Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS

PENATALAKSANAAN SEGERA PADA TENSION PNEUMOTHORAX TANPA


TORAKOSINTESIS JARUM

A. Abstrak

Referensi medis standard menyatakan bahwa tindakan penyelamatan nyawa


yangharus segera dilakukan adalah needle decompression. Artikel ini melaporkan
kasus dari lelaki berumur 85 tahun yang mengalami tension pneumothoraks dan
ditangani segera tanpa menggunakan needle decompression. Dalam keadaan darurat
dokter harus sadar untuk melakukan penatalaksanaan yang tepat. Beberapa literatur
menyatakan bahwa penurunan kondisi dari pasien dengan tension pneumothorax yang
dapat bernafas spontan lebih cepat dari yang menggunakan ventilator. Dan
penggunaan needle decompresion harus dipertimbangkan antara keuntungan dan
resikonya dengan tidak adanya ketidakstabilan hemodinamik dan insufisiensi nafas
yang berat. Maka penanganan yang tepat untuk kasus ini adalah memonitor pasien,
melakikan foto thorax, dan segera melakukan chest tube drainage setelah terdiagnosis

B. Pendahuluan

Tension pneumothoraks adalah pengumpulan/ penimbunan udara di ikuti


peningkatan tekanan di dalam rongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga
paru terluka, Sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa keluar
secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya insufisiensi
pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian jika tidak dikenali dan
ditangani. Hasil akan baik bila segera didiagnosis dan mendapat penanganan dengan
segera. Tension pneumothoraks adalah diagnosa klinis yang sekarang lebih siap
dikenali karena perbaikan di pelayanan-pelayanan darurat medis dan tersebarnya
penggunaan sinar-x dada.

Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi


udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan
intra thoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah
berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan.

Penanganan dari tension pneumothoraks adalah needle dekompresi dan insersi


chest tube, dimana menurut penelitian restropektif dari Barton et all dari 169 needle
decompression yang dilakukan hanya 54% yang mengalami perbaikan gejala
sedangkan ada beberapa resiko bila melakukan needle compression antara lain dapat

1
menusuk jantung dan menusuk paru-paru, beberapa ahli biasanya melakukan chest
tube segera tanpa melakukan needle decompression bila keadaan memungkinkan

C. Laporan kasus

Seorang laki-laki berusia 85 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak


nafas. Paramedis memberikan dia oksigen therapy, pada kedatangannya tanda-tanda
vitalnya menunjukan nadi 127/menit, tekanan darah 147/75 mm hg, temperatur 38,9
derajat celcius, RR 22x/menit dan saturasi oksigen 94% pada 3l/menit oksigen, dan
dia sadar penuh

Pasien ini memiliki riwayat operasi ca di perut dengan peritoneal metastasis


dia juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes. Dua bulan yang lalu pasien
menderita pneumothorax yang teratasi secara efektif dengan chest tube drainage
Saat ini pasien mengeluh terjadi sesak nafasnya memberat setelah beberapa
jam, dilaporkan juga dia mengalami demam 2-3 hari dan diikuti dengan penurunan
nafsu makan. Pada pemeriksaan tidak terlihat tanda-tanda respiratory distress saat
menggunakan oksigen therapy, pulsasi vena jugularis tidak meningkat, suara jantung
normal tanpa murmur ataupun gallop, tercatat bahwa trakea bergeser ke sisi kanan,
dan terdapat penurunan pemasukan udara di paru kiri, ekg menunjukan sinus
takikardia 124x/menit.
Pada pemeriksaan rongen ditemukan trakea dan mediastinum bergeser ke sisi
kanan, paru kiri tidak terlihat kolaps penuh. 75 menit setelah pasien datang kondisi
pasien tidak memburuk, kemudian dilakukan pemasangan chest tube 24 f dengan
anesthesi lokal menggunakan tehnik standard melalui ruang interkostal ke 5, anterior
di linea mid-axila, desisan udara terdengar setelah pemasangan chest tube, setelah itu
dilakukan pengulangan rongen dada hasilnya menunjukan paru kembali ke bentuk
semula dan sembuh dari tension pneumothoraks. Pasien stabil dan siap untuk
pengobatan berikutnya

D. Etiologi

Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena


iatrogenik atau berhubungan dengan trauma. Antara lain :

- Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau
parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal
yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks)

- Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
2
- Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke Tension
Pneumotoraks

- Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks sederhana di


mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way valve

- Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks

E. Patofisiologi

- Berkembang ketika terbentuk one-way-valve (katup satu arah) yang mengakibatkan


ventil mekanism
- Saat inspirasi udara masuk ke paru dan akan langsung mengalir ke ronggapleura yang
kemudian akan terperangkap di rongga pleura karena katupbersifat satu arah.
- dengan inspirasi berikutnya, udara akan semakin berakumulasi dirongga pleura
sehingga tekanan intra pleura hemithorax ipsilateral akansemakin meningkat
mengakibatkan kolaps paru ipsilateral.
- Pergeseran mediastinum mengakibatkan penekanan pada vena kava inferior dan
superior sehingga mengurangi venous return.
- Kolapsnya paru akan mengakibatkan penurunan ventilasi sehingga terjadihipoksi dan
hiperkabia yang merangsang pusat nafas untuk meningkatkan lajupernafasan.
- Hipoksia akut akan segera direspon, salah satuya oleh konstriksi vaskularisasi paru
sehingga venous return akan semakin menurun.
- Penurunan cardiac output.
- Syok dengan segera

Pergeseran mediastinum dapat menimbulkan kematian karena :

- Di mediastinum terdapat jantung, saraf, aorta, vena cava inferior dan superior
sehingga akan terganggu terutama pada vena cava. Akibat gangguan dari vena cava
maka aliran balik darah ke jantung berkurang berlanjut dengan turunnya cardiac
output yang menyebabkan terjadinya syok non hemoragic
- Mediastinum yang terdesak ke paru-paru akan mengakibatkan ventilasi terganggu
sehingga menimbulkan hipoksia

F. Maniefestasi klinis

3
Maniefestasi pada tahap awal
- nyeri dada
- dispnea
- ansietas
- takipnea
- takikardi
- hipersonor dinding dada
- dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.

Maniefestasi pada tahap lanjut


- tingkat kesadaran menurun
- trachea bergeser menuju ke sisi kontralateral
- hipotensi
- pembesaran pembuluh darah leher/ vena jugularis (tidak ada jika pasien sangat
hipotensi )
- sianosis

G. Gambaran radiologis

Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang


tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak
tipis yang berasal dari pleura visceral (gambar 1 dan 2).
Gambar 1.

4
Gambar 2.

Pada foto terlihat bayangan udara dari pneumotoraks yang berbentuk


cembung, yang memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila
pneumotoraksnya tidak begitu besar, foto dengan pernafasan dalam (inspirasi penuh)
pun tidak akan menunjukkan kelainan yang jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat
foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh. Selama ekspirasi maksimal udara

5
dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga intrapleura di apeks
jadi lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara jaringan paru dan udara
intrapleura sehingga memudahkan dalam melihat pneumotoraks, yakni kenaikan
densitas jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumotoraks.
Suatu hasil rontgen diperoleh sehabis ekspirasi maksimum akan membantu
dalam menetapkan diagnosa, sebab paru-paru kemudian secara relatif lebih
tebal/padat dibanding pneumotoraks itu. Penurunan volume paru terjadi sehabis
ekspirasi tetapi ruang pneumotoraks tidak berubah. Oleh karena itu secara relatif
pneumotoraks lebih berhubungan dengan apru-paru sehabis ekspirasi dibanding
inspirasi dan kiranya pleura viseral lebih kecil berhubungan dengan pneumotoraks.
Sehingga lebih mudah untuk menggambarkannya.
Foto lateral decubitus pada sisa yang sehat dapat membantu dalam
membedakan pneumotoraks dengan kista atau bulla. Pada pneumotoraks udara bebas
dalam rongga pleura lebih cenderung berkumpul pada bagian atas sisi lateral.
Jika pneumotoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru
menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah
kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. Udara dalam ruang pleura jadi
lebih radiolusen dibandingkan paru-paru yang bersebelahan dengan pneumotoraks
tersebut, terutama sekali jika paru-paru berkurang volumenya, dimampatkan atau
terkena penyakit yang meningkatkan kepadatan paru-paru.
Ketika pneumotoraks terjadi pada pasien dengan atelektase lobus, udara
terkumpul dalam ruangan pleura yang dekat dengan paru-paru yang mengempis.
Oleh karena itu distribusi udara yang tidak normal pada pasien ini menyebabkan
pengempisan lobus. Pada tension pneumotoraks pergeseran dari struktur mediastinal
kesan pada paru dan kesan pada diafragma sudah terlihat. Ketika kehadiran cairan
sebagai tambahan dari udara atau gas pada film dengan cahaya horisontal
memperlihatkan tingkat atau batas udara dengan cairan. Ketika udara intrapleura
terperangkap pada posisi yang tidak biasa oleh karena penggabungan kadang-kadang
pneumotoraks bisa terlihat pada subpulmonary, terutama pada pasien COPD
(Chronic Pulmonary Obstruktif Disease) dan penurunan dari fungsi paru dan juga
diobservasi sepanjang permukaan tenagh dari paru bayi yang baru lahir sering
diperiksa dengan posisi terlentang. Dalam situasi ini harus dibedakan dengan
pneumomediastinum. Ketika garis sambungan depan terlihat pada neonatus, yang
mengindikasikan pneumotoraks bilateral, karena garis ini biasanya tidak terlihat pada
pasien. Pada bayi neonatus pneumotoraks dapat dievaluasi dengan foto
anteroposterior atau lateral pada saat yang sama.
Pada orang dewasa yang sakit kritis diuji dengan posisi setengah duduk atau
terlentang, udara dalam ruang pleura mungkin nampak anteromedial sepanjang
medistinum, pada suatu posisi subpulmonary, pada posisi apicolateral atau
posteromedial dalam area paraspinal. Udara mungkin dapat diamati dalam celah
interlobus, terutama sekali di dalam celah kecil sisi kanan pneumotoraks. Tanda
cekungan yang dalam diuraikan oleh Gordon pada foto posisi terlentang pada pasien
pneumotoraks. Foto ini terdiri dari radiolusen yang relatif pada kedalaman sulcus
costophrenicus samping yang menandakan udara dalam area ini.

