Anda di halaman 1dari 13

Taat dan Patuh Terhadap Ajaran Agama

Nama Kelompok :

Adhyatma Prawira Nata Kusuma (1)

Adi Suryadinata Dewa Komang (2)

Ady Tantera Arsana (3)

Alex Darmawan Winoto (4)

Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

SMA Negeri 1 Singaraja

Tahun Ajaran 2010-2011


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara majemuk dengan berbagai agama, suku bangsa dan ras.
Keberadaan Indonesia sebagai Negara multicultural ini pula yang membuat Indonesia kaya
akan sumber-sumber budaya. Baik itu budaya yang berdasarkan agama maupun kebudayaan
local yang ada di setiap daerah di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia terkenal
di mancanegara apalagi ditunjang dengan demokrasi serta integritas antar umat beragama
yang terjaga dengan baik.

Namun belakangan ini keadaan justru menampilkan realita yang bertolak belakang
dengan paparan yang sering diagungagungkan diatas. Percekcokan antar agama yang sering
kali menimbulkan kecemburuan social di masyarakat acap kali berujung pada pertikaian antar
agama. Padahal hal ini jelas bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.

Penggunaan dalih agama sebagai tameng kepentingan pribadi jelas bukanlah suatu
kegiatan yang terpuji. Setiap agama pastilah mengajarkan kebaikan-kebaikan yang
seharusnya ditaati dan dipatuhi sebagai awal dasar utama contoh keyakinan dan kepatuhan
pada Tuhan Yang Maha Esa.

Hal-hal yang dapat menyebabkan api-api perpecahan jelaslah harus segera


dihindarkan. Kesadaran akan taat dan patuh terhadap ajaran agama sudah seharusnya diamini
dengan kerjasama antar umat beragama dan penampilan diri sebagai umat yang taat dan
patuh terhadap Tuhan yang Maha Esa sehingga bisa terjadi keharmonisan antar umat
beragama di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok kami dapat membuat beberapa
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Apa Penfertian Taat dan patuh Terhadap ajaran agama?
2. Bagaimana Implementasi Agama sebagai wahyu Tuhan?
3. Bagaimana penerapan kerjasama antar umat beragama?
4. Apa saja yang dapat dilakukan untuk menampilkan diri sebagai umat yang taat
dan patuh terhadap ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah kami paparkan diatas, maka dapat dijelaskan
tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui pengertian taat dan patuh terhadap ajaran agama
2. Untuk mengetahui implementasi ajaran agama sebagai wahyu Tuhan
3. Untuk mengetahui penerapan kerjasama antar umat beragama
4. Untuk mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk menampilkan diri
sebagai umat yang patuh dan taat beragama di dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Taat dan Patuh Terhadap Ajaran Agama

Taat dan patuh dapat diartikan sebagai disiplin, tertib, dan teratur. Umat yang taat dan
patuh terhadap ajaran agamanya, berarti umat yang secara disiplin, tertib, dan teratur
menjalankan ibadah dan menjalankan Takwa. Takwa terhadap ajaran agama sendiri berarti
menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Menjalankan
perintahnya seperti sembahyang 3 kali sehari bagi umat hindu, sholat lima waktu bagi umat
islam, dan menjauhi larangan-larangan-Nya seperti mencuri, memperkosa, dan lain
sebagainya.

Di Indonesia, setiap penduduk mendapatkan jaminan hokum dalam menjalankan


ajaran agama termasuk di dalamnya menganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. UUD 1945 telah dengan tegas mengatur hal tersebut. Bahkan pembukaan UUD
1945 alinea ke III telah mengakui bahwa kemerdekaan Negara republic Indonesia adalah
berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Pada Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 telah dengan jelas
menyebutkan bahwa Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Pada pasal 29
ayat 2 telah diatur mengenai jaminan kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
dan kepercayaan masing-masing.

Pembangunan dalam bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
telah memantapkan kerangka landasan pembangunan di bidang spiritual seperti :

 Pembinaan ajaran agama di Lingkungan keluarga (pengajaran nilai-nilai


spiritual di lingkungan keluarga)
 Pembinaan ajaran agama di Lingkungan Sekolah (bersembahyang di awal dan
akhir pelajaran)

Tata nilai kehidupan beragama telah makin berkembang seiring jaman. Hal ini
dimaksudkan agar para umat makin mendalami ajaran-ajaran agama dan makin mempertebal
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar meningkatkan daya tahan terhadap berbagai
ujian serta dampak negative dari Modernisasi.

