Anda di halaman 1dari 4

4.

Perempuan dan Konflik Bersenjata

Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami banyak bencana baik karena
bencana alam maupun bencana akibat konflik sosial yang menimbulkan dampak yang
mengganggu bagi pengembangan penduduk sebagai sumber daya pembangunan.
Dibandingkan dengan bencana alam, pada umumnya bencana akibat ulah manusia
mempunyai dampak lebih luas dan jangka panjang. Kerusuhan sosial yang terjadi di
suatu tempat, dapat menyebabkan penduduk harus tinggal di pengungsian yang asing
di luar daerahnya, yang memberikan dampak pada kesehatan jiwa dari adanya trauma
karena kerusuhan, timbulnya perasaan kehilangan dan penderitaan akibat tiadanya
tempat tinggal serta tiadanya kepastian masa depan bagi mereka dan anak-anaknya.
Dampak psikososial akibat bencana dapat terjadi pada tingkatan yang berbeda
yaitu pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. Adapun gejala umum sebagai
dampak dari bencana dan konflik yang berlanjut dengan kerusuhan/kekerasan adalah
timbulnya dampak fisik dan dampak psikologis (yang bersifat akut maupun kronis),
dampak sosial, dampak ekonomi dan keamanan.

Dampak
yang terjadi antara lain memburuknya hubungan antara anggota keluarga (ayah-ibu-
anak) yang terjadi sejak berada di pengungsian, meningkatnya kriminalitas, protitusi,
ketergantungan alkohol, NAFZA, pengangguran, anak putus sekolah, memburuknya
kehidupan ekonomi serta munculnya masalah emosional dan perilaku yang tidak
konstruktif. Masalah psikososial yang menonjol antara lain adalah:
1. Berbagai bentuk keluhan psikologik dan gangguan psikiatrik yang berhubungan
dengan pengalaman trauma, seperti: stres pasca trauma, depresi, anxietas dan
berbagai gejala psikosomatik.
2. Kekerasan domestik yang dilaporkan sebagai perilaku agresif di dalam kehidupan
keluarga, seperti perlakuan kasar dan pemukulan isteri oleh suami atau anak oleh
orangtuanya.
3. Perlakuan salah terhadap anak (child abuse), melibatkan anak dalam konflik
(penyanderaan anak), perlakuan kasar terhadap anak dan anak terlibat sebagai
buruh kasar atau menjadi anak jalanan.
4. Penyalahgunaan alkohol, minuman keras.
5. Perilaku agresif, perkelahian antar sesama pengungsi ataupun antar pengungsi
dengan penduduk setempat.
6. Masalah psikososial lainnya: problem belajar, kenakalan anak dan remaja,
problem ekonomi, sikap pesimis dan kecenderungan ketergantungan terhadap
bantuan.

Kondisi Kejiwaan Pascabencana


Pada situasi emergency (kedaruratan) pascabencana alam yang katastrofis, 80 %
survivor akan mengalami reaksi stres akut, bingung, sedih, dan lain-lain yang
merupakan reaksi normal pada situasi abnormal. Sebuah penelitian berjudul “Survey
on the Magnitude of Mental Health Problems in Aceh- Nias” yang dilakukan
Irmansyah dkk dari Departemen Psikiatri FKUI menyimpulkan sebagai berikut:

Problem kesehatan jiwa di antara internal displaced person (IDPs) jelas signifikan
pada orang dewasa dan anak-anak,
Perempuan mempunyai kecenderungan untuk mengalami problem kejiwaan,
Partisipan dari Aceh dan Nias cenderung lebih mempunyai daya tahan (resilient)
dibandingkan dari Jakarta,
IDPs yang tinggal di rumah-rumah mempunyai problem yang sama dengan IDPs
yang tinggal di pengungsian atau barak.

Trauma konseling sangat diperlukan untuk membantu korban menata kestabilan


emosi, dapat menerima kenyataan hidup, berpikir realistik dan menemukan kembali
rasa percaya diri guna mengembangkan spirit hidup yang kuat di mana dengan
dukungan lingkungan diharapkan mampu memecahkan masalah secara kreatif.
Konseling trauma secara individual ditujukan untuk mereka yang tingkat stres dan
depresinya berat, sementara bagi yang beban psikologisnya masih pada derajat sedang
dapat dilakukan dengan pendekatan kelompok yang diharapkan dapat menjadi wahana
untuk saling membantu keluar dari kesulitan.
Pemberdayaan perempuan di daerah pasca konflik dalam bentuk penguatan
ekonomi perempuan yang dipadukan dengan trauma konseling, dimaksudkan dapat
memberikan dampak sinergis bagi pemulihan kesehatan psikis dan psikososial
perempuan dan sekaligus memberikan pendapatan bagi keluarga. Kembali pulihnya
kesehatan dan tumbuhnya usaha ekonomi keluarga diharapkan meningkatkan
ketahanan keluarga yang secara kolektif akan menyumbang pada peningkatan rasa
aman di masyarakat. Pemberdayaan ekonomi perempuan dalam keluarga
dimaksudkan agar mereka yang menjadi orang tua tunggal (akibat konflik) dapat
memperoleh pendapatan bagi kehidupan keluarga, disamping sudah terbukti bahwa
secara umum pendapatan perempuan cenderung dimanfaatkan untuk pendidikan dan
kesehatan anak dan keluarga.
Pemberdayaan perempuan di daerah pasca konflik dalam bentuk penguatan
ekonomi perempuan yang dipadukan dengan trauma konseling, telah dapat
memberikan dampak sinergis bagi pemulihan kesehatan psikis dan psikososial
perempuan dan sekaligus memberikan pendapatan bagi keluarga. Kembali pulihnya
kesehatan dan tumbuhnya usaha ekonomi keluarga telah meningkatkan ketahanan
keluarga yang secara kolektif akan menyumbang pada peningkatan rasa aman
masyarakat di daerah pasca konflik. Pemberdayaan ekonomi perempuan dalam
keluarga khususnya bagi mereka yang menjadi orang tua tunggal (akibat konflik)
telah membantu keluarga yang bersangkutan memperoleh pendapatan untuk
menopang kehidupan keluarga. Pemberdayaan ekonomi keluarga melalui perempuan,
juga telah terbukti bahwa secara umum pendapatan tersebut cenderung dimanfaatkan
untuk pendidikan dan kesehatan anak serta keluarga.
Pendidikan (melalui pendampingan), layanan kesehatan dan pemberdayaan
ekonomi keluarga yang diberikan secara terintegrasi, terbukti telah menimbulkan
dampak sinergis yang positif bagi pemulihan kesehatan dan peningkatan
kesejahteraan dan ketahanan keluarga di daerah pasca konflik. Perempuan yang telah
pulih kembali hubungan sosialnya dan telah secara nyata mampu menunjang
kehidupan keluarga, sangat patut diduga mempunyai andil yang besar dalam
meredakan dan mengurangi berbagai faktor yang dapat mengganggu ketahanan
keluarga. Para suami dan remaja laki-laki yang biasanya lebih mudah terbakar emosi,
melihat kondisi keluarga yang tenang dan damai akan mempengaruhi sikap dan
perilakunya sehingga mereka menjadi tidak mudah terpancing dan terlibat dengan
konflik yang berakibat pada tindak kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai