Ê
Ê
c
0
1. Ôengapa manusia membutuhkan agama, dan apakah agama dapat menjadi
jalan hidup bagi mereka?
2. Benarkah manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling mulia?
3. Adakah keterkaitan (integrasi) antara ilmu dengan agama?
Ê Ê
Ê
Adapaun pengertian agama dari segi istilah banyak para pemikir yang
mendefinisikannya. Tetapi dapat disimpulkan dari semua pendapat tersebut bahwa
agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh satu generasi ke
generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia
agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang didalamnya mengandung
unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon
emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada
adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Ê
Ê
"
!#
è
aktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah
karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki
kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan dengan kata al-nafs. Allah u T
berfirman
uelain dari faktor kelemahan dan kelebihan manusia, faktor lain yang
menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam
kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu
dan bisikan setan (Qs. 12:5;17:53) sedangkan tantangan dari luar dapat berupa
rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya
ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Ôereka dengan rela mengeluarkan biaya,
tenaga dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan
yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Kita dapat
membaca ayat yang berbunyi,
³uesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah´. (Qs. Al-Anfal,83:36).
Kerana itu Tuhan menempatkan manusia sebagai makhluk yang paling mulia,
dan memberikan kepercayaan sebagai pengembang khalifah di dunia ini.
A
"
Ôanusia adalah makhluk yang memiliki akal budi iaitu makhluk yang
punya inisiatif, kreatif, berperadaban dan berkebudayaan. Nyata benar ia berbeza
dengan makhluk-makhluk lain seperti haiwan.
Ôanusia tidak demikian kerana sifatnya yang terbuka itu, dan kerana
kemampuannya untuk memakai alat-alat, manusia dapat hidup di mana-mana,
digunung atau lembah, di Khatulistiwa atau di tanah hijau yang sangat dingin itu.´
D
uebaliknya jika manusia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
sifat aslinya seperti moral, susila, sosial dan sebagainya, bererti terjadi
pelanggaran, manusia melanggar dirinya sendiri sehingga menjadi makhluk yang
paling hina.
Oleh itu tugas utama manusia yang mulia haruslah menjaga jangan sampai
darjat kemanusiaannya itu jatuh ke tingkat haiwani. Kerana itu manusia wajib
menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohani, tuntutan diri sendiri dan
tuntutan masyarakat, tuntutan hidup di dunia dan tugasnya terhadap Allah.
ü
ayat itu. Adapun di antara kelebihan-kelebihan seperti dinyatakan dalam ayat itu,
kemampuan daya berfikir, penguasaan spirituil (dalam erti agamis), mempunyai
keperibadian yang matang, mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership) yang
kesemuanya itu berlandaskan takwa kepada Allah. Ada dua fungsi khalifah yang
merupakan pencerminan sebagai pelangsung ajaran Tuhan, yaitu fungsinya
sebagai pengembang tugas peribadi dan fungsinya sebagai pengembang tugas
kemasyarakatan. Kedua fungsi tersebut tidak dapat dipandang sebagai dua otorita
yang terpisah. Keduanya hanyalah merupakan klasifikasi amaliyah yang saling
memerlukan, dan saling menjiwai. Kerana itu dalam realisasi pelaksanaannya,
terpisah dalam perbuatan tetapi juga tampak hubungan rohaniahnya. Jadi setiap
tugas yang tampaknya merupakan keperluan individu seperti solat, daripadanya
akan nampak efek kemasyarakatan (sosial) namun peranan rohaniah daripada
keajaiban itu tidak dapat dihilangkan begitu sahaja. Kepentingan sosial itu akan
hidup kalau dijiwai oleh adanya kesedaran rohaniah yang dalam, dan kesedaran
rohaniah yang dalam haruslah memancarkan keperibadian yang sosial.
Ilmu dan Agama, tidak ada yang dapat diperbandingkan satu dengan yang
lain dan keduanya tidak dapat ditempatkan pada posisi bersaing atau konflik.
Pendukung pendekatan ini menekankan bahwa permainan yang dimainkan
ilmu menguji dunia natural, sedangkan permainan agama ialah mengungkapkan
makna melampaui dunia nautral. Ilmu memusatkan perhatian segala
sesuatu terjadi di alam ini, sedangkan agama pada sesuatu itu terjadi dan
ada (eksis). Ilmu berurusan dengan sebab-sebab, sedangkan agama makna. Ilmu
berurusan dengan berbagai masalah yang dapat dipecahkan, sedangkan agama
berurusan dengan misteri yang tidak mudah dipecahkan. Ilmu berusaha menjawab
å
berbagai persoalan menyangkut cara kerja alam, sedangkan agama berurusan
dengan landasan akhir alam. Ilmu memberi perhatian kepada kebenaran partikular
sedang agama tertarik untuk menjelaskan kebenaran universal.
