Anda di halaman 1dari 2

DANIEL MANDIRI / 1507100048

UJIAN AKHIR SEMESTER BIOGEOGRAFI

1. Burung finch asal Amerika Selatan di kepulauan Galapagos menunjukkan perbedaan


dalam bentuk dan ukuran paruh bergantung pada relung/niche-nya masing-masing.
Misalnya, burung finch yang hidup di bagian bawah pohon berparuh lebih kecil dan
tebal, sedangkan yang hidup di pohon berparuh tipis dan relative lebih panjang. Apa yang
dapat anda terangkan dari studi burung finch diatas, berkaitan dengan penganekaragaman
morfologi dan tipe relung/niche.
2. Mengapa ada perbedaan dan kemiripan/similaritas pada distribusi for a dan dauna antar
system region mahluk hidup? Jelaskan dan berikan contohnya untuk melengkapi uraian
anda.

Jawaban:
1. Yang dapat saya terangkan dalam kaitannya tentang keanekaragaman morfologi dan tipe
relung adalah morfologi burung finch yang berbeda-beda dipengaruhi oleh kondisi
relung/niche-nya masing-masing. Dimana pada setiap niche/relung yang berbeda
menyediakan bahan makanan yang berbeda-beda pula. Sehingga burung finch melakukan
proses adaptasi terhadap relung/nichenya tersebut. Studi tersebut menerangkan bahwa
bentuk morfologi burung finch dapat berubah dan perubahan tersebut tidak terjadi secara
acak melainkan dipengaruhi oleh proses adaptasi yang terjadi secara terus menerus
terhadap niche/relung yang ada.
Bentuk paruh yang berbeda tersebut memungkinkan pemanfaatan sumber makanan
menjadi lebih efisien dari berbagai jenis sumber makanan. Selain itu, akibat niche/relung
yang berbeda menimbulkan berbagai perilaku adaptasi burung ketika mencari dan
mengakses sumber-sumber makanan. Perilaku tersebut memungkinkan burung finch
memiliki komponen genetik yang berbeda akibat evolusi adaptif yang terjadi. Hipotesis
tersebut menunjukkan bahwa leluhur burung finch memiliki kemampuan yang fleksibel
sehingga mampu beradaptasi dengan relung/niche baru dan berbeda yang mereka temui
di kepulauan Galapagos. Leluhur burung Finch memanfaatkan jenis makanan baru dan
mengembangkan teknik-teknik mencari pakan baru tersebut. Sehingga konfigurasi
genetik paruh mengalami perkembangan dan bervariasi akibat seleksi alam yang terjadi.
Sehingga menghasilkan reorganisasi yang cepat terhadap morfologi paruh menjadi
bentuk paruh yang baru. Hal tersebut memfasilitasi evolusi adaptasi lokal dan
memberikan kontribusi terhadap diversifikasi morfologi paruh secara keseluruhan.
2. Adanya perbedaan dan kemiripan pada distribusi flora dan fauna antar sistem region
mahluk hidup dikarenakan oleh kemampuan leluhur spesies flora dan fauna saat mereka
terdistribusi ke beberapa region yang berbeda. Sehingga mereka melakukan proses
adaptasi terhadap lingkungannya yang baru. Flora dan fauna tersebut awalnya memiliki
leluhur yang sama dimana saat fauna bermigrasi oleh karena seleksi alam (pergantian
musim, bencana alam, sumber makanan yang sedikit ataupun karena predator) dan
memperoleh region yang aman dan nyaman untuk mereka tinggali menyebabkan fauna
mengalami seleksi alam dengan cara beradaptasi terhadap kondisi yang berbeda dengan
lingkungan barunya. Hal tersebut juga berlaku bagi flora yang terdistribusi oleh bantuan
angin ataupun serangga. Fleksibilitas leluhur –lah yang menjadi penyebab perbedaan dan
kemiripan pada distribusi flora dan fauna. Tingkat fleksibilitas leluhur memungkinkan
komponen genetik yang ada pada gen leluhur berubah atau mengalami mutasi yang
berbeda-beda akibat kondisi dan pengaruh lingkungan. Mutasi tersebut akan
menyebabkan flora dan fauna mengalami perubahan baik pengurangan ataupun
penambahan komponen tubuhnya dalam menghadapi seleksi alam yang terjadi. Sehingga
ekspresi gen yang timbul akibat mutasi tersebut menyebabkan flora dan fauna antar
sistem region mengalami perbedaan dan kemiripan.
Contoh dari perbedaan dan kemiripan pada distribusi flora dan fauna juga terjadi di
Indonesia. Sebagai contoh yaitu tumbuhan Anggrek yang memiliki perbedaan dan
kemiripan di daerah Sumatera (Padang) dengan Kalimantan Timur dan Daerah Sulawesi
Tenggara dengan Irian Jaya. Dimana pada daerah Kalimantan Timur dan Sumatera
(Padang) terdapat spesies Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lind) sedangkan di
daerah Sulawesi Tenggara dengan Irian Jaya berupa Anggrek Serat (Diplocaulobium
utile Krzl.). Kedua Anggrek tersebut sama dalam suku Orchidaceae. Dimana Anggrek
Hitam memiliki ciri-ciri yang mirip dengan Anggrek Serat yaitu umbi semu, daun
kelopak berbentuk lanset dan daun mahkota juga lancip namun berbeda pada warnanya
yaitu kekuningan pada Anggrek Serat dan hijau muda pada Anggrek Hitam. Selain itu,
karena lingkungan yang berbeda menyebabkan Anggrek mengalami mutasi dan
beradaptasi terhadap lingkungannya yang berbeda. Dimana pada Anggrek Hitam terdapat
di daerah teduh dan umumnya tumbuh didataran rendah pada pohon-pohon tua dekat
sungai-sungai di hutan basah. Sedangkan Anggrek Serat pada kondisi lingkungan di
daerah panas dengan ketinggian antara 0 - 150 m dpl. Kondisi ekologi yang berbeda
itulah yang menyebabkan spesiasi jenis Anggrek di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai