peritonitis setempat maupun peritonitis umum. asam garam dan empedu masuk di rongga abdomen yang sangat merangsang
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum setempat. Si sakit merasa sangat nyeri di tempat rangsangan itu,
peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat yaitu di perut bagian atas. Setelah beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir
itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda ke kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke
rangsang peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hiperestesi tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri itu kurang
kulit setempat. tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena terjadi pengenceran.
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke kanan
nyeri terus-menerus (kontinu) atau nyeri yang bersifat kolik. bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada apendisitis akut.
Akan
iv. nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus- (sumber : Ilmu bedah 184-186
menerus karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding
perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian
yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. Nyeri pada abdomen terbagi menjadi :
Perdarahan di saluran cerna tidak menimbulkan nyeri. 1. Visceral pain
2. Parietal pain
v. nyeri kolik 3. Referred pain
kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan 4. Shifting pain
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus,
batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul Visceral Pain
karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini  Mulainya perlahan-lahan lalu agak tumpul (dullness).
berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan dinding  Lokalisasinya tidak jelas.
usus juga berupa nyeri kolik.  Biasanya berada di garis tengah (midline). Oleh karena sifat-sifat sensoris itu akan secara
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah. Dalam simetris meneruskan rasa nyeri tadi ke sumsum tulang belakang.
serangan, penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling di tempat

3
Parietal Pain Pancreas
 Sifatnya lebih akut, lebih tajam
 Biasanya tidak di Midline tapi mendekati organ yang terkena Duodenum

Referred Pain Paru


 Rasa nyeri yang timbul jauh dari organ penyebabnya
 Contohnya: rasa nyeri karena radang kandung empedu atau oleh rangsang diaphragma kanan, Kolon
rasa nyeri dirasakan di daerah bahu kanan
Abdomen kiri atas Limpa*
Shifting Pain
 Contoh 1 : radang dari appendicitis
Kolon
Permulaan appendicitis, rasa nyeri berada di para umbilical (sekitar daerah pusat). Setelah
proses lebih lanjut, nyeri berpindah ke arah kuadran kanan bawah oleh karena lebih banyak
peritoneum yang terkena iritasi Ginjal

Pancreas

Paru

Abdomen kanan bawah Apendiks*

Adneksa*
 Contoh 2 : Ulcus pepticum
Mulai di dekat pusat, lalu ulcus pecah, sekretnya jatuh ke bawah di daerah para colica kanan Sekum

 Biasanya rasa nyeri yang dirasakan bersifat combined. Akan tetapi yang paling sering adalah Ileum
pada radang subdiaphragmatica nyeri dirasakan di bahu kanan
Ureter
Nyeri abdomen biasanya timbulnya spontan, non traumatis. Oleh karena itu pemeriksaan dari
abdomen harus sangat teliti Abdomen kiri bawah Kolon*
letak Organ
Adneksa*
Abdomen kanan atas Kandung empedu*
Ureter
Hati*
Suprapubik Buli2*
Duodenum
Uterus
Pancreas
Usus halus
Kolon
Periumbilikal Usushalus
Paru
Pinggang/punggung Pankreas*
Miokard
Aorta
Epigastrium Lambung*
Ginjal

4
bahu Diafragma* (Sumber : Atlas Histologi di Fiore)