6
Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat dalam foto polos. Oleh karena itu,
CT dapat digunakan jika informasi mengenai kehadiran atau ketidakhadiran
pneumothoraks adalah hal yang sangat penting, karena pneumothoraks relatif lebih
mudah dideteksi pada CT sesuai potongan aksis.
Secara ringkas, hasil dianogsa pneumothorax mungkin sulit untuk dibuat
dalam pemeriksaan hasil radiografi dada. Terutama sekali pada foto pasien dalam
posisi terlentang, proyeksi samping mungkin bisa untuk ,mengkonfirmasikan
kehadiran pneumothoraks manakala proyeksi dari depan samar-samar. Ketika
pneumothoraks kecil foto pada saat inspirasi seringkali berharga; dan ada kalanya,
ketika lokasi pneumothoraks disekeliling hadir, foto oblique dan foto lateral
diperlukan untuk visualisasi yang nyata. Adakalanya lingkaran radioopak ditemukan
pada hilus atau dibawah pada pasien pneumothoraks yang besar atau luas.

H. Penatalaksanaan

1. Toraksosentesis jarum (needle decompression)


o Identifikasi toraks penderita dan status respirasi
o Berikan oksigen dengan aliran tinggi dan ventilasi sesuai kebutuhan
o Identifikasi sela iga II, di linea midclavicula di sisi tension pneumothorax
o Asepsis dan antisepsis di dada
o Anestesi lokal jika penderita sadar atau keadaan mengijinkan
o Posisikan penderita dalam keadaan tegak jika kemungkinan fraktur servikal
dapat disingkirkan
o Pertahankan luer-lok di ujung distal kateter, insersi jarum kateter(panjang 3-6
cm) ke kulit langsung tepat di atas iga ke dalam sela iga
o Tusuk pleura parietal
o Pindahkan luer-lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum
memasuki pleura parietal, ini menandakan tension pneumothoraks telah diatasi
o Pindahkan jarum dan ganti luer-lok diujung distal kateter. Tinggalkan kateter
plastik ditempatnya dan ditutup dengan plester atau kain kecil
o Siapkan chest tube, jika perlu chest tube harus dipasang setinggi puting susu
anterior linea midaksilaris pada hemithoraks yang terkena
o Hubungkan chest tube ke WSD atau katup tipe flutter dan cabut kateter yang
digunakan untuk dekompresi tension pneumothoraks
o Lakukan rongen thoraks

7
2. Insersi chest tube
o Resusitasi cairan melalui paling sedikit satu kateter intravena kaliber besar dan
monitor tanda vital harus dilakukan
o Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi puting (sela iga V) anterior linea
mid aksilaris pada area yang terkena
o Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain
o Anestesi lokal kulit dan periosteum iga
o Insisi transversal (horizontal) 2-3 cm pada tempat yang telah di tentukan dan
diseksi tumpul melalui jaringan sub kutan tepat diatas iga
o Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukan jari ke dalam tempat
insisi untuk mencegah melukai organ lain dan melepaskan perlekatan, bekuan
darah dll.
o Klem ujung proksimal tube toraksostomi dan dorong tube ke dalam rongga
pleura sesuai panjang yang diinginkan
o Cari adanya “fogging” pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar aliran
udara
o Sambung ujung tube toraksostomi ke WSD
o Jahit tube di tempatnya
o Tutup dengan kain/kassa dan plester
o Buat foto rongen thoraks
o Pemeriksaan analisa gas darah sesuai kebutuhan
I. Pembahasan
Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi
udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan
intra thoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah
berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan.

Penanganan dari tension pneumothoraks adalah needle dekompresi dan insersi


chest tube, dimana menurut penelitian restropektif dari Barton et all dari 169 needle
decompression yang dilakukan hanya 54% yang mengalami perbaikan gejala
sedangkan ada beberapa resiko bila melakukan needle compression antara lain:

o Jantung tertusuk jarum yang dapat berakibat tamponade jantung

o Laserasi dari jaringan paru

8
o Terjadinya tension pneumothorax (bila sebelumnya miss diagnosis tension
pneumothorax)

o Perdarahan dari pembuluh darah interkostal yang tertusuk

o Rasa sakit yang hebat

o Local hematoma

beberapa ahli biasanya melakukan chest tube segera tanpa melakukan needle
decompression bila keadaan memungkinkan karena dianggap lebih cepat menurunkan
keluhan, lebih aman , dan lebih efektif

J. Kesimpulan

Tidak ada keraguan bahwa pemasangan segera needle decompression adalah


cara yang krusial untuk penyelamatan nyawa pada pasien tension pneumothoraks
tetapi perlu dipertimbangkan juga efek samping dari pemasangan needle
decompression

Anda mungkin juga menyukai