1. Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik.
Sedangkan jenis hidrokarbon yang dapat didegradasi oleh mikroba yaitu :
a. Hidrokarbon Alifatik
Mikroorganisme pedegradasi hidrokarbon rantai lurus dalam minyak bumi ini jumlahnya relatif kecil
dibanding mikroba pendegradasi hidrokarbon aromatik. Di antaranya adalah Nocardia,
Pseudomonas, Mycobacterium, khamir tertentu, dan jamur. Mikroorganisme ini menggunakan
hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan
proses aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi oleh
mikroba (sebagai pengecualian adalah bakteri pereduksi sulfat). Langkah pendegradasian
hidrokarbon alifatik jenuh oleh mikroorganisme meliputi oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber
reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi.
b. Hidrokarbon Aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh mikroorganisme seperti
bakteri dari genus Pseudomonas. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan
pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan
dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi senyawa yang dapat masuk
ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat (Hamid, 2010).
2. Terkait dengan alternatif penggunaan jenis spesies serangga jenis khusus, mekanisme ilmiah yang
terjadi pada serangga sehingga dapat mengatasi pencemaran minyak di permukaan kemungkinan
serangga dapat melakukan mekanisme dalam mengatasi pencemaran minyak disebabkan oleh
karena kandungan hidrokarbon yang terdapat di dalam tumpahan minyak. Hidrokarbon sendiri
merupakan salah satu bagian dari komposisi insektisida. Namun serangga memiliki mekanisme gen
yang dapat menetralisir pengaruh hidrokarbon di dalam tubuhnya sehingga resisten terhadap
insektisida. Kemungkinan serangga yang digunakan dalam proses dari studi kasus Laut Timor
merupakan serangga air yang sudah resisten terhadap kandungan hidrokarbon tertentu. Mekanisme
masuknya hidrokarbon dimulai saat terjadi kontak sehingga kandungan hidrokarbon masuk ke dalam
tubuh serangga dan melalui proses metabolismenya yang sudah resisten terhadap hidrokarbon maka
komposisi berbahaya tersebut dapat dinetralkan.
Mekanisme resistensi umumnya merupakan gabungan faktor-faktor penyebab (yaitu
biokemis, fisiologis dan perilaku). Semakin spesifik suatu insektisida, semakin mudah terjadi
resistensi. Dari sini, maka serangga yang digunakan pun memiliki kesamaan pada proses mikroba
dimana resistensinya spesifik terhadap komposisi hidrokarbon tertentu. Mekanisme biokemis:
Perubahan "action site" (target)
- Enzim yang berubah sehingga Asetilkholinesterase serangga strain R mengalami resistensi
terhadap OP atau karbamat karena menurunnya affinitas AChE terhadap inhibitor-inhibitornya
(konstanta dissosiasinya meningkat).
- Reseptor yang berubah. Perubahan pada situs pengenal konvulsan reseptor GABA-
ionofor khlorida: siklodien berkhlor, resistensi silang dengan alpha siano piretroid.
- Metabolisme yang berubah
- DDT dehydrochlorinase, menghasilkan produk (DDE) yang tidak beracun. Dijumpai pada
berbagai jaringan serangga resisten, sebagai pelindung terhadap akumulasi DDT. Banyak dikaji pada
lalat rumah. Enzim juga terinduksi oleh siklodien, fungsinya yang lain tidak diketahui.
- MFO, dihambat oleh MDP. Diinduksi oleh karbamat, beberapa OP dan piretroid. Resistensi
silang terhadap JH dan JHM.
- Hidrolase: fosfatase, menimbulkan resistensi terhadap fosfat; karboksilesterase, resistensi
terhadap malathion; karboksilamidase, resistensi terhadap dimethoate. Kedua tipe resistensi ini
dapat diatasi dengan EPN, fenil saligenin c-fosfat dan DEF.
- Glutathion S-transferase, peningkatan aktivitas enzym atau aras GSH. Lebih banyak
mengubah 0,0-dimetilfosfat dibanding derivat-derivat alkil lain yang lebih tinggi. Tidak ada
penghambatnya yang spesifik.
- Lintas situs pada suatu reseptor toksikan. Resistensi terhadap HCN dengan menggunakan
flavoprotein yang tak sensitif terhadap HCN untuk menghindari oksidase sitokhrom yang peka
terhadap HCN.
- Resistensi karena gen kdr (knock-down resistance). Resistensi terhadap DDT dan piretroid
nonsian. Terdapat bukti-bukti elektrofisiologis. Mekanisme kdr bertindak pada tingkat neuron
dengan cara menurunkan sensitivitas syaraf terhadap toksikan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Bambang. 2010. Teknologi Pembersih Laut Asli Indonesia. http://www.kompas.com,
diakses pada tanggal 23 November 2010 pukul 13.00 WIB.
Dora, Dayu R.T., 2010. Peran Mikroba dalam Pengolahan Limbah Lingkungan. Universitas
Negeri Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi.
Hamid, Mustofa. 2010. Degradasi Minyak Bumi via “Tangan” Mikroorganisme. Excel Group.
BPH Masjid Al—Was’I Unila. Bandar Lampung.
Iwabuchi, T.& S. Harayama. 1997. Biochemical and Genetic Characterization of 2-
Carboxybenzaldehyde Dehydrogenase, an Enzyme Involved in Phenanthrene Degradation by
Nocardioides sp. Strain KP7. J. Bacteriology. 179: 6488-6494.
Nugroho, Astri. 2007. Dinamika populasi Konsorsium Bakteri Hidrokarbonoklastik : Studi kasus
Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi Skala Laboratorium. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan. Universitas Trisakti.
Setyamukti, Glandys. 2003. Degradasi Berbagai Jenis minyak Bumi di Tanah dengan
Menggunakan Bakteri Petrofilik Lokal dan Chicken Manure. Perpustakaan Departemen Teknik
Lingkungan. ITB. Bandung.