PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kelangkaan tersebut dengan usaha konversi minyak tanah ke gas elpiji. Namun,
upaya tersebut tidak mengatasi kelangkaan karena gas elpiji sudah tidak terjangkau
diatasi dengan mengubah pola konsumsi energi masyarakat Indonesia dari energi
gas dan minyak tanah menjadi sumber energi yang terbarukan, misalnya energi
organik dari industri rumah tangga, dan kotoran hewan. Salah satu perkiraan
pemanfaatan kayu bakar, limbah pertanian dan tinja hewan, mencapai 60% dari
kehutanan yang ada di Indonesia terdapat dalam jumlah besar (seperti kulit kacang,
sekam padi, serbuk gergaji kayu, dan sebagainya) yang belum banyak
briket dan dikarbonisasi menjadi arang (charcoal). Sekitar 35% dari total
1
konsumsi energi nasional diperkirakan berasal dari biomassa. Energi yang
dihasilkan telah digunakan untuk berbagi tujuan antara lain untuk kebutuhan rumah
tangga (memasak dan industri rumah tangga), penggerak mesin penggiling padi,
pengering hasil pertanian dan industri kayu, pembangkit listrik pada industri kayu
Selama ini limbah serbuk kayu sebagai salah satu biomassa menimbulkan
Briket arang dari serbuk gergaji adalah salah satu alternatif. Penggunaan
briket arang sebagai bahan bakar dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil
utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket arang dapat menghemat
pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Pemanfaatan
serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan meningkatkan
selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja. Manfaat
arang ini dikelola dengan baik untuk selanjutnya briket arang dijual. Bahan
pembuatan briket arang mudah didapatkan di sekitar kita berupa serbuk kayu
gergajian. Briket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan
2
berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan
B. Tujuan
penggergajian kayu.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia saat
ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan
antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi kayu secara
lestari. Bila memerhatikan kondisi hutan alam yang makin menurun berarti makin
langkanya bahan baku kayu, serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya
satu upaya tersebut adalah dengan mengedepankan peran inovasi teknologi yang
lapis, dan pulp/kertas. Sebagian besar limbah biomassa dari industri tersebut telah
lapangan masih ada yang ditumpuk dan sebagian dibuang ke aliran sungai
(pencemaran air), atau dibakar secara langsung (berperan menambah emisi karbon
di atmosfir). Produksi total kayu gergajian Indonesia mencapai 2,6 juta m3 per
tahun. Dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang terbentuk 54,24 persen dari
4
produksi total, maka dihasilkan limbah penggergajian sebanyak1,4 juta m3 per
tahun yang merupakan jumlah cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari
menghasilkan limbah yang berupa serbuk gergaji 10,6% sebetan 25,9% dan
potongan 14,3% dengan total limbah sebesar 50,8% dari jumlah bahan baku yang
digunakan”. Hal ini menunjukkan bahwa industri kayu di Indonesia kurang efektif
karena limbah yang dihasilkan mencapai angka 50 persen, sehingga limbah tersebut
perlu diolah lebih lanjut dengan berbagai cara. Salah satu alternatif adalah dengan
Limbah kayu industri dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut.
5
1. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan berbagai
perabot kayu. Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada
plywood, MDF (Medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan
dengan skala kecil dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard
memanfaatkan limbah ini sebagai bahan tambahan pembakaran boiler di klin dry.
Sebagian juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk
industri yang lebih kecil seperti batu bata, keramik atau dapur rumah tangga.
Jenis limbah ini adalah terbanyak kedua setelah kayu dan pada
menyadari dan memahami dengan baik tentang tata cara penanganan limbah
3. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri
kayu, misalnya accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan
lain-lain. Limbah ini tidakditemukan dalam jumlah yang besar, akan tetapi masih
bekas, kain bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut danlainnya
(Susetyo, 2008).
6
Namun limbah yang akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
adalah limbah jenis pertama karena limbah tersebut dapat ditemukan dalam
jumlah besar, murah dan memiliki potensi untuk diolah sesuatu yang lebih
bernilai ekonomis.
Sumber energi utama di Indonesia hingga tahun 2003 sebagai besar berasal
dari energi fosil yang meliputi minyak bumi sebesar 54,4 persen, gas sebesar 26,5
persen, batu bara 14,1 persen, energi hidro 3,4 persen , energi geothermal 1,4
persen dan 0,2 persen dari sumber lainnya (Endah, 2008). Seperti umum
diketahui, energi dikelompokkan menjadi dua, yaitu energi terbarukan dan energi
yang tidak terbarukan. Energi fosil termasuk dalam kelompok energi yang tidak
terbarukan sehingga energi fosil tidak dapat dijadikan sebagai sumber energi utama.
meliputi hasil hutan dan limbah pengolahannya, energi cahaya, dan energi angin.
dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas, panas, dan listrik.
Teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar padat, cair dan gas, antara lain
panas yang kemudian dapat diubah menjadi energi mekanis dan listrik antara lain
7
adalah teknologi pembakaran dan gasifikasi. Sebagai negara agraris, Indonesia
kira-kira 35% dari total konsumsi energi nasional berasal dari biomassa. Energi
yang dihasilkan telah digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk kebutuhan
rumah tangga (memasak dan industri rumah tangga), penggerak mesin penggiling
padi, pengering hasil pertanian dan industri kayu, pembangkit listrik pada industri
Luas seluruh wilayah dunia adalah kira-kira 51 miliar ha. Jumlah ini
meliputi 36 miliar ha merupakan lautan dan 1,5 miliar ha tertutup es. Wilayah
daratan tersisa lebih-kurang 14 ha. Dari jumlah daratan kira-kira 45% merupakan
padang pasir dan rawa-rawa, 30% terdiri atas hutan, 15% berupa tanah pertanian
dan perkebunan, dan 10% berupa padang rumput. Menurut salah satu perkiraan
teoritis, jumlah biomassa yang dihasilkan setahun oleh seluruh dunia mencapai 75
miliar ton, atau suatu ekuivalensi dari 1.500 barrel minyak sehari (Juankan, 2008).
Pada Tabel 2 tertera data potensi energi di Indonesia termasuk sumber energi dari
biomassa.
8
Minyak 86,9 miliar 9.1 miliar barel 387 juta barel 23
barel
Gas 384,7 TSCF 185,8 TSCF 2,95 TSCF 62
Batu Bara 57 miliar 19,3 miliar ton 132juta ton 146
ton
Energi Non Fosil Sumber Ekuivalen Pemanfaatan Kapasitas
(GWh) (MW)
Hydro 845,00 mio 75,67 GW 6,851 GWh 4.200
BOE
Geothermal 219,00 mio 27,00 GW 2.593,5 GWh 800
BOE
Mikro hidro 485,75 MW 458.75 MW 84
Biomassa (arang, 49,81GW 302,40
kayu,serbuk
kayu)
Energi cahaya 4,80kWh/m2/day 8,00
Energi angin 9,29 GW 0,50
Sumber :MOEMR-2007 dalam Endah, 2008.
Keterangan :
Sumber penyediaan energi primer di Indonesia dari jenis energi fosil dari
tahun 2000 hingga 2007 cenderung menurun 2 persen hingga 2,5 persen, namun
batubara mengalami peningkatan hingga 8,1 persen dari tahun 2000 hingga 2006
lalu meningkat lagi sebesar 4,9 persen. Perubahan persentase yang fluktuatif
tersebut tidak ditemukan pada sumber energi non fosil yang cenderung stabil.
Sumber energy biomassa yang meliputi arang, kayu, juga limbah kayu memiliki
persentase 25 persen dari ketersediaan energi primer yang pada tahun 2000 lalu
menurun 2 persen di tahun 2006 menjadi 23 persen dan tidak mengalami perubahan
pada tahun 2007. Persentase ketersediaan yang cukup besar dari biomassa
9
menunjukkan bahwa biomassa dapat dijadikan sumber energi yang potensial selain
dari sumber energi fosil yang diperkirakan persentasenya akan menurun dari tahun
ke tahun seperti yang terlihat pada Tabel 3 tentang penyediaan energi primer.
Sumber Energi Tahun 2000 (%) Tahun 2006 (%) Tahun 2007 (%)
Minyak bumi 44 40.5 38
Gas bumi 19 16.5 14
Batubara 9 17.1 22
Tenaga air 2 2 2
Panas bumi 1 0.9 1
Biomassa 25 25 23
Sumber : Departemen ESDM 2008 dalam Endah 2008
Product
bahan baku atau produk baru yang bernilai ekonomis. Dalam pengelolaanya, waste
1. Reduce
serbuk kayu, serta dapat mengurangi dan mencegah kerusakan hutan akibat
2. Reuse
10
Reuse berarti penggunaan kembali. Dalam pengolahan limbah serbuk
gergaji ini maksudnya adalah menggunakan kembali serbuk gergaji menjadi bahan
3. Recycle
ini maksudnya adalah mendaur ulang serbuk gergaji menjadi produk baru, yaitu
briket arang.
Seperti telah diketahui, saat ini sedang terjadi krisis energi bahan bakar.
Saat ini minyak tanah telah langka dan harga gas LPG melonjak. Banyak rakyat
kecil yang merasa terbebani dengan adanya kenaikan harga gas LPG tersebut.
Keberadaan briket arang, diharapkan hal tersebut dapat teratasi dan mampu
Pengolahan limbah serbuk kayu menjadi briket arang sangat mudah dan
biaya produksinya murah karena bahan bakunya berasal dari limbah yang dengan
mudah dapat kita peroleh dimana-mana. Selain itu pengolahan limbah ini juga
dikelola dengan baik untuk selanjutnya dijual. Bahan pembuatan briket arang
11
5. Mampu menghemat energi
menghemat penggunaan energi. Pada tahun 1990 berdiri pabrik briket arang tanpa
perekat di Jawa Barat dan Jawa Timur yang menggunakan serbuk gergajian kayu
Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor kurang dari
7000 kal/g yaitu sebesar 6341 kal/g dan kadar karbon terikatnya sebesar 74,35 %.
pabrik briket arang dengan kapasitas sebanyak 260 kg briket arang/hari dapat
menguntungkan. Briket arang dari kayu pasar swalayan sekarang dijual dengan
Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar
maka akan dapat terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia,
sedangkan untuk dunia Karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000
diperkirakan sebanyak 1,70 x 109 m3 sehingga jumlah CO2 yang dapat dicegah
6. Eco-efisiensi
bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari
hutan. Selain itu memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuat briket arang
12
maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi
pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar
begitu saja.
E. Briket Arang
Briket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal
dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan gaya
tekan tertentu (Gustan 2004 dalam Yulizawati 2008). Sedangkan menurut Rusiman
(2008), “Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket
(penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk
keperluan sehari-hari”.
dengan cara penambahan perekat tapioka, yaitu bahan baku diarangkan terlebih
sistem hidrolik manual selanjutnya dikeringkan. Selain itu hasil penelitian Sudrajat
(1983) yang membuat briket arang dari 8 jenis kayu dengan perekat campuran pati
dan molase menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu, kerapatan briket
arangnya makin tinggi pula. Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45 sampai 1,03
g/cm3 dan nilai kalornya antara 7290 sampai 7456 kal/g. Pembuatan briket arang
yang digunakan sekarang adalah bahan baku yang digunakan sudah langsung dalam
bentuk arang serbuk sehingga proses penggilingan dan pengayakan bahan baku
13
penambahan perekat tapioka dan pengepresan seperti pembuatan briket arang
Sifat fisika dan kimia briket arang serbuk kayu sangat dipengaruhi oleh
kerapatan kayu, berat jenis kayu, kadar air bahan, dan jenis perekat yang digunakan
rata-rata kerapatan briket kayu 0,875 sampai 1,037 g/cm3, keteguhan tekanan
216,32-604,12 kg/cm2, nilai kalor sebesar 4318-4668 kal/g, kadar air antara 3,58%
sampai 6,12% dan kadar abu sebesar 1,61% sampai 3,91 %. Kayu dengan
kerapatan tinggi akan menghasilkan briket kayu dengan kerapatan yang lebih tinggi
dibandingkan kayu brendah tetapi menghasilkan kadar air dan kadar abu yang
lebih rendah. Dengan dua jenis perekat yang digunakan, perekat pati
menghasilkan briket kayu dengan kerapatan dan kadar abu yang lebih tinggi
14
III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANG
Bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktik lapangan ini yaitu
serbuk gergaji dan perekat. Sedangkan alat yang digunakan yaitu ayakan ukuran
15
Praktik lapang ini menggunakan metode observasi yakni pengamatan secara
langsung di tempat dan analisis teknis. Hasil dari praktik lapang akan disajikan
secara tabulasi dan grafik. Analisis teknis meliputi simensi briket, sifat fisik briket
(kadar air briket, sifat tidak mudah patah, laju pembakaran, kuat tekan atau
D. Cara Kerja
Cara kerja praktik lapang ini terdiri dari beberapa tahap observasi meliputi
wawancara dan pengisian kuisioner dan tahap pembuatan briket yang terdiri dari
Tahap pengarangan
lembut dan halus. Arang serbuk gergaji diayak dengan saringan ukuran
Tahap pembriketan
matahari.
