Nama Kelompok :
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara majemuk dengan berbagai agama, suku bangsa dan ras.
Keberadaan Indonesia sebagai Negara multicultural ini pula yang membuat Indonesia kaya
akan sumber-sumber budaya. Baik itu budaya yang berdasarkan agama maupun kebudayaan
local yang ada di setiap daerah di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia terkenal
di mancanegara apalagi ditunjang dengan demokrasi serta integritas antar umat beragama
yang terjaga dengan baik.
Namun belakangan ini keadaan justru menampilkan realita yang bertolak belakang
dengan paparan yang sering diagungagungkan diatas. Percekcokan antar agama yang sering
kali menimbulkan kecemburuan social di masyarakat acap kali berujung pada pertikaian antar
agama. Padahal hal ini jelas bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.
Penggunaan dalih agama sebagai tameng kepentingan pribadi jelas bukanlah suatu
kegiatan yang terpuji. Setiap agama pastilah mengajarkan kebaikan-kebaikan yang
seharusnya ditaati dan dipatuhi sebagai awal dasar utama contoh keyakinan dan kepatuhan
pada Tuhan Yang Maha Esa.
PEMBAHASAN
Taat dan patuh dapat diartikan sebagai disiplin, tertib, dan teratur. Umat yang taat dan
patuh terhadap ajaran agamanya, berarti umat yang secara disiplin, tertib, dan teratur
menjalankan ibadah dan menjalankan Takwa. Takwa terhadap ajaran agama sendiri berarti
menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Menjalankan
perintahnya seperti sembahyang 3 kali sehari bagi umat hindu, sholat lima waktu bagi umat
islam, dan menjauhi larangan-larangan-Nya seperti mencuri, memperkosa, dan lain
sebagainya.
Pembangunan dalam bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
telah memantapkan kerangka landasan pembangunan di bidang spiritual seperti :
Tata nilai kehidupan beragama telah makin berkembang seiring jaman. Hal ini
dimaksudkan agar para umat makin mendalami ajaran-ajaran agama dan makin mempertebal
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar meningkatkan daya tahan terhadap berbagai
ujian serta dampak negative dari Modernisasi.
Wawasan dan pengertian luas mengenai ajaran agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa dapat sebagai motivator dan Dinamisator kemajuan. Orientasi
keagamaan yang semakin luasdan berkembang menyentuh semua aspek kehidupan bangsa,
khusunya yang berkaitan dengan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.
Sasaran bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diantaranya
meliputi :
Dalam rangka lebih memantapkan penanaman ajaran agama agar lebih ditaati dan
dipatuhi oleh para pemeluknya serta tidak mudah diombang-ambing, diprovokasi oleh orang
yang tidak bertanggung jawab kea rah yang sesat, maka ditetapkanlah berbagai sasaran-
sasaran. Contohnya adalah peristiwa bom Bali. Hal ini jelas tidak bisa ditolerir. Apalagi di
dunia ini tidak ada satu agama pun yang mengajarkan umatnya untuk membunuh satu sama
lain.
Dalam Rangka untuk mencapai sasaran diatas, maka tantangan yang harus dihadapi
diantaranya:
Penataan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esayang
harmonis hendaknya dapat menumbuhkan :
Semua agama meyakini dan mempercayai adanya tuhan, dan meyakini pula bahwa
ajarannya bersumber dari tuhan itu sendiri. Oleh karena itulah kita tidak boleh menjelek-
jelekkan ataupun melecehkan suatu agama tertentu. Hal itu juga disebabkan karena agama-
agama di Indonesia memiliki berbagai kesamaan seperti kitab suci, tempat ibadah, dan hari-
hari besar keagamaan.
Apabila kita mengkaji fungsi agama secara umum bagi kehidupan manusia yang
mana ajaran agama itu diyakini merupakan wahyu tuhan. Maka ajaran agama dapat berfungsi
sebagaia berikut :
1. Motivatif ; Mendorong manusia untuk memilih yang baik, benar dan menghindarkan
diri dari yang buruk dan salah
2. Kreatif dan Inovatif ; Mendorong manusia untuk berkreasi dan melakukan
pembaharuan opada diri dan lingkungannya.
3. Integratif ; Keyakinan yang utuh terhadap kebenaran ajaran agama sebagai wahyu
tuhan yang tercermin dalam tingkah laku yang baik dan benar.
4. Transpormatif dan Sublimatif ; yakni mampu mengubah sikap dan perilaku ke arah
kebajikan sesuai dengan ajaran agama sehingga dapat terwujud, pikiran,perkataan,
serta perbuatan yang baik dan benar.
5. Inspiratif dan edukatif ; sebagai inspiratif berarti mengilhami seseorang bahwa
perbuatan baik akan menghasilkan karma yang baik pula. Sebagai edukatif berarti
adanya kesadaran yang mendorong untuk melakukan proses pembelajaran dan
pendidikan diri sendiri agar tercapai kebahagiaan hidup.
