Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 2

NAMA KELOMPOK :
1. I.A ARICK CITRA DEWI (0803005029)
2. DIAH MAHA SRI UTAMI (0803005030)
3. LUH WIKE SAPTIA DEWI (0803005031)
4. YUDHISTIRA (0803005033)
5. PUTU HENDRA PRATAMA (0803005038)
6. I GEDE TEGUH SWARNA DWIPA (0803005045)
7. A.A SG. INTEN PERMATASARI(0803005047)
8. I GST AYU APSARI HADI (0803005073)
9. AYU EVY SUDIANTARI D. (0816051026)
10.SATRYA BUDI PRABAWA (0816051043)
11.DW. GEDE KEPAKISAN M. (0816051047)
12.GST NGR. ARYA SANJAYA P. (0816051053)
PENGERTIAN SOSIOLOGI HUKUM DARI
PARA SARJANA
 Soerjono Soekanto : suatu cabang ilmu pengetahuan yang
secara analitis dan empiris menganalisis / mempelajari
hukum timbal balik antara hukum dengan gejala sosial
lainnya.
 Satjipto Rahardjo : pengetahuan hukum terhadap pola
perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya
 Otje Salman : ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara hukum dengan gejala – gejala sosial lainnya
secara empiris dan analitis
 H.L.A Hart : hukum yang mengandung unsur- unsur
kekuasaan yang terpusat pada kewajiban tertentu di dalam
gejala hukum yang tampak dari kehidupan bermasyarakat
LATAR BELAKANG

Hukum sebagai sosial kontrol dan hukum


sebagai alat untuk mengubah masyarakat,
yang merupakan sebagai tolak ukur terhadap
norma-norma atau kaidah-kaidah yang hidup
didalam masyarakat, apakah norma atau
kaidah tersebut dipatuhi atau untuk dilanggar,
apabila dilanggar bagaimana penerapan
sangsi, sebagai yang melakukan pelanggaran
tersebut.
Norma atau kaidah yang hidup didalam
masyarakat tersebut dipengaruhi oleh kondisi
internal maupun eksternal dari masyarakat itu
sendiri. Orang pertama yang menggunakan istilah
sosiologi adalah Anzilotti pada tahun 1882
kemudian diperkenalkan ruang lingkup dan
obyek kajian sosiologi hukum. Sosiologi hukum
dipengaruhi oleh filsafat hukum, ilmu hukum,
dan sosiologi yang kajiannya pada hukum.
FILSAFAT HUKUM
Dimana pokok bahasannya adalah aliran
filsafat hukum, yang menyebabkan lahirnya
sosiologi hukum yaitu aliran Positivisme
(difinisi Hans Kelsen. “Hukum berhirarkhis”).
kajian filsafat hukum adalah aliran- aliran
filsafat hukum yang menjadi penyebab
lahirnya sosiologi hukum, teorinya Stufenbau
des Recht yaitu hukum bersifat hierarki,
hukum yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi.
STRATIFIKASI DERAJAT HUKUM

 Yang paling tinggi Grundnorm : penafsiran


yuridis dan menyangkut hal- hal yang bersifat
yuridis .
 Konstitusi
 UU dan Kebiasaan
 Putusan badan pengadilan
ALIRAN FILSAFAT HUKUM TUMBUH DAN
BERKEMBANG BERDASARKAN :

 Mazhab sejarah yang dipelopori oleh Carl Von Savigny


yang mengungkapkan bahwa hukum itu dibuat, akan tetapi
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan
masyarakat (volksgeisf).
 Aliran Utility (Jeremy Bentham) yaitu bahwa hukum harus
bermanfaat bagi masyarakat guna mencapai hidup bahagia.
 Aliran Sociological Juriprudence (Eugen Ehrlich) yaitu
hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup
didalam masyarakat (living law).
 Aliran Pragmatic Legal Realism (Roscoe Pound) yaitu “
law as at tool of social engineering”.
ILMU HUKUM