Wawasan dan pengertian luas mengenai ajaran agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa dapat sebagai motivator dan Dinamisator kemajuan. Orientasi
keagamaan yang semakin luasdan berkembang menyentuh semua aspek kehidupan bangsa,
khusunya yang berkaitan dengan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diantaranya
meliputi :

 Terciptanya suasana kehidupan bidang beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan


yang Maha Esa yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan serta penuh kerukunan
antar umat beragama.
 Semakin kuatnya landasan spiritual,moral, dan etika bangsa yang tercermin dalam
suasana kehidupan yang harmonis, selaras, dan serasi, sehingga dapat mewujudkan
persatuan dan kesatuan.

Dalam rangka lebih memantapkan penanaman ajaran agama agar lebih ditaati dan
dipatuhi oleh para pemeluknya serta tidak mudah diombang-ambing, diprovokasi oleh orang
yang tidak bertanggung jawab kea rah yang sesat, maka ditetapkanlah berbagai sasaran-
sasaran. Contohnya adalah peristiwa bom Bali. Hal ini jelas tidak bisa ditolerir. Apalagi di
dunia ini tidak ada satu agama pun yang mengajarkan umatnya untuk membunuh satu sama
lain.

Dalam Rangka untuk mencapai sasaran diatas, maka tantangan yang harus dihadapi
diantaranya:

 Belum optimalnya pendayagunaan potensi berbagai organisasi dan lembaga


kemasyarakatan yang ada.
 Perlu ditingkatkannya kualitas pengajaran dan pendidikan agama.
 Masih terdapat kesulitan dalam membina penganut kepercayaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa agar tidak bersifat tertutup.
 Kekurang mampuan untuk mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama yang dianutnya.
 Terlalu mudah pindah agama karena berbagai alasan.

Penataan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esayang
harmonis hendaknya dapat menumbuhkan :

a) Semakin meningkatnya keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


b) Meningkatnya kerukunan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap tuhan yang
maha Esa.
c) Meningkatnya peran serta umat dalam pembangunan agama melalui pendidikan di
lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
d) Kesadaran umat semakin tinggi akan swadaya dalam pembangunan rumah Ibadah.

2.2 Ajaran Agama Sebagai Wahyu Tuhan

Semua agama meyakini dan mempercayai adanya tuhan, dan meyakini pula bahwa
ajarannya bersumber dari tuhan itu sendiri. Oleh karena itulah kita tidak boleh menjelek-
jelekkan ataupun melecehkan suatu agama tertentu. Hal itu juga disebabkan karena agama-
agama di Indonesia memiliki berbagai kesamaan seperti kitab suci, tempat ibadah, dan hari-
hari besar keagamaan.
Apabila kita mengkaji fungsi agama secara umum bagi kehidupan manusia yang
mana ajaran agama itu diyakini merupakan wahyu tuhan. Maka ajaran agama dapat berfungsi
sebagaia berikut :
1. Motivatif ; Mendorong manusia untuk memilih yang baik, benar dan menghindarkan
diri dari yang buruk dan salah
2. Kreatif dan Inovatif ; Mendorong manusia untuk berkreasi dan melakukan
pembaharuan opada diri dan lingkungannya.
3. Integratif ; Keyakinan yang utuh terhadap kebenaran ajaran agama sebagai wahyu
tuhan yang tercermin dalam tingkah laku yang baik dan benar.
4. Transpormatif dan Sublimatif ; yakni mampu mengubah sikap dan perilaku ke arah
kebajikan sesuai dengan ajaran agama sehingga dapat terwujud, pikiran,perkataan,
serta perbuatan yang baik dan benar.
5. Inspiratif dan edukatif ; sebagai inspiratif berarti mengilhami seseorang bahwa
perbuatan baik akan menghasilkan karma yang baik pula. Sebagai edukatif berarti
adanya kesadaran yang mendorong untuk melakukan proses pembelajaran dan
pendidikan diri sendiri agar tercapai kebahagiaan hidup.
2.3 Kerjasama antar umat beragama

Agama yang dianut oleh masyarakat tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan
spiritual semata dalam hidup, tetapi juga sebgai sumber dari kbenaran. Melalui agama akan
ditemukan kebenaran yang diyakini oleh masing-masing pemeluknya.

