Anda di halaman 1dari 15

Asuhan keperawatan

lanjut usia dengan gangguan fisik


Kelompok III
1. Fauzi Kadarusman
2. Gandi Sugandi
3. Haris Munawar
4. Hasbi Taobah R
5. Herlan Jaelani
6. Hidayat
7. Iip Latipah
Perubahan fisik yg terjadi pada lansia
1. Sistem pendengaran 3. Sistem kardiovaskuler
 Membran timpani menjadi  Elastisitas dinding aorta
atrofi menyebabkan menurun
otosklerosis.  Kemampuan jantung untuk
 Terjadi pengumpulan serumen
memompa menurun
dapat mengeras karena  Kehilangan elatisitas
menginkatnya keratin.
pembuluh darah
2. Sistem penglihatan
4. Sistem pengtaturan
 Lensa lebih suram (kekeruhan
temperatur tubuh
pada lensa) menjadi katarak,
 metabolisme yang menurun
jelas menyebabkan gangguan
penglihatan.  Keterbatasan refleks
 Menurunnya lapangan menggigil.
pandang; berkurang luas
pandangannya.
77..
Sistem
Sistem reproduksi
reproduksi
5. Otot-otot pernapasan Menciutnya ovari
Menciutnya ovari dan
dan uterus
uterus

Atrofi
Atrofi payudara
payudara

kehilangan kekuatan dan 
Pada
Pada laku-laki testis
laku-laki testis masih
masih dapat
dapat memproduksi
memproduksi
spermatosoa,
spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara
meskipun adanya penurunan secara
menjadi kaku beransur-ansur
beransur-ansur

Menurunnya aktivitas dari 8.


8. Sistem
Sistem genito
genito urinaria
urinaria

Ginjal, merupaan alat
Ginjal, merupaan alat untuk
untuk mengeluarkan
mengeluarkan sisasisa
silia metabolisme
metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk
ginjal,
tubuh, melalui urine darah yang masuk keke
ginjal, disaring
disaring oleh
oleh satuan
satuan unit
unit terkecil
terkecil dari
dari ginjal
ginjal yang
yang
Kemampuan untuk batuk disebut
disebut nefron
mengecil
nefron (tepatnya
(tepatnya di
di glumerulus,
glumerulus, kemudia
kemudia
mengecil dan nefron menjadi atrofi). Aliran darah
dan nefron menjadi atrofi). Aliran darah keke
berkurang 
ginjal
ginjal menurun
Fungsi
menurun sampai
Fungsi tubulus
sampai 50%.
tubulus berkurang
50%.
berkurang akibatnya;
akibatnya; kurang
kurang kemapuan
kemapuan
mengkonsentrasi
mengkonsentrasi urine,
urine, berat
berat jenis
jenis urine
urine menurun,
menurun,
6. Sistem gastrointestinal proten
proten uria.
uria.

Vesika urinaria (kandung
Vesika urinaria (kandung kemih);
kemih); otot-ototnya
otot-ototnya menjadi
menjadi
Indera pengecap menurun; lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml
lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau atau
menyebabkan
menyebabkan frekuensi
frekuensi buang
buang air
air kecil
kecil meningkat.
meningkat.
Eofagus melebar Vesika urinari susah dikosongkan sehingga
Vesika urinari susah dikosongkan sehingga
meningkatkan
meningkatkan retensi
retensi urine.
urine.

rasa lapar menurun Pembesaran prostat kurang lebih
Pembesaran
usia di atas
prostat
65 tahun
usia di atas 65 tahun
kurang lebih 75%
75% dialami
dialami oleh
oleh pria
pria
9. Sistem integument
 Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
 Mekanisme proteksi kulit menurun
 Gangguan pigmentasi kulit
 Kulit kepala dan rambut menipis
 Kelenjar keringat berkurang jumlahnya
10. Sistem muskuloskeletal
 Tulang makin rapuh
 Persendian membesar dan menjadi pendek
 Tendon mengerut dan mengalami skelrosis
Askep Pada Lansia
1. Tujuan asuhan keperawatan lanjut usia Agar
lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari
secara mandiri

2. Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan,


disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah
lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:

Hal
Halyang
yangperlu
Untuk lanjut usia yang masih aktif,
asuhan keperawatan dapat berupa perlu
dukungan tentang personal diperhatikan
diperhatikanpadapada
hygiene: kebersihan gigi dan mulut lanjut
lanjutusia
usiapasif
pasifpada
pada
atau pembersihan gigi palsu:
kebersihan diri termasuk kepala, dasarnya
dasarnyasama
sama
rambut, badan, kuku, mata serta seperti pada lanjut
seperti pada lanjut
telinga: kebersihan lingkungan
seperti tempat tidur dan ruangan : usia
usiaaktif,
aktif,dengan
dengan
makanan yang sesuai, misalnya bantuan
bantuanpenuh
penuholeh
oleh
porsi kecil bergizi, bervariai dan
mudah dicerna, dan kesegaran anggota
anggotakeluarga
keluarga
jasmani. atau
ataupetugas.
petugas.

Pengkajian status fungsional dapat menggunakan


berbagai instrumen seperti indeks barthel dan
indeks katz
Inkontinensia Uri
Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi
penyakit yang sering ditemukan pada pasien geriatri.
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar
antara 15–30% usia lanjut di masyarakat dan 20-30%
pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami
inkontinensia urin
Klasifikasi Inkontinensia Urin
1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel
2. Inkontinensia Urin Persisten
Berdasarkan Klasifikasi Klinis:
1. Inkontinensia urin stress :Tak terkendalinya aliran urin akibat
meningkatnya tekanan intraabdominal
2. Inkontinensia urin urgensi : Keluarnya urin secara tak
terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan berkemih
3. Inkontinensia urin overflow : Tidak terkendalinya pengeluaran
urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang berlebihan
4. Inkontinensia urin fungsional : Memerlukan identifikasi semua
komponen tidak terkendalinya pengeluaran urin akibat faktor-
faktor di luar saluran kemih
Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah mengenali pemicu
inkontinensia urin dan membantu menetapkan
patofisiologinya. Selain pemeriksaan fisik umum yang
selalu harus dilakukan, pemeriksaan terhadap
abdomen, genitalia, rectum, fungsi neurologis, dan
pelvis (pada wanita) sangat diperlukan.
Pemeriksaan fisik seyogyanya juga meliputi
pengkajian tehadap status fungsional dan kognitif,
memperhatikan apakah pasien menyadari keinginan
untuk berkemih dan mengunakan toilet.
Pengkajian
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit harus menekankan pada gejala yang
muncul secara rinci agar dapat ditentukan tipe
inkontinensia, patofisiologi dan faktor-faktor pemicu,
seperti:
a.Lama dan karakteristik inkontinensia urin
b.Pengobatan inkontinensia urin sebelumnya dan
hasilnya
1.Tes diagnostik pada inkontinensia urin
Mengukur sisa urin setelah berkemih
Tes laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood
urea nitrogen, creatinin, glukosa.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Muller adalah
mengurangi faktor resiko, mempertahankan homeostasis,
mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan,
medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan
Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
2. Terapi non farmakologi:
Melakukan latihan menahan kemih, dianjurkan untuk
berkemih pada interval waktu tertentu, Promted voiding,
Melakukan latihan otot dasar panggul,
3. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia
urgen adalah antikolinergik seperti Oxybutinin,
Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine.
4. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia
tipe stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis
dan farmakologis tidak berhasi
5. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik
yang menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula
digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang
mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalalah:
Pampers
Dapat digunakan pada kondisi akut maupun pada kondisi dimana
pengobatan sudah tidak berhasil mengatasi inkontinensia urin

b. Kateter
Kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin
karena dapat menyebabkan infeksi saluran kemih

c. Alat bantu toilet


Seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan oleh orang usia
lanjut yang tidak mampu bergerak dan menjalani tirah baring
Wassalam….

Anda mungkin juga menyukai