Menganggap bahwa hukum sebagai gejala


social, banyak mendorong pertumbuhan
sosiologi hukum dan hukum berbeda dengan
apa yang diungkapkan oleh hans kelsen yang
menganggap hukum sebagai gejala normatif
dan harus dibersihkan dari anasir - anasir
sosiologi (non yuridis).
SOSIOLOGI YANG BERORIENTASI
PADA HUKUM
Bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada
solideritas, ada yang solidaritas mekanis yaitu
terdapat dalam masyarakat sederhana,
hukumnya bersifat reprensif. Menurut pakar
sebagai berikut :
EMILE DURKHEIM
Alat mengenai pengintegritas masyarakat sehingga antara
individu yang satu dengan lainnya terikat sebagai satu
masyarakat. Durkheim memberikan penjelasan dalam
masyarakat ada 2 tipe yang saling berbeda tetapi keduanya
menunjukan adanya kemampuan sebagai berikut :

 Solidaritas mekanis :
Memiliki ciri - ciri yang didasarkan pada kesamaan
( keserupaan ), konsepnya saling dipertukarkan antara
individu satu dengan individu lainnya yang beradadalam
kelompok itu .Tidak ada kekhususan pada masing - masing
individu yang terkait dengan kelompok itu. Terbentuknya
berdasarkan persamaan, menunjuk pada hukum pidana.
 Solidaritas Organis :
Didasarkan pada spesialisasi, perbedaan -
perbedaan dan saling ketergantungan antara
yang satu dengan yang lainnya dalam satu
kelompok masyarakat. Solidaritas ini
didasarkan atas saling ketergantungan secara
fungsional. Terbentuknya berdasarkan hukum
yang bersesuaian dengan solidaritas sosial
organis, menunjuk pada hukum perdata.
MAX WEBER
Ketidaksamaan yang terungkap dengan adanya klas- klas dalam
golongan status adalah ketidaksamaan dalam kekuasaan oleh
weber, kekuasaan yang didefinisikannya sehingga kemungkinan
yang dimiliki orang- orang untuk terus melaksanakan
kehendaknya, walaupun bertentangan dengan kehendak orang
lain
Kekuasaan dalam arti umum : bukanlah identik dengan
kekuasaan ekonomi , martabat sosial, hal ini dapat merupakan
dasar akibat dari kekuasaan
Kekuasaan tidak selalu memiliki kekuasaan sosial, kekuasaan
tidak selalu mengakibatkan kekayaaan besar
Yang benar kekayaan ekonomi dan sosial menduduki tempat
central di dalam analisa klas- klas dan golongan – golongan
status masing- masing. Kekuasaan dan milik adalah merupakan
komponen yang penting
HUBUNGAN STATIFIKASI
MASYARAKAT DENGAN HUKUM

 Pembentukan hukum
 Penciptaan hukum
 Pemahaman hukum
 Penerapan hukum
RUANG LINGKUP SOSIOLOGI HUKUM
A. PENDEKATAN INSTRUMENTAL