Pemeluk setiap agama mempercayai kebenaran yang dibawa oelh masing-masing


agamanya sebagai kebenaran mutlak. Dengan dasar pengertian beginilah para penganut
agama itu bisa mempertahanakan kemurnian agamanya dan juga dengan itu pula mereka
memajukan dan membanggakan agama tersebut.

Ditinjau dari aspek itu, tampaknya kemutlakan kebenaran agama yang dianut
seseorang itu pula yang menyebabkan tibulnya gejala lain yakni sikap fanatisme. Masing-
masing penganut agama mendakwahkan bawhawa ajaran yang dibawa oleh agamanyalah
yang benar, sehingga mereka mengemban tugas kecil di mana kebenaran agam tersebut perlu
disampaikan dan disebarluaskan pada orang yang seiman. Sikap fanatisme inilah yang
terkadang menimbulkan ketegangan-ketegangan antara satu penganut agama dengan agama
lainnya.

Tidak satupun dari agama itu yang bertujuan merusak kehidupan masyarakat. Agama
itu mengajarkan supaya pemeluknya hidup saling tolong-menolong, Bantu-membantu atau
bekerjasama satu sama lain dan saling mencintai dan mengasihi. Kerukunan hidup and
kerjasama umat beragama tidak akan mungkin lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tak
peduli atas hak dan perasaan orang lain. Menyadari hal ini pemerintah berusaha menjaga
kerukunan hidup antar umat beragama itu dan memeliharanya dengan baik. Oleh karena itu
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nyalah, kita memiliki
dasar dan falsafah Negara mantp, Pancasila. Sebab dengan Pancasila, bangsa Indonesia tetap
dalam kesatuan dan persatuan yang utuh, dalam keyakinan yang satu, yaitu satu nusa, satu
bangsa, satu bahasa. Atas dasar keyakinan itulah kita dapat menjaga dan memelihara
kerukunan hidup antar umat beragama. Kerukunan seperti inilah yang mengherankan ahli
sejarah Inggris Anold I. Toynbe di mana dia menyatakan bahwa: “Sungguhpun negeri ini
berhadapan dengan berbagai persoalan dan kesulitan dengan masyarakatnya yang serba aneka
namun selalu bebas dari salah satu kebatilan umat manusia, yakni sengketa agama.”

Kerukunan hidup beragama adalah kndisi sosial dimana semua pemeluk agama bisa
hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing, hidup sebagai pemeluk
agama yang baik dalam keadaan rukun dan damai. Kerukunan seperti ini bukan sekedar
terciptanya keadaan dimana tidak ada pertentangan antar umat beragama dengan umat
beragama dan umat-umat beragama dengan pemerintah.

Wujud sikap pengendalian diri dari umat beragama sebagai berikut:

1. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.


2. Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain.
3. Selalu siap bekerjasama dalam berbagai bidang kehidupan walaupun berbeda agama

Usaha untuk mewejudkan satu lembaga yang dapat mempertemukan semua unsur
agama yang ada di Indonesia telah dirintis pemerintah sejak tahun 1967 yaitu ketika diadakan
Musyawarah Antar Umat Beragama di Jakarta pada tanggal 30 Nopember 1967.

Ada beberapa hasil penting dalam upaya menciptakan kerukunan umat beragama ini yaitu:

1. Bahwa Majeli-majelis agmaa yang ada di Indoensia yaitu Majelis Ulama Indonesia,
Dewan Gereja gereja Indonesia, Majelis agung wali gereja, Parisada Hindu Dharma
Indonesia, Perwalian Umat Buddha Indonesia, sependapat untuk meningkatkan
kerjasama dalam pembinaan kerukunan hidup di antara umat beragama.
2. Untuk meningkatkan pembinaan kerukunan hidup di antara umat beragama
diperlukan adanya suatu wadah musyawarah, suatu forum konsultasi dan komunikasi
antar Pimpinan-pimpinan Agama di Indonesia.
3. Wadah musyawarah, forum konsultasi dan komunikasi ini dihadiri oleh wakil-wakil
Majelis Agama dan wakil-wakil Departemen Agama.
Faktor-faktor pendukung terwujudnya kerukunan antar umat beragama:

1. Sifat dan ciri bagsa Indonesia yang toleran


2. Adanya asas konstitusional formal (UUD) sebagai pengatur tingkah laku hidup
bermasyarakat.
Kehidupan yang beraneka ragam seperti tersebut di atas tidak menghalangi kesatuan
pendpat dalam menerima kenyataan sebagai bangsa yang satu, bernegara satu dan
berpemerintahan satu, hal ini semakin diperkokoh oleh landasan konstitusional yang telah
disepakati bersama antara lain Alinea ke3 dan 4 pembukaan UUD 1945 serta pasal 29 UUD
1945
2.4 Menampilkan Diri Sebagai Umat yang Taat dan Patuh terhadap Ajaran Agama
dalam Kehidupan Sehari-hari

Ketaatan dan kepatuhan terhadap norma-norma agama yang berlaku hendaknya


dilakukan di setiap lingkungan kehidupan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Hal yang harus kita perhatikan dalam pengalam terhadap Tuhan yang mahaesa adalah:

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap ajaran


ketuhanan yang maha esa.
2. Masyarakat Indonesia percaya akan ajaran TYME sesuai atas dasar kemanusiaan
3. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sam dengan umat agama lain
4. Membina kerukunan umat beragama
5. Menghormati sikap bebas menjalankan ibadah sesuai kepercayaan
6. Tidak memaksakan ajaran agamanya kepada orang lain.

2.5 Tambahan Kelompok

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-
agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap
apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan


keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang
luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,
Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan
cara menghambakan diri , yaitu :

 menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari
Tuhan
 menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Berdasarkan cara beragamanya :

1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya
nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat
dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi
bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan
ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau
masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan
tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah
cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain
agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi
hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu
dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau
formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan)
dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran
agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu
dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran
asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam,
Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah
Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka.
Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan
tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang
mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi,
Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.

Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang


No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam penjelasannya
pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk
Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun
demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu
perkembangan agama-agama tersebut.

Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak
resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan)
Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya
menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada
masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-
undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.

Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan
Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.
Daftar agama-agama

Penyebaran agama di dunia

 Alluk Todoo
 Baha'i
 Buddha
 Druze
 Hindu
 Islam
 Jainisme
 Kaharingan
 Katolik
 Kejawen
 Konfusianisme
 Kristen Ortodoks
 Marapu
 Mormonisme
 Parmalim
 Protestan
 Raelianisme
 Saintologi
 Shito
 Sikh
 Taoisme
 Tollotang
 Yahudi
 Zoroastrianisme

Agama-Agama Utama Dunia

1. Kekristenan 4,637 - 4,985 miliar


2. Islam 1,5 - 1,55 miliar
3. Non-Adherent (Sekular/Atheis/Tidak Beragama/Agnostik/Tidak Atheis) 1,1 miliar
4. Hinduisme 700 - 750 juta
5. Kepercayaan tradisional Tionghoa 394 juta
6. Buddhise 450 juta - 1 miliar
7. Paganisme 300 juta
8. Tradisi Afrika dan diasporik (tanah air) 100 juta
9. Sikhisme 23 juta
10. Juche 19 juta
11. Spiritisme 15 juta
12. Yudaisme 14 juta
13. Baha'i 7 juta
14. Saksi-Saksi Yehuwa 6,5 juta
15. Jainisme 4,2 juta
16. Shinto 4 juta
17. Cao Dai 4 juta
18. Zoroastrianisme 2,6 juta
19. Tenrikyo 2 juta
20. Neo-Paganisme 1 juta
21. Unitarian Universalisme 800 ribu
22. Gerakan Rastafari 600 ribu

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal Ukk FO
    Soal Ukk FO
    Dokumen1 halaman
    Soal Ukk FO
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • Testis 2014
    Testis 2014
    Dokumen10 halaman
    Testis 2014
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • Frase Dan Klausa
    Frase Dan Klausa
    Dokumen2 halaman
    Frase Dan Klausa
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • Calon Bupati - NoEditV1
    Calon Bupati - NoEditV1
    Dokumen7 halaman
    Calon Bupati - NoEditV1
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • Wisata Alam
    Wisata Alam
    Dokumen2 halaman
    Wisata Alam
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • Simak Ui 2009 Matipa
    Simak Ui 2009 Matipa
    Dokumen9 halaman
    Simak Ui 2009 Matipa
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • DESA DAUH PURI
    DESA DAUH PURI
    Dokumen1 halaman
    DESA DAUH PURI
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat
  • SejarahBatur Edit
    SejarahBatur Edit
    Dokumen11 halaman
    SejarahBatur Edit
    Dewa Komang Adi Suryadinata
    Belum ada peringkat