APENDISITIS
APENDICITIS
1. Anatomi Appendix vermiformes! PENGERTIAN
Anatomi Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
Bagian intestinum crassunm ini, pada manusia berkembang untuk mencerna merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1. Apendiks disebut juga umbai cacing.
sellulose. Apendix secara klinis sangatlah penting, sebab sering terjadi Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena
peradangan/infeksi. Morfologi appendix merupakan diverticulum yang muncul dari yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara
Aspectos Posteromedial caecum di caudal válvula Ileocaecal, walaupun pangkal pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan
appendix constan tetapi posisi appendixnya bervariasi, yaitu : masalah kesehatan.2
Posisi Appendix ada 5 : Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya
a. Post Pelvis : Bawah menuju Pelvis kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-
b. Pre-Ileal : Diatas Ileum 2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke
c. Pos-Ileal : Dibawah Ileum sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu
d. Pre-Caecal : Diatas Caecum penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal
e. Post-Caecum : Dibawah Caecum yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan
immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian,
adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini
Panjang Appendix bervariasi antara 3-20cm (rata-2 9cm), Appendix vermiformes dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan
selalu berhubungan dengan ileum melalui perluasan lembar posterior mesenterium yang dengan yang ada pada saluran cerna lain.2
berbentuk trianguler. Ini membentuk mesoappendix (penggantung appendix Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun
vermiformes), didalamnya terdapat A.Appendixularis yang mendarahi appendix dan lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.1
mesoappendix. Pada pangkal appendix juga merupakan tempat mulainya taenia coli.  Appendixitis adalah “Penyakit saluran pencernaan dengan adanya peradangan atau
Pada lapisan submukosa appendix khas adanya jeringan lhyphoid yang infeksi pada appendix vermiformes, dan sering dengan tindakan pembedahan dalam
menghasilkan lymphosit, dimana terjadi infeksi pada appendix saat jeringan lymphoid penanganannya”.
tersebut tumbuh baik.  (Buku Kumpulan Kuliah Patologi, FK-UI)
Vascularisasi
 Appendixitis adalah ”Peradangan dari appendix vermiformis, dan merupakan penyebab
Kedua organ ini mendapat vascularisasi dari cabang-2 A. Ileocaecal yang
abdomen akut yang paling sering”.
dicabangkan dari A. Mesenterica Superior. A. Ileocaecal bercabang menjadi 4 cabang
 (Buku Kapita Selekta Kedokteran, Ed-3, Jilid 2)
Terminal rami ilei. Cabang yang lain A. Iliocolica ahíla A. Caucalis (anto&poste) dan A.
ETIOLOGI
Appendixularis. Vena mengikuti arteri, sedangkan aliran lymphenya mengalir ke nall.
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai
(Anatomi Klinik Snell & Sobbota Atlas Anatomi)
faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi
ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
Histologi apendiks :
limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula
Secara struktural mirip kolon, kecuali beberapa modifikasi yang khas untuk
menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah
apendiks.
disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang
Terdapat beberapa persamaan antara mukosa apendiks dan kolon : epitel
paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi
pelapis dengan banyak sel goblet; lamina propria di bawahnya mengandung kelenjar intestinal
mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.1,2
(kripti Lieberkühn), dan mukosa muskularis. Kelenjar intestinal pada apendiks kurang
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan
berkembang, lebih pendek, dan sering berjauhan letaknya. Jaringan limfoid difus di dalam
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras
lamina propria sangat banyak dan sering terlihat sampai ke submukosa berdekatan.
dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan
Disini terdapat sangat banyak limfonoduli dengan pusat germinal, dan sangat
meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
khas untuk apendiks. Noduli ini berawal dari lamina propria; namun karena ukurannya besar,
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah
noduli ini meluas dari epitel permukaan sampai ke submukosa.
timbulnya apendisitis.2
Submukosanya sangat vaskular dengan banyak pembuluh darah. Muskularis
PATOGENESIS
eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar; ketebalan lapisan ini
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
bervariasi. Ganglia parasimpatis pleksus mienterikus Auerbach terlihat di antara lapisan
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap
sirkular dalam dan longitudinal luar. Lapisan terluar apendiks adalah serosa.
harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum

5
menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendix yang
bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut Appendixitis Gangrenosa. Bila dinding
sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang rapuh akan terjadi Appendixitis Perforasi.
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan Jika semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis bergerak ke arah appendix hingga timbul massa lokal yang disebut Infiltrat
akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. 1,2 Appendixularis. Peradangan apendix dapat terjadi abses/menhilang.
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal Perforasi terjadi pada anak-2 karena dinding appendix masih tipis dan didukung
ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan dengan daya tahan tubuh kurang, sedangkan pada orang tua karena telah ada gangguan
menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai pembuluh darah.
peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini (Buku Kapita Selekta Kedokteran, Ed-3, Jilid 2)
disebut dengan apendisitis supuratif akut.1 Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap
yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum
Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah
dalam keadaan perforasi.1 bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis
apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.
perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal
periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.1,2 ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai
dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya disebut dengan apendisitis supuratif akut.
gangguan pembuluh darah.1 Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa.
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada
sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan dalam keadaan perforasi.
bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses
mengalami eksaserbasi.2 peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus,
Obstruksi sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat
Akibat obstruksi terjadi bendungan sekret appendix disertai pelebaran alat tubuh itu. apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
Akibat pelebaran terjadi tekanan terhadap pembuluh-2 dengan akibat edema dinding perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
appendix. Karena edema maka resistensi selaput lendir berkurang dan mudah diserang periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
kuman. Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang,
(Buku Kumpulan Kuliah Patologi, FK-UI) dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya
Appendixitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendix oleh gangguan pembuluh darah.
hiperplasi folikel limfoid, Fekalit, benda asing, Striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mucosa mengalami
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan
bendungan. Jika semakin lama, Namun elastisitas dinding appendix terbatas sehingga
sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat menghambat
bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mucosa. Pada
mengalami eksaserbasi.
saat ini dimulai appendixitis akut dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”,
meluas hingga peritoneum setempat sehingga menyebabkan nyeri didaerah kanan bawah. dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media
Keadaan ini disebut Appendixitis Supuratif Akut. Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.

6
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum”, gangrenosa.bila dinding yang telah rapuh itu pecah maka akan terjadi maka akan terjadi
dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645. apendiks perforasi.
(Mansjoer, Arif et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius)
 Patofisiologi
Obstruksi  penyumbatan pengeluaran mucus  peningkatan tekanan intralumen 
penghambatan aliran limfe  diapedesis(pengumpulan) bakteri, cacing, dll  ulserasi MANIFESTASI KLINIK
mukosa obstruksi vena bakteri menembus dinding  sumbatan aliran arteri  infark Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
dinding appendix gangrenePecahperforasi samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan
ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
Pada awalnya apendisitis terjadi karena adanya obstruksi, mungkin oleh fekolith, pembesaran ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
kelenjar folikel limfoid (berkaitan dengan infeksi virus), pengeringan barium, cacing (misal ; merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
gelang, ascaris, dan taenia), dan tumor (karsinoid/karsinoma). Dengan sekresi mukus epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
mengembangkan organ itu, dan meningkatkan tekanan intra luminal. Bakteri yang ada di Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
dalam apendiks menginvasi dinding apendiks sejalan dengan pembesaran vena dan apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius. 2,3,4
terganggunya arteri akibat tekanan intraluminal yang tinggi. Dengan keadaan itu menimbulkan Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
gangren dan perforasi. apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
Bila proses itu lambat, organ terdekat seperti ileum terminal, sekum dan omentum dapat gejala yang timbul tersebut.2,4
menyelimuti daerah apendiks sehingga timbul abses lokal, sedangkan gangguan vaskuler yang 1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung
berkembang cepat dapat menyebabkan perforasi yang berhubungan langsung dengan rongga oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
peritoneum. Selanjutnya ruptur abses apendiks primer dapat menimbulkan fistula antara rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat
apendiks dengan kandung kemih, usus halus, sigmoid atau sekum. melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul
(Harrison , “prinsip-prinsip IPD”, vol.4 : Isselbacher, dkk) karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia 2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
 Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan
atau neoplasma.
rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
 Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal. Tekanan yang
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe, yang mengakibatkan edema, diapedesis
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yg ditandai oleh
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya
nyeri epigastrium.
baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, sehingga menyebabkan
tidak jelas dan tidak khas.2,3
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding. Peradangann yang
1. Pada anak-anak
timbul meluas dan mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut
bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yg diikuti
anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
perforasi.
Bila semua proses ini berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
2. Pada orang tua berusia lanjut
ke arah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
Pada anak2, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
3. Pada wanita
lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yg masih kurang memudahkan
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang
ganguan pembuluh darah
panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan
Karena aliran darah pada arteri ( arteri appendikularis) terganggu sehingga terjadi infark
trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala
dinding apendiks yang di ikuti dengan gangren.stadium ini disebut dengan apendisitis
serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum

7
dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat
bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan. adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara
terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa
PEMERIKSAAN periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi
1. Pemeriksaan Fisik2,3,4 antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif
 Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah
sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut. apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses,
 Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan pemeriksaan
kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses setelah
pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk membatalkan tindakan bedah.2,6
di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut Darah: leukositosis sedang dengan jumlah sel 10.000-18.000 per mikroliter sering
tanda Blumberg (Blumberg Sign). didapat(seiring dengan pergeseran ke arah sel imatur),tidak terdapatnya leukositosis tidak
 Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan meniadakan kemungkinan appendicitis
letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan Urin:mengandung sedikit sel darah putih atau merah tanpa bakteri bila appendiks itu
terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. letaknya dekat dengan ureter kanan atau kandung kemih akan tetapi urinalisis paling
Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika. bermanfaat dalam meniadakan gangguan urogenital yang dapat menyerupai sebagai
 Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk apendisitis akut
mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot Pemeriksaan sinar X: sedikit sekali nilainya kecuali bila ditemukan suatu fekolit yang
psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, opak (5 persen pasien) pada kuadran kanan bawah(terutama pada anak) bersama dengan
kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas gambaran appendicitis
mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator Pemeriksaan Enema barium: dapat menyingkap suatu kerusakan ekstrinsik pada dinding
dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila medial sekum atau fekolit yang berkapur
apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding Pemeriksaan Ultrasonografi:memperlihatkan appendiks yang membesar dengan
panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan dindingnya tipis,namun bila appendiks tidak dapat ditemukan,diagnosis tidak dapat
pada apendisitis pelvika. ditiadakan;berguna untuk meniadakan kista ovarium,kehamilan ektopik,atau abses
2. Pemeriksaan Penunjang tubovarium
 Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada Laparoscopy : perut nya di buka dengan memasukkan alat ke rongga perut yang
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml berfungsi untuk melihat radang pada apendiks.
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum (buku Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam Vol 1 Ed 13 pengarang Harison)
yang meningkat.1,6
 Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada Mengapa harus dioperasi ?
apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang Karena operasi apendisitis yang ditangguhkan dapat menyebabkan terjadinya
dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya ruptur apendiks dan peritonitis. Perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama dan beberapa
pelebaran sekum.3,5 penderita dapat meninggal akibat peritonitis.

DIAGNOSIS (Sumber : Patofisiologi Sylvia A. Price)


Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis 1. Sebelum operasi
apendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering  Observasi
terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seing
terutama yang masih muda sering mengalami gangguan yang mirip apendisitis. Keluhan itu kali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan.
berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh
ginekologik lain.Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis meragukan, diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya.
sebaiknya dilakukan observasi penderita di rumah sakit dengan pengamatan setiap 1-2 jam. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung
Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi dan laparoskopi bisa meningkatkan jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan thorax tegak dilakukan
akurasi diagnosis pada kasus yang meragukan.2 untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan bawah dalam 12
TATA LAKSANA jam timbulnya keluhan.
 Intubasi bila perlu

8
 Antibiotik
2. Operasi apendiktomi
3. Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-anda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan
didalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila pesien
telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam
posisi Fowler. Pasien dikatakan lebih baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.
Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu dinaikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur di luar kamar. Hari
ketujuh, jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Kapita Selekta Kedokteran FKUI edisi 3 jilid 2, Arief Mansjoer dkk Hal.308-
309

Anda mungkin juga menyukai