Menurut Adam Podgorecki bahwa sosiologi hukum


merupakan suatu disiplin teoritis dan umum yang
mempelajari keteraturan dari berfungsinya hukum
untuk mendapatkan prinsip-prinsip hukum dan
ketertiban yang disadari secara rasionil dan
didasarkan pada diagnosis yang mempunyai dasar
yang mantap untuk menyajikan sebanyak mungkin
kondisi - kondisi yang diperlukan agar hukum dapat
berlaku secara efisien. Maka secara studi
instrumental bahwa hukum merupakan suatu sarana
bagi pembuat keputusan, terutama dalam
masyarakat sosialis dimana perubahan-perubahan
diatur melalui undang - undang
B. PENDEKATAN HUKUM ALAM DAN
KRITIK PENDEKATAN POSITIVIS
Lain halnya dengan Philip Selznick, beliau beranggapan bahwa
pendekatan instrumental merupakan titik atau tahap menengah dari
perkembangan atau pertumbuhan sosiologi hukum. Tahap selanjutnya
akan tercapai apabila ada otonomi dan kemandirian intelektual yang
selalu siap untuk menelaah arti dari Legalitas agar dapat menentukan
wibawa moral dan untuk menjelaskan peranan ilmu sosial dalam
menciptakan masyarakat yang didasarkan pada keadilan. Adanya
legalitas menimbulkan dugaan bahwa kekuasaan yang dilaksanakan
oleh pejabat-pejabat umum merupakan kekuasaan yang sah. Hukum
memberikan patokan agar diskresi dapat dibatasi akan tetapi juga
menghendaki kebebasan agar mencapai keadilan bagi para warga
masyarakat.
Namun menurut Jerome H. Skolnick bahwa legalitas bukan
suatu faktor yang penting yang harus terpadu didalam
kehidupan berorganisasi, karena sosiolog terlebih dahulu
harus mempelajari kondisi - kondisi yang menyebabkan
warga masyarakat menganggap bahwa peraturan yang
berlaku benar - benar merupakan hukum serta bagaimana
warga masyarakat menafsirkan peraturan-peraturan tersebut
dan mentrasnformasikan prinsip - prinsinya kedalam
lembaga - lembaga sosial.
C. PENDEKATAN PARADIGMATIK
Menurut Thomas S.Khun, yang menyebut sebagai paradigma
dominan, mencakup unsur-unsur kepercayaan, nilai-nilai, aturan-
aturan, cara-cara dan dugaan-dugaan yang dipunyai warga masyarakat
tertentu. Oleh karena itu pokok-pokok pendekatan paradigmatik
adalah :
1. Sosiologi hukum bertugas untuk mempelajari dan mengkritik
paradigma-paradigma yang ada yang menjadi pedoman kalangan
profesi hukum dan norma-norma hukum yang menjadi dasar sistem
hukum masyarakat.
2. Mempelajari kenyataan hukum, mengidentifikasikan perbedaan
antara kenyataan dengan paradigma yang berlaku dan mengajukan
rekomendasi untuk mengadakan perubahan pada perilaku atau norma.
3. Mengajukan paradigma-paradigma yang baru.
CONTOH KASUS
Mungkin tak pernah terbayang dalam benak seorang nenek Minah
bahwa dirinya akan berurusan dengan polisi bahkan pengadilan
akibat perbuatannya mengambil buah kakao.
Nenek Minah (55 tahun) yang berasal dari Dusun Sidoharjo, Desa
Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah, diputus hukuman 1 bulan 15 hari akibat
perbuatannya mengambil 3 (buah atau kilogram) oleh Majelis hakim
Pengadilan Negeri Purwokerto yang menyidangkan perkaranya,
Kamis (19/11).
Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa nenek Minah hanya
menjalani tahanan rumah dengan masa percobaan 3 bulan, artinya Si
nenek tidak perlu meringkuk di sel penjara dengan syarat selama 3
bulan tidak boleh tersangkut masalah pidana.
Kisah nenek Minah dan buah kakao, beberapa hari terakhir mengundang
banyak perhatian masyarakat. Beberapa LSM dan masyarakat banyak
yang memberikan dukungan kepada Nenek Minah. Kisah ini bermula 2
Agustus lalu. Nenek Minah sedang memanen kedelai di lahan yang dia
garap, kebetulan lahan tersebut sedang dikelola oleh PT Rumpun Sari
Antan (RSA) untuk tanaman kakao ( coklat ).
Ketika sedang memanen kedelai, dia melihat ada tiga buah kakao yang
sudah ranum berwarna kuning kemerah merahan. Melihat buah itu,
Minah tertarik untuk memetiknya dengan niat bijinya akan ditanam
kembali di kebun miliknya.
Maka dipetiknyalah buah itu. Setelah dipetik, diletakkan ketiga buah itu di
bawah pohon kakaonya, dan kemudian ia melanjutkan pekerjaannya
memanen kedelai. Apes baginya, perbuatannya tersebut kepergok oleh
mandor perkebunan PT RSA. Nenek Minah kemudian mengembalikan
buah kakao yang dia ambil sembari meminta maaf atas perbuatannya
tersebut.
Rupanya pengembalian kakao dan permintaan maaf belum
cukup bagi PT RSA, seminggu setelah kejadian, Nenek
Minah dipanggil pihak kepolisian. PT RSA melaporkan
perbuatan Nenek Minah kepada polisi. Kasus nenek