Ilmu dan agama mempunyai bahasa sendiri karena melayani fungsi yang
berbeda dalam kehidupan manusia, agama berurusan dengan nilai dan makna
tertinggi, sedangkan ilmu menelusuri cara benda-benda dan berurusan dengan
fakta obyektif, agama rentan dengan perubahan karena sifatnya yang deduktif,
sedangkan ilmu setiap saat bisa berubah karena sifatnya yang lebih induktif. Ilmu
dan agama adalah dua domain independen yang dapat hidup bersama sepanjang
mempertahankan "jarak aman" satu sama lain. Ilmu dan agama berada pada posisi
sejajar dan tidak saling mengintervensi satu dengan yang lain.
Dalam menyelami antara ilmu dan agama, membedakan dalam dua ranah
pencermatan, pertama dilihat dari sisi wacana akademik, dan sisi lainnya dari
hakikat hubungan.
[ acana Akademik]
Dalam wacana akademik secara umum, hubungan ilmu dan agama dapat
dibedakan dalam empat tipologi yaitu u u ,
dan
.
Dalam tipologi u u digambarkan bahwa ilmu dan agama sebagai dua entitas
yang tidak dapat dipertemukan bahkan saling berlawanan. Kebenaran ilmu
menegasikan kebenaran agama, demikian pula sebaliknya. Dalam tipologi
independensi digambarkan bahwa ilmu dan agama meskipun tidak dapat
dipertemukan namun keduanya tidak saling berlawanan. Tipologi ini dipandang
sebagai tipologi yang cukup aman, karena masing-masing menghormati otoritas
kebenaran masing-masing, sehingga tidak terjadi konflik. Namun, bagi ilmuwan
yang religius, tipe ini membingungkan dan menimbulkan keputusasaan karena
pada saat yang sama ia harus menerima dua kebenaran yang berbeda/berlawanan,
yaitu kebenaran ilmiah yang dipahami akal dan kebenaran agama yang dipahami
oleh iman.Dalam tipologi dialog digambarkan bahwa ilmu dan agama memiliki
bahasa metode dan ukuran kebenaran yang masing-masing berbeda, namun tidak
saling berlawanan bahkan saling mengisi dan menjelaskan satu sama lain.
c
Ilmu-ilmu yang muncul akibat persentuhan peradaban Islam dengan
Hellenisme pada periode Abbasiah (al-Ôa¶mun, dst) memberikan dampak yang
tidak kecil kepada bangunan intelektual tradisional Arab Islam. uemua akar
epistemologis yang semula dibangun, secara ekslusif diatas dasar prinsip-prinsip
logika bahasa Arab, harus berhadapan dengan produk intelektual Hellenisme yang
berakar dari epistemologi Platonian, Aristotelian, Pitagorian, dll. Persentuhan ini
menghasilkan ¶buah¶ yang disebut Cak Nur dengan (1) neo-platonisme islamis,
yang sering disebut falsafah; (2) scholastisisme Islam atau teologi diskursif, yang
lebih dikenal dengan kalam, serta Aristotelianisme Islam, lebih dikenal dengan
mantiq. uampai sekarang persinggungan berbagai bidang ilmu-ilmu rasional
Islam, seperti linguistik, kalam, falsafah, mantiq, diantara tiga sifat yang
diperhadapkan dengan produk intelektual Yunani: (1) Duplikat, (2) Orisinil, (3)
paralel. uejumlah argumen yang sama-sama kuat diajukan oleh ketiga kelompok
pengusung pendapat ini. dua peradaban ¶agung¶ ini mendorong para ahli sejarah
pemikiran Islam untuk memberikan tiga pandangan mengenai produk intelektual
Islam dalam.
cc
Ê Ê
1. uetiap manusia memiliki telah memiliki fitri untuk beragama, sesuai
dengan firman Allah (Qs. Al-Arah, 7:172). Dengan kata lain manusia
dituntut untuk menjalankan apa yang terkadung dalam agama. Hal ini telah
menjadikan agama sebagai jalan/pedoman hidup bagi umat manusia.
Karena dengan menjalankan perintah agama manusia dapat terhindar dari
perbuatan-perbuatan dan norma-norma yang di benci Tuhan dan dapat
menjadikan kehidupan manusia kearah yang lebih baik.
2. Ôanusia merupakan makhluk ciptaan Allah u T yang paling mulia dan
sempurna, sesuai dengan firmanNya (Qs. Al-Isra :70). Karena manusia
memiliki akal, perasaan, nurani dan bentuk tubuh yang sempurna di
bandingkan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. uelain itu manusia
mengemban tugas dari Tuhan sebagai khalifah di bumi. Itulah salah satu
alas an mengapa manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling
mulia.
3. Antara ilmu dan agama tidak dapat dipisahkan dan salng berkaitan.
alaupun ada perbedaan yang mendasar. Tatapi setiap ilmu yang
dikembangkan oleh manusia seperti sains, hukum, ekonomi dsb. Telah
dijelaskan juga oleh agama. Karena pada hakekatnya seluruh ilmu itu
adalah kekuasaan dan milik Allah u T Tuhan seluruh alam semesta.
c