2.3 Kerjasama antar umat beragama
Agama yang dianut oleh masyarakat tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan
spiritual semata dalam hidup, tetapi juga sebgai sumber dari kbenaran. Melalui agama akan
ditemukan kebenaran yang diyakini oleh masing-masing pemeluknya.
Ditinjau dari aspek itu, tampaknya kemutlakan kebenaran agama yang dianut
seseorang itu pula yang menyebabkan tibulnya gejala lain yakni sikap fanatisme. Masing-
masing penganut agama mendakwahkan bawhawa ajaran yang dibawa oleh agamanyalah
yang benar, sehingga mereka mengemban tugas kecil di mana kebenaran agam tersebut perlu
disampaikan dan disebarluaskan pada orang yang seiman. Sikap fanatisme inilah yang
terkadang menimbulkan ketegangan-ketegangan antara satu penganut agama dengan agama
lainnya.
Tidak satupun dari agama itu yang bertujuan merusak kehidupan masyarakat. Agama
itu mengajarkan supaya pemeluknya hidup saling tolong-menolong, Bantu-membantu atau
bekerjasama satu sama lain dan saling mencintai dan mengasihi. Kerukunan hidup and
kerjasama umat beragama tidak akan mungkin lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tak
peduli atas hak dan perasaan orang lain. Menyadari hal ini pemerintah berusaha menjaga
kerukunan hidup antar umat beragama itu dan memeliharanya dengan baik. Oleh karena itu
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nyalah, kita memiliki
dasar dan falsafah Negara mantp, Pancasila. Sebab dengan Pancasila, bangsa Indonesia tetap
dalam kesatuan dan persatuan yang utuh, dalam keyakinan yang satu, yaitu satu nusa, satu
bangsa, satu bahasa. Atas dasar keyakinan itulah kita dapat menjaga dan memelihara
kerukunan hidup antar umat beragama. Kerukunan seperti inilah yang mengherankan ahli
sejarah Inggris Anold I. Toynbe di mana dia menyatakan bahwa: “Sungguhpun negeri ini
berhadapan dengan berbagai persoalan dan kesulitan dengan masyarakatnya yang serba aneka
namun selalu bebas dari salah satu kebatilan umat manusia, yakni sengketa agama.”
Kerukunan hidup beragama adalah kndisi sosial dimana semua pemeluk agama bisa
hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing, hidup sebagai pemeluk
agama yang baik dalam keadaan rukun dan damai. Kerukunan seperti ini bukan sekedar
terciptanya keadaan dimana tidak ada pertentangan antar umat beragama dengan umat
beragama dan umat-umat beragama dengan pemerintah.
Usaha untuk mewejudkan satu lembaga yang dapat mempertemukan semua unsur
agama yang ada di Indonesia telah dirintis pemerintah sejak tahun 1967 yaitu ketika diadakan
Musyawarah Antar Umat Beragama di Jakarta pada tanggal 30 Nopember 1967.
Ada beberapa hasil penting dalam upaya menciptakan kerukunan umat beragama ini yaitu:
1. Bahwa Majeli-majelis agmaa yang ada di Indoensia yaitu Majelis Ulama Indonesia,
Dewan Gereja gereja Indonesia, Majelis agung wali gereja, Parisada Hindu Dharma
Indonesia, Perwalian Umat Buddha Indonesia, sependapat untuk meningkatkan
kerjasama dalam pembinaan kerukunan hidup di antara umat beragama.
2. Untuk meningkatkan pembinaan kerukunan hidup di antara umat beragama
diperlukan adanya suatu wadah musyawarah, suatu forum konsultasi dan komunikasi
antar Pimpinan-pimpinan Agama di Indonesia.
3. Wadah musyawarah, forum konsultasi dan komunikasi ini dihadiri oleh wakil-wakil
Majelis Agama dan wakil-wakil Departemen Agama.
Faktor-faktor pendukung terwujudnya kerukunan antar umat beragama:
Hal yang harus kita perhatikan dalam pengalam terhadap Tuhan yang mahaesa adalah:
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-
agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap
apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan
cara menghambakan diri , yaitu :
menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari
Tuhan
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya
nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat
dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi
bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan
ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau
masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan
tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah
cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain
agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi
hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu
dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau
formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan)
dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran
agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu
dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran
asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam,
Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah
Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka.
Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan
tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang
mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi,
Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak
resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan)
Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya
menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada
masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-
undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan
Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.
Daftar agama-agama
Alluk Todoo
Baha'i
Buddha
Druze
Hindu
Islam
Jainisme
Kaharingan
Katolik
Kejawen
Konfusianisme
Kristen Ortodoks
Marapu
Mormonisme
Parmalim
Protestan
Raelianisme
Saintologi
Shito
Sikh
Taoisme
Tollotang
Yahudi
Zoroastrianisme