Minah kemudian disidangkan, dan hasil persidangan
adalah seperti apa yang sudah kita ketahui bersama. PT
RSA sendiri dalam keterangannya menjelaskan bahwa
sudah sangat sering terjadi pencurian buah kakao oleh
penduduk sekitar, sehingga penyerahan kasus tersebut ke
kepolisian diharapkan bisa memberi efek jerah bagi
pencuri kakao.
ANALISA KASUS
Menurut banyak pendapat Kisah nenek Minah ini sungguh miris,
hanya dengan mengambil beberapa buah kakao yang bernilai tidak
seberapa, seorang nenek tua harus dihukum atas perbuatan yang
sudah dia sesali. Media banyak membandingkan kisah si nenek
dengan kisah para koruptor kelas kakap yang kasus hukumnya
mandeg atau diputus bebas. Diskriminasi hukum banyak sekali
disorot oleh media terhadap kasus-kasus yang menimpa kaum
rendahan. Seolah-olah hukum yang berlaku bagi masyarakat kecil.
Menurut kami, diskriminasi hukum memang harus segera diberantas.
Hukum harus ditegakkan sama rata, orang kecil salah dihukum pun
berlaku juga untuk orang besar. Tidak boleh ada perbedaan status di
depan hukum. Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh Emile
Durkheim, dimana Durkheim menaruh perhatian besar terhadap
kaidah – kaidah hukum yang dihubungkan dengan jenis – jenis
solidaritas yang dijumpai dalam masyarakat.
Disini artinya hukum dirumuskan sebagai kaidah yang
bersanksi. Berat ringannya sanksi tergantung dari sifat
pelanggaran anggapan – anggapan serta keyakinan
masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan dan peranan
sanksi – sanksi tersebut dalam masyarakat. Terdapat dua tipe
solidaritas yang dikemukakan oleh Durkheim :
1. Solidaritas mekanis, yaitu memiliki ciri – ciri yang
didasarkan atas kesamaan atau keserupaan konsensus dan
dapat saling dipertukarkan antara yang satu dengan lainnya
yang berada dalam kelompok itu. Tidak ada kekhususan
dalam kelompok itu.
2. Solidaritas organis, didasarkan atas perbedaan – perbedaan
dan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain
dalam kelompok masyarakat.
Dan terhadap kasus nenek Minah, hendaknya dijadikan sebagai sebuah
pelajaran, bahwa mencuri adalah tetap mencuri  walau sedikit dan itu adalah
sebuah kesalahan yang harus diberikan hukuman sesuai dengan tingkat
kesalahannya. Menjadi miris memang ketika perbuatan tersebut dilakukan oleh
seorang nenek, tapi biarlah itu menjadi pelajaran berharga bagi si nenek agar
tidak berulang dikemudian hari. Dan tentu yang terpenting, kita berharap
semoga saja penerapan hukum di negeri kita menjadi lebih baik. Semua orang
diberlakukan sama didepan hukum.
Dalam penerapan hukum seperti sekarang ini , stratifikasi masyarakat lebih jelas
terlihat. Dalam arti hukum disini diibaratkan seperti jaring laba –laba. Kasus –
kasus yang kecil seperti halnya kasus nenek minah tadi dapat dikatakan sebagai
objek empuk para pencari keadilan. Sedangkan kasus – kasus besar seperti
halnya yang dilakukan oleh pejabat – pejabat negara dirasakan sangat sulit untuk
diselesaikan. Hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan solidaritas mekanis seperti
yang diharapkan oleh Durkheim. Karena disini jelas terlihat adanya perbedaan
stratifikasi masyarakat dan diskriminasi hukum terhadap masyarakat yang
berstratifikasi rendah dengan masyarakat yang berstratifikasi tinggi.
Jadi dalam hal stratifikasi mayarakat seperti ini,
seharusnya setiap lapisan masyarakat diperlakukan sama
dengan tidak membeda – bedakan status sosial di
masyarakat. Seperti halnya solidaritas mekanis yang
dikemukakan oleh Durkheim tadi. Dan terhadap kasus
nenek Minah, hendaknya dijadikan sebagai sebuah
pelajaran, bahwa mencuri adalah tetap mencuri  walau
sedikit dan itu adalah sebuah kesalahan yang harus
diberikan hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Menjadi miris memang ketika perbuatan tersebut
dilakukan oleh seorang nenek, tapi biarlah itu menjadi
pelajaran berharga bagi si nenek agar tidak berulang
dikemudian hari. Dan tentu yang terpenting, kita berharap
semoga saja penerapan hukum di negeri kita menjadi lebih
baik. Semua orang diberlakukan sama didepan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
 Rahardjo, Satjipto, Sosiologi Hukum, Yogyakarta
: Genta Publishing, 2010
 Manan, Abdul, Aspek – Aspek Pengubah Hukum,
Jakarta : Prenada Media Group, 2009
 Soekanto, Soerjono, Pokok – Pokok Sosiologi
Hukum, Jakarta : Rajawali Pers, 2009

Anda mungkin juga menyukai