1. Dimensi Briket
16
Dimensi briket yang akan dibuat adalah briket dengan bentuk silinder
dengan diameter 2 cm dan tinggi 5 cm. Briket akan dicetak menggunakan pipa
PVC kemudian akan dipres menggunakan alat penggepres dengan tekanan tertentu
Sifat fisik briket antara lain kadar air briket, sifat tidak mudah patah, laju
pembakaran, kuat tekan atau crushing test, dan berat jenis briket.
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dakam suatu bahan.
Kadar air briket menentukan kemudahan briket tersebut saat dibakar. Kadar air
KA = ………………………………………………………(1)
Keterangan :
17
Briket yang baik adalah briket yang kompak sehingga tidak mudah patah
atau hancur. Sifat tidak mudah patah dan hancur dapat diketahui dengan uji hancur
yaitu dengan menjatuhkan briket pada ketinggian 30 cm, 60 cm, dan 100 cm
(Yulizawati, 2008).
c. Laju pembakaran
bahwa laju pembakaran merupakan jumlah briket yang terbakar pada selang waktu
berikut :
LP = ……………………………………………………………….(2)
Keterangan :
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kekuatan briket atau
menggunakan alat kuat tekan yaitu load frame (2kN) dengan lima buah sampel.
18
Kerapatan suatu benda didefinisikan sebagai massa benda persatuan
volume. Dengan demikian sebuah benda yang memiliki massa (m) dengan volume
(v) maka berat jenis dapat ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut :
………………………………………………………………………(3)
Keterangan :
tahun 1990. Pengrajin kayu gergajian ini dikelola langsung oleh Pak Abbas
penggergajian Keramasan ini dimulai pada pukul 08.00 WIB dan selesai sekitar
pukul 15.00 WIB pada setiap hari Senin hingga Sabtu, namun jumlah hari kerja ini
bisa berubah sesuai dengan persediaan kayu yang diperoleh dalam satu minggu.
karet menjadi kotak buah yang akan dipasarkan di wilayah Palembang dan
permintaan produk sehingga limbah serbuk gergajian yang dihasilkan juga tidak
pasti jumlahnya.
19
Gambar 1. Lokasi penggergajian kayu Keramasan, Kertapati, Palembang
Selatan. Lokasi kerja penggergajiam kayu ini berada tepat dipinggir aliran sungai
selama kurang lebih 19 tahun. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengelolaan limbah
20
Gambar 2. Penumpukan limbah serbuk gergaji di pinggir sungai Kramasan
Jenis kayu yang diolah pada lokasi penggergajian kayu Keramasan adalah
kayu karet yang diperoleh dari beberapa tempat dari Palembang dan sekitarnya.
Kayu karet tersebut dijemur terlebih dahulu sebelum dipotong berbentuk kayu
batangan setebal kurang lebih 1,5 sampai 2 cm dan lebar antara 7 sampai 8 cm.
21
Gambar 3. Kayu karet glondongan
22
Gambar 5. Kayu karet yang telah dipotong
23
D. Sarana dan Prasarana
lapang ini antara lain, satu unit alat pemotong kayu dan sebuah mobil pick up
orang setiap hari kerja sesuai dengan banyaknya permintaan dan jumlah persediaan
kayu yang tersedia pada tiap hari kerja. Tugas yang dilakukan pekerja mulai dari
menurunkan kayu karet sebagai bahan baku produk yang dihasilkan. Menjemur
kayu, memotong kayu hingga membuat kotak buah hingga menjadi produk akhir
memesan produk.
F. Sistem Pengupahan
24
tetap. System pengupahan ini juga disebabkan oleh ketersediaan kayu yang
diperoleh pengrajian yang tidak menentu dalam tiap minggunya, sehingga jumlah
G. Keselamatan Kerja
Keramasan kurang memerhatikan keselamatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari
tidak adanya alat-alat pengaman seperti sarung tangan, masker, ataupun helm yang
sepatu Boots.
yang menghasilkan limbah tidak hanya berupa potongan kayu kecil dan serbuk
gergaji, namun juga debu halus yang tidak kasat mata yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan bagi para pekerja bila tidak menggunakan masker selama
bekerja. Para pekerja yang bertugas menurunkan kayu gelondongan dari mobil
pengangkut pun tidak menggunakan helm untuk melindungi kepala mereka dari
kemungkinan benturan dari batang kayu karet. Beberapa hal tersebut menunjukkan
bahwa para pekerja tidak mendapat jaminan keselamatn kerja atau perlindungan
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
kotoran sapi, serta air sebagai pencampur kedua bahan tersebut. Sehingga untuk
kotoran sapi. Proses pembuatan briket dalam beberapa tahapan dapat dilihat dari
26
Gambar 9. Proses penumbukan kotoran sapi yang telah dikeringkan.
27
Gambar 11. Kotoran sapi setelah dijemur dan diayak
Gambar 12. Proses pencetakan campuran serbuk gergaji, kotoran sapi dan air.
28
Gambar 13. Proses pengepresan dengan alat pengepres sederhana
B. Dimensi Briket
Briket serbuk gergaji dengan perekat kotoran sapi yang dibuat dan dianalisis
pada praktik lapang ini memiliki dimensi 4,3 cm dan ketinggian rata-rata 5 cm.
briket dicetak dengan cetakan pipa diameter 4,5 cm dan tinggi 10 cm.
29
Gambar 3. Cetakan briket
1. Kadar air
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dakam suatu bahan.
Kadar air briket menentukan kemudahan briket tersebut saat dibakar. Kadar air
KA = ………………………………………(1)
Keterangan :
Dari analisa yang dilakukan, berat basah briket sebelum proses penjemuran selama
4 hingga 6 jam dibawah terik matahari langsung dan 8 jam didiamkan pada bsuhu
ruangan adalah 40gr dengan komposisi 2 bagian serbuk gergaji dan 1 bagian
kotoran sapi yang telah dikeringkan dan telah diayak. Berat briket setelah dijemur
KA = = 42,857 %
30
Briket serbuk gergaji dengan komposisi 80 gr serbuk gergaji, 40 gr kotoran
sapi yang telah dikeringkan, dijemur, dan diayak, ditambah 300ml air (untuk 3
sifat mudah patah. Hal ini terbukti pada penjatuhan briket pada ketinggian 60 cm,
briket patah menjadi beberapa bagian dan menyerbuk, dan pada penjatuhan dari
kalor briket serbuk gergaji dengan perekat kotoran sapi adalah sebagai berikut :
Kapasitas panas : Qf = x cm sisa fase x 2,3 cal /gram = Qf cal + 2,3 cal
Nilai Kalor :C
C =
31
=
= 6247,61 cal/gram
A. Kesimpulan
1. Briket dengan komposisi 60 % serbuk gergaji dan 40% kotoran sapi yang
telah diayak serta air memiliki kadar air briket sebesar 42,857 %.
2. Briket dengan komposisi 60 % serbuk gergaji dan 40% kotoran sapi yang
telah diayak serta air, memiliki sifat tidak mudah patah yang buruk, Karen
3. Briket serbuk gergaji dan kotoran sapi dengan komposisi 60 % dan 40%
dan air, memiliki nilai kalori yang baik yaitu 6247,61 cal/gram.
B. Saran
32
1. Agar briket memiliki sifat tidak mudah patah yang baik, sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Endah, S.A. 2008. Situasi keenergian di Indoneisa. Seminar dan lokakarya Peran
Mahasiswa Teknik Pertanian dalam Menanggulangi Maslah Pangan dan
Energi Nasional, Bogor.
Juankan. 2008. Kayu Bakar dan Limbah Pertanian Sebagai Energi Alternatif.
(http://www.tentangkayu.com diunduh 12 Maret 2009).
Pareira, B.M. 2009. Pengolahan Limbah Serbuk Kayu Dengan Menerapkan Sistem
Waste To Product. (http://www.onlinebuku.com diunduh 17 Maret 2009).
33
Susetyo. 2008. Limbah dari Industri Kayu. (http://www.tentangkayu.com diunduh
12 Maret 2009)
Yulizawati. 2008. Karakteristik Fisik dan Thermal Briket Cangkang Dan Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Jurusan Teknologi Pertanian,Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya. Indralaya.(tidak dipublikasilan).
MULAI
Arang serbuk
Pengadukan bahan
gergajian yang
telah halus
dan perekat
Pencetakan briket
dengan alat
pengepres (d = 2cm t
= 5 cm)
34
Pengeringan
SELESAI
(KA = 10%)
LAMPIRAN 2. Daftar kuesioner
2. Jenis kayu apa saja yang digergaji pada industri kayu Keramasan?
7. Diolah menjadi apa saja kayu yang diperoleh pada industri gergajian
Keramasan?
35
36