Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami banyak bencana baik karena
bencana alam maupun bencana akibat konflik sosial yang menimbulkan dampak yang
mengganggu bagi pengembangan penduduk sebagai sumber daya pembangunan.
Dibandingkan dengan bencana alam, pada umumnya bencana akibat ulah manusia
mempunyai dampak lebih luas dan jangka panjang. Kerusuhan sosial yang terjadi di
suatu tempat, dapat menyebabkan penduduk harus tinggal di pengungsian yang asing
di luar daerahnya, yang memberikan dampak pada kesehatan jiwa dari adanya trauma
karena kerusuhan, timbulnya perasaan kehilangan dan penderitaan akibat tiadanya
tempat tinggal serta tiadanya kepastian masa depan bagi mereka dan anak-anaknya.
Dampak psikososial akibat bencana dapat terjadi pada tingkatan yang berbeda
yaitu pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. Adapun gejala umum sebagai
dampak dari bencana dan konflik yang berlanjut dengan kerusuhan/kekerasan adalah
timbulnya dampak fisik dan dampak psikologis (yang bersifat akut maupun kronis),
dampak sosial, dampak ekonomi dan keamanan.
Dampak
yang terjadi antara lain memburuknya hubungan antara anggota keluarga (ayah-ibu-
anak) yang terjadi sejak berada di pengungsian, meningkatnya kriminalitas, protitusi,
ketergantungan alkohol, NAFZA, pengangguran, anak putus sekolah, memburuknya
kehidupan ekonomi serta munculnya masalah emosional dan perilaku yang tidak
konstruktif. Masalah psikososial yang menonjol antara lain adalah:
1. Berbagai bentuk keluhan psikologik dan gangguan psikiatrik yang berhubungan
dengan pengalaman trauma, seperti: stres pasca trauma, depresi, anxietas dan
berbagai gejala psikosomatik.
2. Kekerasan domestik yang dilaporkan sebagai perilaku agresif di dalam kehidupan
keluarga, seperti perlakuan kasar dan pemukulan isteri oleh suami atau anak oleh
orangtuanya.
3. Perlakuan salah terhadap anak (child abuse), melibatkan anak dalam konflik
(penyanderaan anak), perlakuan kasar terhadap anak dan anak terlibat sebagai
buruh kasar atau menjadi anak jalanan.
4. Penyalahgunaan alkohol, minuman keras.
5. Perilaku agresif, perkelahian antar sesama pengungsi ataupun antar pengungsi
dengan penduduk setempat.
6. Masalah psikososial lainnya: problem belajar, kenakalan anak dan remaja,
problem ekonomi, sikap pesimis dan kecenderungan ketergantungan terhadap
bantuan.
Problem kesehatan jiwa di antara internal displaced person (IDPs) jelas signifikan
pada orang dewasa dan anak-anak,
Perempuan mempunyai kecenderungan untuk mengalami problem kejiwaan,
Partisipan dari Aceh dan Nias cenderung lebih mempunyai daya tahan (resilient)
dibandingkan dari Jakarta,
IDPs yang tinggal di rumah-rumah mempunyai problem yang sama dengan IDPs
yang tinggal di pengungsian atau barak.